Rembulan mulai menampakkan dirinya setelah matahari terbenam. Bintang-bintang menemani sang rembulan, membuat malam itu menjadi malam yang sempurna. Agni berjalan pelan-pelan karena matanya ditutup dengan kain oleh Cakka.
“Cakk.. Udah sampe belom?” Tanya Agni, Cakka berhenti lalu tersenyum.
“Udah.”
“Aku buka ya?” Tanya Agni, Cakka mengulum senyum, lalu berdehem. Agni membuka tutupan matanya. Ia mengerjapkan matanya dulu, barulah ia berhisteris ria.
“Wooooww! Kolong langit!!!” Teriak Agni sambil lompat-lompat, “gue kangen!”
Agni lansung berputar-putar di hamparan ilalang. Lalu menghempaskan tubuhnya di sana. Cakka ikut menghempaskan tubuhnya di sebelah Agni.
“Kalo malem tempat ini agak gelap ya, Cakk. Dari dulu gue selalu pengen ke kolong langit malem-malem. Tapi, ayah selalu ngelarang.” Ucap Agni, Cakka tersenyum.
“Masih keren kan, Ag?” Tanya Cakka, Agni mengangguk.
“Masih dong. Ini kan tempat rahasia kita. Eh, lo pernah ngajak ka Oik kesini?” Tanya Agni, Cakka menggeleng lemah.
“Belum, ini kan tempat rahasia kita berdua. Kita Ag. Cakka dan Agni. Cagni.” Agni tersenyum.
“Akhirnya kita punya singkatan sendiri” kata Agni, Cakka bergerak untuk duduk. Ia memeluk lututnya.
“Gue kangen lo, sangat kangen elo.” Ungkapnya, “dulu gue sering nangis sendirian disini. Saking gue kangen sama lo. Dulu gue sering teriak nama lo kenceng-kenceng. Barangkali ada keajaiban datang lo balik neriakin nama gue. Tapi yang gue dapet, suara gue serak. Hehe” Agni mendengarkannya. Ada rasa sesak di dadanya.
“Tiap minggu gue kesini. Gue cabutin rumput panjangnya. Gue sapu daun-daun keringnya. Kan lo pernah ngomong. Gue harus kerja bakti sekali-kali. Biar dapet ciuman dari elo. Nah sekarang gue nagih janji lo!!” Ucapan Cakka tadi membuat Agni tertawa kecil disela tangisnya.
“Gue pernah dibilang orang gila waktu gue nangis sendiri di bawah pohon. Tapi, gue diemin. Gue emang gila. Gila karena kehilangan orang yang paling berarti di hidup gue. Gue kehilangan separuh nyawa gue” ucap Cakka, “Gue seneng banget waktu lo balik ke Indonesia. Senyum lo yang gue kangenin bikin nyawa gue yang ilang itu balik lagi. Tapi rasa gengsi gue ngalahin rasa kangen gue. Sampe gue...”
“Sampe lo bilang, Lo benci gue.” Lirih Agni, “waktu itu gue ngerasa semuanya sia-sia gue pulang ke Indo, kalo lo malah ngebenci gue. Gue terus dihantuin kata-kata lo itu, sampe-sampe gue hampir kena tifus gara-gara omongan lo itu. Hehe” Agni tersenyum sendiri, Cakka menghapus air mata Agni dengan jempolnya.
“Kesalahan terbesar gue, ngebiarin lo nangis karena gue,” ucap Cakka. Agni membiarkan tangan dingin Cakka menyentuh bibirnya.
“Jangan ngomong lagi. Biar gue yang ngomong.” Bisik Cakka, Agni menggangguk.
“Gue udah mikir ini mateng-mateng. Gue bersedia mutusin Oik, demi lo, Agni Tri Nubuwati” Agni menatap mata Cakka.
“Bener?”
Cakka menggangguk, “itu hadiah pertama gue ke elo. Seneng gak sama hadiahnya?”
Agni mengangguk, “hadiah keduanya? SLR ya?”
‘Toink’
“Aduh-_-” Agni meringis sambil mengelus kepalanya yang kena jitak Cakka. Cakka berdiri dari tempatnya. Agni ikut berdiri. Mereka berdua saling bertatapan. Cakka menggenggam kedua tangan Agni. Agni merasakan kehangatan dari tangan Cakka. Cakka mulai mendekati wajah Agni. Jantung Agni udah mau keluar dari tempatnya.
“Cakk..” Panggil Agni pelan.
“Ssshhutt! Ini kado kedua dari gue” Bisik Cakka, Agni memejamkan matanya. Oh my gods. Ini My First Kiss bukan ya? Kalo bukan gimana? Kalo bener gimana? Hhh..
Jarak Cakka dan Agni semakin dekat. Agni memejamkan matanya erat-erat(?)
5 cm, 4 cm, 3 cm, 2 cm..
‘Cup!’
Bibir Cakka menyentuh bibir Agni. Agni cuma diam, tak berani mendorong Cakka. Cakka melumat bibir Agni sebentar, lalu melepas ciumannya. Agni menunduk. Duh muka gue udah kayak mana? Merah gak ya? Pikir Agni. Cakka mengelus rambut Agni.
“I love you, Agni”
Agni tersenyum, “love you too”
“Pulang?”
Agni mengangguk. Ia membiarkan Cakka menggandeng tangannya. Malam ini, adalah malam yang paling indah di tengah minggu-minggu yang melelahkan.
☺☹☺
Oik terus mencoba menghubungi Cakka, tapi, tak ada yang diangkatnya. Di sms pun tak ada jawaban. Di bbm? Cuma di read. Duh, Cakka kemana sih? Padahal dia sedang butuh Cakka. Tak berapa lama, suara yang ditunggu Oik hadir ditelinganya.
“Kak, kenapa?”
Ada rasa lega dihati Oik ketika mendengar suara baru bangun tidur Cakka, “Sayang! Kemana aja? Lama banget sih ngangkatnya?”
“Hoam, jam berapa skrg kak? Aku baru bangun nih, hehe” ucap Cakka, Oik tersenyum manis.
“Ketemuan yuk?” Ajak Oik,
“Yuk, dimana?”
Oik memutar bola matanya sebentar, “Va-Lauch Cafe gimana?”
“Ehm, boleh. Yuk. Aku jemput jam 11 ya, kak.”
Oik tersenyum simpul, “iya, sayang. Cepet ya. I love you.”
“Ya kak.”
Tut.
Telepon dimatikan. Oik menghempaskan dirinya disofa kamarnya. Air matanya menggenangi pipinya. Apa gue sanggup ngomong ini ke lo, Kka?
☺☹☺
Va-Lauch Cafe.
Cakka dan Oik duduk di meja sudut deket kaca. Oik memesan satu cokelat panas, sementara Cakka memesan iced cappucinno. Mereka duduk dalam diam. Cakka sibuk dengan handphonenya, sementara Oik dengan fikirannya.
‘Duh, kasih tau Cakka gak ya?’ Batin Oik.
Cakka lagi asyik BBM-an sama Agni.
• Agni Nubuwati: Kemana lu? Pagi2 udah ngilang aja!
• Cakka Nuraga: Va-Lauch Cafe, sama kak Oik.
• Agni Nubuwati: Oh, have fun, Cakk :)
Pesanan mereka datang, Oik meniup cokelat panasnya, sehingga asapnya mengepul di udara. Cakka menyukai asap yang dihasilkan oleh cokelat panas.
“Eum, Kak. Ada yang mau Cakka omongin.” Ucap Cakka, Oik menghirup sedikit cokelat panasnya, lalu tersenyum tipis.
“Ngomong aja.”
Cakka berdehem, “Kakak tau Agni?”
Oik menggangguk, Cakka tersenyum tipis.
“2 minggu lagi, Cakka dan Agni akan tunangan. Jadi, Cakka minta hubungan kita cukup sampai disini dulu, aku tau memang sakit. Tapi, kakak kan cantik, dan populer. Aku yakin kakak bakal dapet pengganti Cakka yang lebih baik lagi”
Oik menunduk, Cakka menatap Oik sebentar, Cakka tersenyum manis lalu beranjak dari kursinya, tapi, Oik buru-buru memegang tangan Cakka.
“Kka. Jangan tinggalin aku sendiri, aku.. hiks.. divonis kanker darah..”
☺☹☺
Agni dipaksa tante Karin untuk pergi ke butik kawannya. Tante Karin berniat memesankan gaun untuk pertunangan Agni minggu depan. Agni sudah bolak-balik ruang ganti untuk mencoba seluruh pakaian di butik ini. Tapi, tak ada yang cocok di mata kak Nekha, dek Pania, Bunda, dan Tante Karin. Oh iya, informasi, semalam Bunda ngasih surprise pulang lebih awal. Katanya, ia mau melihat penampilan Agni di pentas seni sabtu depan.
“Ah, bundaaaa. Agni capek bolak balik terus!” Keluh Agni sambil bersandar di tubuh adeknya yang lagi asyik twitteran.
“Kak! Berat tau!” Gerutu Pania kesel. Agni mencubit pipi adeknya itu, lalu kembali berdiri.
“Kalo gaun ini gimana, bun? Ma?” Tanya kak Nekha sambil menunjuk sebuah gaun berwarna putih. Dilengkapi pita besar dibelakang gaun, tepat dipinggangnya warna ungu. Gaun itu panjangnya selutut. Dengan rok mengembang.
“Hua! Ungu! Keren!” Histeris Pania, Agni menoyor kepala adeknya yang baru kelas 2 SMP itu.
“Ungu itu warna kesukaan aku, tau!” Pania melirik kakaknya itu.
“Artinya kita sehati ya, kak?”
Agni mengedip-ngedipkan matanya, lalu bergaya bak ingin mencium Pania. Pania muntah mendadak (?) *kalobeneranmau!!*
“Coba di coba dulu, Ag.” Suruh kak Nekha, Agni menggangguk lalu memakai gaun tadi. Dan ternyata pas di tubuh ramping Agni.
“Ih kak Agni cantik!” Komen Pania, kak Nekha mengangkat kedua jempolnya ketika melihat penampilan Agni. Agni melirik ke Bunda dan Tante Karin.
“Gimana, bun? Ma?” Tanya Agni,
“Cantik! Aduh, anak bunda cantik banget.”
“Wah, wah. Gasalah pilih calon mantu ya, hihi”
Agni tersenyum manis. Selesai melepas gaunnya, ia pun nge-BBM cakka.
‘Cak, dimana?’
Agni menunggu beberapa saat, sampai bunyi HPnya mengagetkannya,
‘Rumah kak Oik’
Agni mau membalas, tapi dia bingung mau bales apa. Dadanya aja udah sesak mengetahui Cakka lagi dirumah Oik. Ia mengetik sesuatu, lalu mengirimnya.
‘Hmm, yaudah. Have fun ya. :)’
Miris, lagi-lagi miris.
☺☹☺
Agni sudah tidur di kamarnya lagi. Ia memandang langit-langit kamarnya. Dia kangen Cakka. Seharian belum ketemu. Agni bangun tidur aja Cakka udah pergi. Dan Cakka gak nemenin Agni nyari pakaian buat pertunangannya sama sekali. Agni pengen nangis rasanya. Tapi, biarlah. Dia sudah biasa memendam rasanya sendiri. Tanpa dibantu.
☺☹☺
“Hari ini hari gladi bersih kita yang terakhir. Jangan pada loyo dong. Gue harap, semua bisa menampilkan yang terbaik besok, okay?” Ucap Patton sambil memberikan senyum terbaiknya. Hari itu memang hari terakhir mereka mengadakan gladi bersih untuk acara pentas seni mereka. Patton dan anggota OSIS lainnya 4 hari terakhir ini lebih banyak menghabiskan waktu disekolah. Kadang sampai jam 6, kadang sampai jam 7. Cakka jarang banget ikut latihan. Paling latihan band. Apa kabar duo bareng Agni? Agni setiap hari latihan sendiri di kamar. Sambil berlatih koreo kayak orang gila di kamar. Semua agar ia tidak membuat malu Patton dan membuktikan Patton tak salah memilihnya.
“Ag, Cakka gak latihan lagi?” Tanya Shilla ketika melihat Agni duduk sendiri di kursi penonton. Agni menggeleng. Ia sudah menghubungi handphone Cakka, tapi handphone itu tetap tak aktif.
Patton, dengan langkah kesal menatap Agni, “Agni, kita lebih baik mencari pengganti Cakka, Deva bersedia menjadi pengganti Cakka, kalau besok Cakka tidak hadir” ucap Patton. Agni melirik Deva yang sedang tersenyum manis. Ada rasa kecewa ketika mendengar bukan Cakka yang berduet dengannya.
“Hhh.. Yaudah, mohon kerjasamanya ya, Dev.”
☺☹☺
Seorang gadis dengan wajah pucatnya duduk di taman belakang rumahnya, kekasihnya duduk disampingnya. Walau raganya di samping Oik, tapi hatinya benar-benar tertuju pada Agni. Apalagi handphonenya habis baterai dan tak ada kesempatan untuk mencharger di rumah Oik.
“Kka, kok bengong?” Tanya Oik, Cakka tersenyum.
“Kak, aku bener-bener gabisa melawan hati aku. Aku.. Aku bener-bener ga punya rasa lagi sama kakak.” aku Cakka.
Oik menatap Cakka nanar, “please Kka. Hidup aku gak akan lama lagi. Tolong buat hari-hari terakhirku bahagia dengan kehadiranmu.”
“Tapi kakak tau kan aku mau tunangan sama...”
“Agni?”
Cakka menghela nafas, “Oke kak, aku bakal nemenin kakak, sampai akhir waktu kakak.”
Oik menangis di dada Cakka, “Kka. Kenapa bukan aku yang jadi tunanganmu? Kenapa harus Agni?”
“Gatau, aku kan dijodohin.” Jawab Cakka, Oik menatap manik mata Cakka.
“Apa kamu mencintai Agni? Makanya kamu ga punya perasaan lagi sama aku? Iya, Kka?” Lirih Oik, Cakka menunduk.
“Eng.. Enggak kak, aku gacinta sama Agni. Aku cintanya sama kakak.”
Oik tersenyum disela isakannya, “serius?”
Cakka menggangguk pelan. Oik memeluk tubuh Cakka.
“Aku juga cinta banget sama kamu.”
‘salah kak, aku cinta banget sama Agni, aku mencoba melawan hati aku sendiri. Demi kakak.’
☺☹☺
Pentas Seni!
Semua murid SMA Victoria menyambutnya dengan gembira, buktinya dari acara pembukaan, sekolah sudah diramaikan dengan murid-murid. Baik murid tuan rumah, maupun murid luar. Agni, Shilla, Acha, dan Sivia juga sudah datang ke salon pagi-pagi. Agni sudah siap dengan gaun warna merah hitam. Dibagian atas berwarna merah, sementara dari pinggang sampai bawah lututnya berwarna hitam. Pinggangnya dihiasi pita kecil berwarna merah. Rambut Agni dibuat gelombang kecil dan dikuncir 1. Shilla dengan gaun berwarna hijau toscha. Rambutnya dibiarkan tergerai, cukup diberi hiasan bando senada. Acha dengan gaun berwarna soft blue, dilengkapi pita besar di bagian pinggang. Rambutnya yang gelombang dibiarkan saja tergerai sama seperti Shilla. Sivia dengan gaun berwarna cokelat muda. Rambutnya di gelombang gantung.
“Hua! Ag, lo keliatan beda banget. You're so beautiful!” Teriak Shilla histeris, Agni tersenyum kecil.
“Makacih caiionk :*” Ucap Agni
Shilla tersenyum, “prince cakka-nya mana?”
Agni cuma tersenyum miris. Cakka? Paling da sama Oik. Pikir Agni. Ia melenggangkan kakinya menuju belakang panggung. Disana ada Patton yang menunggunya was-was.
“Agni! Untung lo datang! Huah gue pikir lo gadateng. Jangan buka acara penutup gue gagal. Oke?”
Agni tersenyum mendengar ocehan patton, “sip, gue akan berusaha yang terbaik.”
Alvin, tiba-tiba menghampiri mereka, “gaswat! Band kita udah mau tampil nih, ton! Tapi, Cakka belum dateng juga! Gimana?”
“Yaudah jadwal lo diundur aja sampe Cakka dateng, entar gue bilangin sama Zeva sama Shilla.”
“Engga! Kita butuh vocalist cadangan tau! Ada yang hafal lagu hingga akhir waktu?”
Sivia dan Acha melirik Agni, Agni yang meraa dilirik membalas melirik.
“Agni! Please! Lo salah satu harapan kami!” Kata Alvin, ia sampai berlutut di hadapan Agni.
“Eh, bangun-bangun. Iya, gue mau. Lagian beramal dikit gapapa kan?”
“Huaaa! Agni you're my hero!!”
Agni tersenyum kecil. Cakk, segitu sibuk kah lo sama Oik? Sampai-sampai lo tega ngeliat kawan-kawan lo panik gini?
---
“Lansung aj kita panggilkan, The Rocket's Roll!”
Agni lansung maju sebagai vocalist, anak-anak sekolah pada cengo. Mana Cakka? Kok yang gantiin malah kapten basket putri?
“Ehm, selamat siang semua. Saya disini menggantikan Cakka yang belum bisa hadir. Satu lagu dari kami, Hingga Akhir Waktu, dari Nine ball.”
Ku coba, untuk melawan hati.
Tapi hampa terasa, disini tanpamu.
Bagiku, semua sangat berarti lagi.
Kuingin kau disini, tepiskan sepiku.
Bersamamu.
Agni menghela nafas, lalu menatap ke belakang. Mungkin ada Cakka disana sedang tersenyum memperhatikannya. Tapi? Nihil.
Takkan pernah ada yang lain disisi.
Segenap jiwa hanya untukmu.
Dan takkan mungkin ada yang lain disisi.
Ku ingin kau disini, tepiskan sepiku.
Bersamamu.
Hingga akhir waktu.
Bagiku semua sangat berarti.
Kuingin kau disini.
Bagiku, semua sangat berarti lagi.
Kuingin kau disini.
Air mata Agni sudah membanjiri pipinya kalau Agni tak buru-buru menghapusnya. Ia rasa, lagu ini benar-benar menonjok hatinya. Sangat menonjok.
Takkan pernah ada yang lain disisi.
Segenap jiwa hanya untukmu.
Dan takkan mungkin ada yang lain disisi.
Ku ingin kau disini, tepiskan sepiku.
Bersamamu.
Hingga akhir waktu.
“Makasih, semua.” Ucap Agni di akhir lagunya, ia buru-buru turun dari panggung dan menumpahkan semua airmatanya.
‘Lagu tadi, nonjok banget’ Batin Agni, Shilla yang ngeliat sahabatnya nangis di pojokan lansung buru-buru menghampirinya.
“Ag? Kenapa?” Tanyanya, ia menyodorkan tisu. Agni menerimanya, lalu mengelap air matanya. Sivia dan Acha juga ikut membantu. Mereka membawakan bedak. Soalnya bedak Agni udah luntur kena air mata.
“Kenapa?” Tanya Patton ketika melihat bundaran kecil di sudut. Acha tersenyum.
“Gapapa, Ton. Masalah kecil. Make up luntur.” Patton ber-O ria. Lalu pergi meninggalkan mereka.
“Ag? Cakka kan? Pasti gara-gara Cakka?” Tanya Sivia. Agni mengangguk.
“Apasih mau dia? Kemaren sabtu dia nyium gue, dia bilang dia cinta sama gue, dia mau ninggalin Oik demi gue. Bullshit semua! Liat kan? Seminggu ini telepon gue ga pernah diangkat, sms gadibales. Bbm cuma di read.” Jelas Agni, Shilla memeluk Agni.
“Sakit shill. Gue tau gue gapernah berurusan sama cowo. Tapi gausah nipu gue kayak gini. Mending gue gausah pulang ke Indo waktu itu!” Shilla menghapus air mata Agni, sementara Acha dan Sivia memakaikan lagi bedak yang sudah luntur.
“Udah, jangan nangis lagi ya. Cakka mungkin lagi dipaksa sama Oik, tau lah Oik tuh gimana. Mungkin, Cakka mau ngangkat telepon lo tapi Hpnya keburu diambil Oik. Lo yang tabah, gausah pikir yang enggak-enggak. Cakka kan cinta pertama lo. Perjuangin, Ag!”
Agni cuma tersenyum manis.
“Ag! Mau giliran I Just Wanna Be With You tuh. 25 menit lagi. Siap gak lo?” Tanya Acha, Agni menghela nafas berat, lalu mengganguk.
☺☹☺
Setelah penampilan vokal group dari kelas X-1, jadwalnya Cagni. Tapi, berhubung Cakka belum dateng juga, Cakka diganti jadi Deva. Agni harus menjalankan sendiri koreonya. Deva kan belum terlalu hapal.
Agni sudah siap. Ia berdiri disebuah tempat. Seperti diatas balkon. Dibelakangnya ada jendela. Dan di bawah, ada Ify si pemain piano. Agni tersenyum memberi aba-aba sudah siap.
Alunan piano lagu Vanessa dan Zac itu mengalun lembut di telinga para penonton. Mereka semua bertepuk tangan meriah. Agni memendam semua perasaan kecewa nya karena Cakka. Ia menghela nafas, lalu mulai tersenyum.
I got a lot a things, I have to do.
All these distractions.
Our future's coming soon.
We're being pulled.
A hundred different directions
But whatever happends.
I know I've got you.
You're on my mind.
You're in my heart.
It doesn't matter where we are.
We'll be all right
Even if were miles apart.
Agni menatap ke belakang, lagi-lagi ia berharap sebuah ‘keajaiban’ itu benar-benar terjadi. Tapi tidak. Deva berdiri disana. Sambil berjalan mendekatinya. Agni menunduk kecewa. Cakk, lo bener-bener bikin gue kecewa.
All I wanna do
Is be with you, be with you.
There's nothing we can't do
Just wanna be with you, only you.
---
Seorang lelaki berlari dengan jaket hitam, kemeja warna putih, dan celana hitam. Ia berlari kebelakang panggung. Menatap kawan-kawannya yang sedang menyaksikan pertunjukkan.
“Udah dimulai?” Tanyanya, semua refleks menghadap kearahnya.
“Daritadi, dan ini udah bagian Cagni. Kalo lo mau tampil, lo buruan keluarnya dari pintu masuk!” Perintah Shilla. Lelaki itu lansung keluar dari belakang panggung dan menuruti perintah Shilla.
---
No matter where life takes us
Nothing can break us apart, you know is true,
I just wanna be with you,
Deva tiba-tiba meninggalkan ruangan. Agni menatap Deva. Loh? Kok? Tiba-tiba sebuah suara datang dari pintu masuk. Agni lansung tersenyum tak percaya.
You know how life can be, it changes overnight
It's sunny then raining. But it's all right.
(Agni)A friend like you.
(Cakka)Always makes it easy
I know that you get me.
Every time.
Through every up, through every down. You know i'll always be around
Through anything you can count on me.
Its dance time! Cakka naik melalui tangga yang ada di sebelah balkon itu, lalu menghampiri Agni yang terharu dengannya.
“Dari mana lo? Mau buat gue jantungan? Hah?” Bisik Agni, Cakka tersenyum.
“Ada urusan, sayang” bisik Cakka. Agni membalas senyumannya.
Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng..
Bunyi piano itu membuyarkan mereka. Cakka berjalan menjauhi Agni. Agni pun demikian.
All I wanna do
Is be with you, be with you.
There's nothing we can't do
Just wanna be with you, only you.
Koreo, Cakka berjalan mendekati Agni satu langkah, Agni pun demikian. Seperti itu. Sampai mereka berdua berdekatan. Lalu berputar kebelakang.
No matter where life takes us
Nothing can break us apart, you know is true,
I just wanna be with you,
Agni dipeluk Cakka. Lalu Cakka ajak berputar.
Oh, I wanna do.. Just be with you.
Cakka berbisik ditelinga Agni, tapi bisikannya itu bisa terdengar oleh penonton.
I just wanna be with you..
Agni tri nubuwati.
Sorakan lansung memenuhi ruangan itu. Penutupan yang sungguh manis. Cakka tersenyum penuh arti ke arah Agni. Agni pun demikian. Penantiannya tadi tak begitu sia-sia. Hey! Keajaiban itu benar-benar ada, bukan? :3
☺☹☺
Agni tengah membereskan wajahnya sepulang dari acara itu menggunakan tisu basah adiknya. Sambil bernyanyi, ia sesekali tersenyum mengingat kejadian tadi.
‘I got a lot of things. I have to do. All these distractions. Our future's comi*tit!’
“Halo?”
“Agni?”
“Iya, ini siapa?”
“Agni kita perlu bicara. Aku tunggu di cafe Mediterania. Besok pagi, jam 11.”
Tut!
Agni memandang layar ponselnya. Nomor siapa ini? Agni lansung menghempaskan tubuhnya di kasur. Siapa? Cakka? Oik? Tapi suaranya tak mirip dengan Oik? Lantas siapa?
TBC :)
“Cakk.. Udah sampe belom?” Tanya Agni, Cakka berhenti lalu tersenyum.
“Udah.”
“Aku buka ya?” Tanya Agni, Cakka mengulum senyum, lalu berdehem. Agni membuka tutupan matanya. Ia mengerjapkan matanya dulu, barulah ia berhisteris ria.
“Wooooww! Kolong langit!!!” Teriak Agni sambil lompat-lompat, “gue kangen!”
Agni lansung berputar-putar di hamparan ilalang. Lalu menghempaskan tubuhnya di sana. Cakka ikut menghempaskan tubuhnya di sebelah Agni.
“Kalo malem tempat ini agak gelap ya, Cakk. Dari dulu gue selalu pengen ke kolong langit malem-malem. Tapi, ayah selalu ngelarang.” Ucap Agni, Cakka tersenyum.
“Masih keren kan, Ag?” Tanya Cakka, Agni mengangguk.
“Masih dong. Ini kan tempat rahasia kita. Eh, lo pernah ngajak ka Oik kesini?” Tanya Agni, Cakka menggeleng lemah.
“Belum, ini kan tempat rahasia kita berdua. Kita Ag. Cakka dan Agni. Cagni.” Agni tersenyum.
“Akhirnya kita punya singkatan sendiri” kata Agni, Cakka bergerak untuk duduk. Ia memeluk lututnya.
“Gue kangen lo, sangat kangen elo.” Ungkapnya, “dulu gue sering nangis sendirian disini. Saking gue kangen sama lo. Dulu gue sering teriak nama lo kenceng-kenceng. Barangkali ada keajaiban datang lo balik neriakin nama gue. Tapi yang gue dapet, suara gue serak. Hehe” Agni mendengarkannya. Ada rasa sesak di dadanya.
“Tiap minggu gue kesini. Gue cabutin rumput panjangnya. Gue sapu daun-daun keringnya. Kan lo pernah ngomong. Gue harus kerja bakti sekali-kali. Biar dapet ciuman dari elo. Nah sekarang gue nagih janji lo!!” Ucapan Cakka tadi membuat Agni tertawa kecil disela tangisnya.
“Gue pernah dibilang orang gila waktu gue nangis sendiri di bawah pohon. Tapi, gue diemin. Gue emang gila. Gila karena kehilangan orang yang paling berarti di hidup gue. Gue kehilangan separuh nyawa gue” ucap Cakka, “Gue seneng banget waktu lo balik ke Indonesia. Senyum lo yang gue kangenin bikin nyawa gue yang ilang itu balik lagi. Tapi rasa gengsi gue ngalahin rasa kangen gue. Sampe gue...”
“Sampe lo bilang, Lo benci gue.” Lirih Agni, “waktu itu gue ngerasa semuanya sia-sia gue pulang ke Indo, kalo lo malah ngebenci gue. Gue terus dihantuin kata-kata lo itu, sampe-sampe gue hampir kena tifus gara-gara omongan lo itu. Hehe” Agni tersenyum sendiri, Cakka menghapus air mata Agni dengan jempolnya.
“Kesalahan terbesar gue, ngebiarin lo nangis karena gue,” ucap Cakka. Agni membiarkan tangan dingin Cakka menyentuh bibirnya.
“Jangan ngomong lagi. Biar gue yang ngomong.” Bisik Cakka, Agni menggangguk.
“Gue udah mikir ini mateng-mateng. Gue bersedia mutusin Oik, demi lo, Agni Tri Nubuwati” Agni menatap mata Cakka.
“Bener?”
Cakka menggangguk, “itu hadiah pertama gue ke elo. Seneng gak sama hadiahnya?”
Agni mengangguk, “hadiah keduanya? SLR ya?”
‘Toink’
“Aduh-_-” Agni meringis sambil mengelus kepalanya yang kena jitak Cakka. Cakka berdiri dari tempatnya. Agni ikut berdiri. Mereka berdua saling bertatapan. Cakka menggenggam kedua tangan Agni. Agni merasakan kehangatan dari tangan Cakka. Cakka mulai mendekati wajah Agni. Jantung Agni udah mau keluar dari tempatnya.
“Cakk..” Panggil Agni pelan.
“Ssshhutt! Ini kado kedua dari gue” Bisik Cakka, Agni memejamkan matanya. Oh my gods. Ini My First Kiss bukan ya? Kalo bukan gimana? Kalo bener gimana? Hhh..
Jarak Cakka dan Agni semakin dekat. Agni memejamkan matanya erat-erat(?)
5 cm, 4 cm, 3 cm, 2 cm..
‘Cup!’
Bibir Cakka menyentuh bibir Agni. Agni cuma diam, tak berani mendorong Cakka. Cakka melumat bibir Agni sebentar, lalu melepas ciumannya. Agni menunduk. Duh muka gue udah kayak mana? Merah gak ya? Pikir Agni. Cakka mengelus rambut Agni.
“I love you, Agni”
Agni tersenyum, “love you too”
“Pulang?”
Agni mengangguk. Ia membiarkan Cakka menggandeng tangannya. Malam ini, adalah malam yang paling indah di tengah minggu-minggu yang melelahkan.
☺☹☺
Oik terus mencoba menghubungi Cakka, tapi, tak ada yang diangkatnya. Di sms pun tak ada jawaban. Di bbm? Cuma di read. Duh, Cakka kemana sih? Padahal dia sedang butuh Cakka. Tak berapa lama, suara yang ditunggu Oik hadir ditelinganya.
“Kak, kenapa?”
Ada rasa lega dihati Oik ketika mendengar suara baru bangun tidur Cakka, “Sayang! Kemana aja? Lama banget sih ngangkatnya?”
“Hoam, jam berapa skrg kak? Aku baru bangun nih, hehe” ucap Cakka, Oik tersenyum manis.
“Ketemuan yuk?” Ajak Oik,
“Yuk, dimana?”
Oik memutar bola matanya sebentar, “Va-Lauch Cafe gimana?”
“Ehm, boleh. Yuk. Aku jemput jam 11 ya, kak.”
Oik tersenyum simpul, “iya, sayang. Cepet ya. I love you.”
“Ya kak.”
Tut.
Telepon dimatikan. Oik menghempaskan dirinya disofa kamarnya. Air matanya menggenangi pipinya. Apa gue sanggup ngomong ini ke lo, Kka?
☺☹☺
Va-Lauch Cafe.
Cakka dan Oik duduk di meja sudut deket kaca. Oik memesan satu cokelat panas, sementara Cakka memesan iced cappucinno. Mereka duduk dalam diam. Cakka sibuk dengan handphonenya, sementara Oik dengan fikirannya.
‘Duh, kasih tau Cakka gak ya?’ Batin Oik.
Cakka lagi asyik BBM-an sama Agni.
• Agni Nubuwati: Kemana lu? Pagi2 udah ngilang aja!
• Cakka Nuraga: Va-Lauch Cafe, sama kak Oik.
• Agni Nubuwati: Oh, have fun, Cakk :)
Pesanan mereka datang, Oik meniup cokelat panasnya, sehingga asapnya mengepul di udara. Cakka menyukai asap yang dihasilkan oleh cokelat panas.
“Eum, Kak. Ada yang mau Cakka omongin.” Ucap Cakka, Oik menghirup sedikit cokelat panasnya, lalu tersenyum tipis.
“Ngomong aja.”
Cakka berdehem, “Kakak tau Agni?”
Oik menggangguk, Cakka tersenyum tipis.
“2 minggu lagi, Cakka dan Agni akan tunangan. Jadi, Cakka minta hubungan kita cukup sampai disini dulu, aku tau memang sakit. Tapi, kakak kan cantik, dan populer. Aku yakin kakak bakal dapet pengganti Cakka yang lebih baik lagi”
Oik menunduk, Cakka menatap Oik sebentar, Cakka tersenyum manis lalu beranjak dari kursinya, tapi, Oik buru-buru memegang tangan Cakka.
“Kka. Jangan tinggalin aku sendiri, aku.. hiks.. divonis kanker darah..”
☺☹☺
Agni dipaksa tante Karin untuk pergi ke butik kawannya. Tante Karin berniat memesankan gaun untuk pertunangan Agni minggu depan. Agni sudah bolak-balik ruang ganti untuk mencoba seluruh pakaian di butik ini. Tapi, tak ada yang cocok di mata kak Nekha, dek Pania, Bunda, dan Tante Karin. Oh iya, informasi, semalam Bunda ngasih surprise pulang lebih awal. Katanya, ia mau melihat penampilan Agni di pentas seni sabtu depan.
“Ah, bundaaaa. Agni capek bolak balik terus!” Keluh Agni sambil bersandar di tubuh adeknya yang lagi asyik twitteran.
“Kak! Berat tau!” Gerutu Pania kesel. Agni mencubit pipi adeknya itu, lalu kembali berdiri.
“Kalo gaun ini gimana, bun? Ma?” Tanya kak Nekha sambil menunjuk sebuah gaun berwarna putih. Dilengkapi pita besar dibelakang gaun, tepat dipinggangnya warna ungu. Gaun itu panjangnya selutut. Dengan rok mengembang.
“Hua! Ungu! Keren!” Histeris Pania, Agni menoyor kepala adeknya yang baru kelas 2 SMP itu.
“Ungu itu warna kesukaan aku, tau!” Pania melirik kakaknya itu.
“Artinya kita sehati ya, kak?”
Agni mengedip-ngedipkan matanya, lalu bergaya bak ingin mencium Pania. Pania muntah mendadak (?) *kalobeneranmau!!*
“Coba di coba dulu, Ag.” Suruh kak Nekha, Agni menggangguk lalu memakai gaun tadi. Dan ternyata pas di tubuh ramping Agni.
“Ih kak Agni cantik!” Komen Pania, kak Nekha mengangkat kedua jempolnya ketika melihat penampilan Agni. Agni melirik ke Bunda dan Tante Karin.
“Gimana, bun? Ma?” Tanya Agni,
“Cantik! Aduh, anak bunda cantik banget.”
“Wah, wah. Gasalah pilih calon mantu ya, hihi”
Agni tersenyum manis. Selesai melepas gaunnya, ia pun nge-BBM cakka.
‘Cak, dimana?’
Agni menunggu beberapa saat, sampai bunyi HPnya mengagetkannya,
‘Rumah kak Oik’
Agni mau membalas, tapi dia bingung mau bales apa. Dadanya aja udah sesak mengetahui Cakka lagi dirumah Oik. Ia mengetik sesuatu, lalu mengirimnya.
‘Hmm, yaudah. Have fun ya. :)’
Miris, lagi-lagi miris.
☺☹☺
Agni sudah tidur di kamarnya lagi. Ia memandang langit-langit kamarnya. Dia kangen Cakka. Seharian belum ketemu. Agni bangun tidur aja Cakka udah pergi. Dan Cakka gak nemenin Agni nyari pakaian buat pertunangannya sama sekali. Agni pengen nangis rasanya. Tapi, biarlah. Dia sudah biasa memendam rasanya sendiri. Tanpa dibantu.
☺☹☺
“Hari ini hari gladi bersih kita yang terakhir. Jangan pada loyo dong. Gue harap, semua bisa menampilkan yang terbaik besok, okay?” Ucap Patton sambil memberikan senyum terbaiknya. Hari itu memang hari terakhir mereka mengadakan gladi bersih untuk acara pentas seni mereka. Patton dan anggota OSIS lainnya 4 hari terakhir ini lebih banyak menghabiskan waktu disekolah. Kadang sampai jam 6, kadang sampai jam 7. Cakka jarang banget ikut latihan. Paling latihan band. Apa kabar duo bareng Agni? Agni setiap hari latihan sendiri di kamar. Sambil berlatih koreo kayak orang gila di kamar. Semua agar ia tidak membuat malu Patton dan membuktikan Patton tak salah memilihnya.
“Ag, Cakka gak latihan lagi?” Tanya Shilla ketika melihat Agni duduk sendiri di kursi penonton. Agni menggeleng. Ia sudah menghubungi handphone Cakka, tapi handphone itu tetap tak aktif.
Patton, dengan langkah kesal menatap Agni, “Agni, kita lebih baik mencari pengganti Cakka, Deva bersedia menjadi pengganti Cakka, kalau besok Cakka tidak hadir” ucap Patton. Agni melirik Deva yang sedang tersenyum manis. Ada rasa kecewa ketika mendengar bukan Cakka yang berduet dengannya.
“Hhh.. Yaudah, mohon kerjasamanya ya, Dev.”
☺☹☺
Seorang gadis dengan wajah pucatnya duduk di taman belakang rumahnya, kekasihnya duduk disampingnya. Walau raganya di samping Oik, tapi hatinya benar-benar tertuju pada Agni. Apalagi handphonenya habis baterai dan tak ada kesempatan untuk mencharger di rumah Oik.
“Kka, kok bengong?” Tanya Oik, Cakka tersenyum.
“Kak, aku bener-bener gabisa melawan hati aku. Aku.. Aku bener-bener ga punya rasa lagi sama kakak.” aku Cakka.
Oik menatap Cakka nanar, “please Kka. Hidup aku gak akan lama lagi. Tolong buat hari-hari terakhirku bahagia dengan kehadiranmu.”
“Tapi kakak tau kan aku mau tunangan sama...”
“Agni?”
Cakka menghela nafas, “Oke kak, aku bakal nemenin kakak, sampai akhir waktu kakak.”
Oik menangis di dada Cakka, “Kka. Kenapa bukan aku yang jadi tunanganmu? Kenapa harus Agni?”
“Gatau, aku kan dijodohin.” Jawab Cakka, Oik menatap manik mata Cakka.
“Apa kamu mencintai Agni? Makanya kamu ga punya perasaan lagi sama aku? Iya, Kka?” Lirih Oik, Cakka menunduk.
“Eng.. Enggak kak, aku gacinta sama Agni. Aku cintanya sama kakak.”
Oik tersenyum disela isakannya, “serius?”
Cakka menggangguk pelan. Oik memeluk tubuh Cakka.
“Aku juga cinta banget sama kamu.”
‘salah kak, aku cinta banget sama Agni, aku mencoba melawan hati aku sendiri. Demi kakak.’
☺☹☺
Pentas Seni!
Semua murid SMA Victoria menyambutnya dengan gembira, buktinya dari acara pembukaan, sekolah sudah diramaikan dengan murid-murid. Baik murid tuan rumah, maupun murid luar. Agni, Shilla, Acha, dan Sivia juga sudah datang ke salon pagi-pagi. Agni sudah siap dengan gaun warna merah hitam. Dibagian atas berwarna merah, sementara dari pinggang sampai bawah lututnya berwarna hitam. Pinggangnya dihiasi pita kecil berwarna merah. Rambut Agni dibuat gelombang kecil dan dikuncir 1. Shilla dengan gaun berwarna hijau toscha. Rambutnya dibiarkan tergerai, cukup diberi hiasan bando senada. Acha dengan gaun berwarna soft blue, dilengkapi pita besar di bagian pinggang. Rambutnya yang gelombang dibiarkan saja tergerai sama seperti Shilla. Sivia dengan gaun berwarna cokelat muda. Rambutnya di gelombang gantung.
“Hua! Ag, lo keliatan beda banget. You're so beautiful!” Teriak Shilla histeris, Agni tersenyum kecil.
“Makacih caiionk :*” Ucap Agni
Shilla tersenyum, “prince cakka-nya mana?”
Agni cuma tersenyum miris. Cakka? Paling da sama Oik. Pikir Agni. Ia melenggangkan kakinya menuju belakang panggung. Disana ada Patton yang menunggunya was-was.
“Agni! Untung lo datang! Huah gue pikir lo gadateng. Jangan buka acara penutup gue gagal. Oke?”
Agni tersenyum mendengar ocehan patton, “sip, gue akan berusaha yang terbaik.”
Alvin, tiba-tiba menghampiri mereka, “gaswat! Band kita udah mau tampil nih, ton! Tapi, Cakka belum dateng juga! Gimana?”
“Yaudah jadwal lo diundur aja sampe Cakka dateng, entar gue bilangin sama Zeva sama Shilla.”
“Engga! Kita butuh vocalist cadangan tau! Ada yang hafal lagu hingga akhir waktu?”
Sivia dan Acha melirik Agni, Agni yang meraa dilirik membalas melirik.
“Agni! Please! Lo salah satu harapan kami!” Kata Alvin, ia sampai berlutut di hadapan Agni.
“Eh, bangun-bangun. Iya, gue mau. Lagian beramal dikit gapapa kan?”
“Huaaa! Agni you're my hero!!”
Agni tersenyum kecil. Cakk, segitu sibuk kah lo sama Oik? Sampai-sampai lo tega ngeliat kawan-kawan lo panik gini?
---
“Lansung aj kita panggilkan, The Rocket's Roll!”
Agni lansung maju sebagai vocalist, anak-anak sekolah pada cengo. Mana Cakka? Kok yang gantiin malah kapten basket putri?
“Ehm, selamat siang semua. Saya disini menggantikan Cakka yang belum bisa hadir. Satu lagu dari kami, Hingga Akhir Waktu, dari Nine ball.”
Ku coba, untuk melawan hati.
Tapi hampa terasa, disini tanpamu.
Bagiku, semua sangat berarti lagi.
Kuingin kau disini, tepiskan sepiku.
Bersamamu.
Agni menghela nafas, lalu menatap ke belakang. Mungkin ada Cakka disana sedang tersenyum memperhatikannya. Tapi? Nihil.
Takkan pernah ada yang lain disisi.
Segenap jiwa hanya untukmu.
Dan takkan mungkin ada yang lain disisi.
Ku ingin kau disini, tepiskan sepiku.
Bersamamu.
Hingga akhir waktu.
Bagiku semua sangat berarti.
Kuingin kau disini.
Bagiku, semua sangat berarti lagi.
Kuingin kau disini.
Air mata Agni sudah membanjiri pipinya kalau Agni tak buru-buru menghapusnya. Ia rasa, lagu ini benar-benar menonjok hatinya. Sangat menonjok.
Takkan pernah ada yang lain disisi.
Segenap jiwa hanya untukmu.
Dan takkan mungkin ada yang lain disisi.
Ku ingin kau disini, tepiskan sepiku.
Bersamamu.
Hingga akhir waktu.
“Makasih, semua.” Ucap Agni di akhir lagunya, ia buru-buru turun dari panggung dan menumpahkan semua airmatanya.
‘Lagu tadi, nonjok banget’ Batin Agni, Shilla yang ngeliat sahabatnya nangis di pojokan lansung buru-buru menghampirinya.
“Ag? Kenapa?” Tanyanya, ia menyodorkan tisu. Agni menerimanya, lalu mengelap air matanya. Sivia dan Acha juga ikut membantu. Mereka membawakan bedak. Soalnya bedak Agni udah luntur kena air mata.
“Kenapa?” Tanya Patton ketika melihat bundaran kecil di sudut. Acha tersenyum.
“Gapapa, Ton. Masalah kecil. Make up luntur.” Patton ber-O ria. Lalu pergi meninggalkan mereka.
“Ag? Cakka kan? Pasti gara-gara Cakka?” Tanya Sivia. Agni mengangguk.
“Apasih mau dia? Kemaren sabtu dia nyium gue, dia bilang dia cinta sama gue, dia mau ninggalin Oik demi gue. Bullshit semua! Liat kan? Seminggu ini telepon gue ga pernah diangkat, sms gadibales. Bbm cuma di read.” Jelas Agni, Shilla memeluk Agni.
“Sakit shill. Gue tau gue gapernah berurusan sama cowo. Tapi gausah nipu gue kayak gini. Mending gue gausah pulang ke Indo waktu itu!” Shilla menghapus air mata Agni, sementara Acha dan Sivia memakaikan lagi bedak yang sudah luntur.
“Udah, jangan nangis lagi ya. Cakka mungkin lagi dipaksa sama Oik, tau lah Oik tuh gimana. Mungkin, Cakka mau ngangkat telepon lo tapi Hpnya keburu diambil Oik. Lo yang tabah, gausah pikir yang enggak-enggak. Cakka kan cinta pertama lo. Perjuangin, Ag!”
Agni cuma tersenyum manis.
“Ag! Mau giliran I Just Wanna Be With You tuh. 25 menit lagi. Siap gak lo?” Tanya Acha, Agni menghela nafas berat, lalu mengganguk.
☺☹☺
Setelah penampilan vokal group dari kelas X-1, jadwalnya Cagni. Tapi, berhubung Cakka belum dateng juga, Cakka diganti jadi Deva. Agni harus menjalankan sendiri koreonya. Deva kan belum terlalu hapal.
Agni sudah siap. Ia berdiri disebuah tempat. Seperti diatas balkon. Dibelakangnya ada jendela. Dan di bawah, ada Ify si pemain piano. Agni tersenyum memberi aba-aba sudah siap.
Alunan piano lagu Vanessa dan Zac itu mengalun lembut di telinga para penonton. Mereka semua bertepuk tangan meriah. Agni memendam semua perasaan kecewa nya karena Cakka. Ia menghela nafas, lalu mulai tersenyum.
I got a lot a things, I have to do.
All these distractions.
Our future's coming soon.
We're being pulled.
A hundred different directions
But whatever happends.
I know I've got you.
You're on my mind.
You're in my heart.
It doesn't matter where we are.
We'll be all right
Even if were miles apart.
Agni menatap ke belakang, lagi-lagi ia berharap sebuah ‘keajaiban’ itu benar-benar terjadi. Tapi tidak. Deva berdiri disana. Sambil berjalan mendekatinya. Agni menunduk kecewa. Cakk, lo bener-bener bikin gue kecewa.
All I wanna do
Is be with you, be with you.
There's nothing we can't do
Just wanna be with you, only you.
---
Seorang lelaki berlari dengan jaket hitam, kemeja warna putih, dan celana hitam. Ia berlari kebelakang panggung. Menatap kawan-kawannya yang sedang menyaksikan pertunjukkan.
“Udah dimulai?” Tanyanya, semua refleks menghadap kearahnya.
“Daritadi, dan ini udah bagian Cagni. Kalo lo mau tampil, lo buruan keluarnya dari pintu masuk!” Perintah Shilla. Lelaki itu lansung keluar dari belakang panggung dan menuruti perintah Shilla.
---
No matter where life takes us
Nothing can break us apart, you know is true,
I just wanna be with you,
Deva tiba-tiba meninggalkan ruangan. Agni menatap Deva. Loh? Kok? Tiba-tiba sebuah suara datang dari pintu masuk. Agni lansung tersenyum tak percaya.
You know how life can be, it changes overnight
It's sunny then raining. But it's all right.
(Agni)A friend like you.
(Cakka)Always makes it easy
I know that you get me.
Every time.
Through every up, through every down. You know i'll always be around
Through anything you can count on me.
Its dance time! Cakka naik melalui tangga yang ada di sebelah balkon itu, lalu menghampiri Agni yang terharu dengannya.
“Dari mana lo? Mau buat gue jantungan? Hah?” Bisik Agni, Cakka tersenyum.
“Ada urusan, sayang” bisik Cakka. Agni membalas senyumannya.
Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng.. Jreng..
Bunyi piano itu membuyarkan mereka. Cakka berjalan menjauhi Agni. Agni pun demikian.
All I wanna do
Is be with you, be with you.
There's nothing we can't do
Just wanna be with you, only you.
Koreo, Cakka berjalan mendekati Agni satu langkah, Agni pun demikian. Seperti itu. Sampai mereka berdua berdekatan. Lalu berputar kebelakang.
No matter where life takes us
Nothing can break us apart, you know is true,
I just wanna be with you,
Agni dipeluk Cakka. Lalu Cakka ajak berputar.
Oh, I wanna do.. Just be with you.
Cakka berbisik ditelinga Agni, tapi bisikannya itu bisa terdengar oleh penonton.
I just wanna be with you..
Agni tri nubuwati.
Sorakan lansung memenuhi ruangan itu. Penutupan yang sungguh manis. Cakka tersenyum penuh arti ke arah Agni. Agni pun demikian. Penantiannya tadi tak begitu sia-sia. Hey! Keajaiban itu benar-benar ada, bukan? :3
☺☹☺
Agni tengah membereskan wajahnya sepulang dari acara itu menggunakan tisu basah adiknya. Sambil bernyanyi, ia sesekali tersenyum mengingat kejadian tadi.
‘I got a lot of things. I have to do. All these distractions. Our future's comi*tit!’
“Halo?”
“Agni?”
“Iya, ini siapa?”
“Agni kita perlu bicara. Aku tunggu di cafe Mediterania. Besok pagi, jam 11.”
Tut!
Agni memandang layar ponselnya. Nomor siapa ini? Agni lansung menghempaskan tubuhnya di kasur. Siapa? Cakka? Oik? Tapi suaranya tak mirip dengan Oik? Lantas siapa?
TBC :)
Comments
Post a Comment