HALO PANatic :*
Sorry banjet lama ngepostnya, maklum saya lagi sibuk, artis ternama gini :p
Hehe, makasih yang udah nungguin cerbung gaje ini -_-
Here we go :3
***
“Agni! pokoknya minggu ini lo harus cantik! Biar Cakka klepek-klepek! Cayo, Agni!” teriak Shilla sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi, Agni menutup telinganya sambil melirik Shilla dengan tatapan heran.
Minggu depan, Agni dan Cakka akan melansungkan pertunangan yang sudah direncanakan beberapa bulan yang lalu. Agni aja ga ngerasa kalo tinggal seminggu lagi pertunangannya dan Cakka akan digelar. Hari itu, Agni, Shilla, Sivia, dan Acha sedang duduk di KFC. Lagi jjs di mall, wkwk.
“Kok lo yang sewot sih, Shill? Yang tunangan siapa. Ckck” Sivia berkomentar. Dia lagi asyik baca novel Remember When karya Winna Efendi yang baru dibelinya tadi.
Acha Cuma nanggepin ucapan kawan-kawannya itu dengan anggukan. Lagian dia nggak ngerti apa yang diomongin mereka. Cantik, baju, terus nyambung ke nikah. Agni sendiri dari tadi Cuma mangut-mangut mendengar celotehan Shilla.
“Eh? Ag? Kok seminggu ini gue gak pernah liat Cakka?” Tanya Shilla lagi, Agni tiba-tiba menjadi sepet. Minggu ini dia memang gak pernah jalan eh boro-boro jalan, mau ketemu aja susaaaahhh bener. Tiap Agni main-main kerumah Cakka, pasti Cakkanya lagi pergi, atau lagi latihan band sama temen-temen Rocket Roll’s nya.
Agni menggaruk kepalanya. Bingung mau jawab apa. Lalu cengengesan, “sibuk ngeband”
“tapi perasaan gue, Alvin sibuk ngeband juga. Tapi dia masih ada waktu buat sama gue!” Shilla memandang Agni curiga, “apa dia sibuk sama Oik?”
“uhuk! Uhuk! Uhuk!” Agni kesedek pepsinya. Alhasil, pepsi di mulutnya sukses mendarat di muka Acha. Acha lansung melotot dan melirik Agni kesal. tapi karena rasa laparnya lebih besar daripada kesalnya, ia memilih mengelap wajahnya dan melanjutkan melahap ayamnya.
Agni pura-pura gadenger, lalu kembali meneruskan minumnya. Shilla dan Sivia saling berpandangan. Lalu diam. Mereka ngerti perasaan Agni sekarang gimana.
***
Agni menjentukkan(?) jarinya di atas meja Café Mediterania. Sudah lebih setengah jam Agni menunggu si penelpon yang tadi malam menelponnya. Tak berapa lama, seorang gadis berambut panjang, dengan sweater soft pink muncul di hadapannya. Dia pikir tadi ada kuntilanak, eh gataunya manusia. Mukanya aja yang pucat, tapi matanya masih menyorot keteduhan.
“ehm, anda siapa?” Tanya Agni, gadis itu duduk di hadapannya, lalu memandangnya tajam. Agni aja ampe ngeri liatnya.
“Saya Nova, kakak Oik.” Ucap gadis itu, Agni memasang wajah bĂȘte se-bete-bete-nya.
“oh, ada apa ya? kenapa lagi sama kak oik?”
Nova melirik Agni tajam, “Saya Cuma minta satu hal, jauhin Cakka, karena Cakka sama sekali tak ada perasaan apa-apa sama kamu. Dia Cuma cinta sama adik saya. Saya punya bukti.”
Agni menaikkan salah satu alisnya, “oh ya? segitu penting ya buat aku? Denger ya, kak. Aku bertunangan dengan Cakka itu terpaksa! Karena perjodohan! Kalau engga dijodohin, aku juga gak mau ngerebut Cakka dari Oik! Galevel aku bersaing sama dia!” ucap Agnii, lalu meninggalkan kakak Oik sendiri. Tak terasa, air mata Agni sudah membasahi pipinya. Tapi, buru-buru disekanya.
***
Lelaki itu berdiri didepan rumah Oik. Ia sebenarnya ingin masuk, tapi langkahnya tertahan karena ia melihat Oik dan kakaknya sedang berbicara serius. Makanya, lelaki itu-Cakka- lebih baik menguping daripada harus masuk.
“kakak serius? Agni terpaksa tunangan sama Cakka? kakak tau dari mana? Jangan asal ngomong!” ucap Oik, ada nada gembira di pertanyaannya tadi. Kakaknya tersenyum misterius.
“kakak ketemu sama dia lansung. Dia bilang dia terpaksa. Kalau bukan karena dijodohin, dia gak mau tunangan sama Cakka! kesempatan bagus buat kamu, Ik!”
Mata Cakka hampir kabur dari tempatnya mendengar ucapan Oik barusan. Bohong! Pasti Oik bohong! Mana mungkin Agni terpaksa tunangan sama dia! Pasti itu akal-akalan Agni biar bikin Oik seneng! ya! pasti! Tapi kenapa separuh hati Cakka sakit dan percaya? Aku harus percaya yang mana?
“uah! Pasti dong kak! Aku pasti bakal manfaatin kesempatan ini!”
BRAK!
Pintu mobil Cakka ditutup kasar, Oik yang mendengar suara itu lansung berlari keluar dan melihat mobil Honda jazz itu sudah melesat di jalan raya. Oik berteriak memanggil Cakka. tapi, Cakka tetap tak menghentikan laju mobilnya.
“Bagus! Cakka sudah tahu tanpa harus dikasih tahu!”
***
“yang mana yang bagus? Yang cokelat? Apa yang ungu ya?” Tanya seorang gadis manis itu. Pandangannya tertuju kepada dua dress yang ingin dibelinya untuk acara pertunangan adiknya. Sambil terus menimang, ia terus memasati dress itu.
“Kiri.” Jawab seseorang dibelakangnya, gadis itu menoleh kebelakang. Sesosok lelaki hitam manis menatap ke arah dress yang dipegangnya. Gadis itu mengangkat dress pilihan lelaki itu. Warna cokelat. Gadis tadi menggangguk lalu tersenyum manis. Ia meletakkan kembali dress ungu di tempat tadi, lalu bergegas kekasir untuk membayar dress tadi. Setelah selesai, ia melempar senyuman pada lelaki itu. Lelaki itu tersenyum, lalu mengejarnya.
“hei! Hei! Kenalan dulu dong, itung-itung makasih karena aku udah bantuin kamu milih baju.” Ucap cowo itu, Gadis tadi menggangguk.
“Nekha, kamu?”
Cowo itu nyengir sendiri, “Rio. Pulang kemana?”
“ke Cagni Village. Kamu?”
“aku deket situ, Cuma di gang sebelahnya.” Ucap Rio, Nekha mangut-mangut.
Rio menepuk motor matic yang dibawanya, “mau nebeng?” Nekha sedikit menimang, lalu menggangguk mantap.
“sip! Ayo naik!”
***
Shilla, Sivia, dan Acha hari itu jadi seksi sibuk acara pertunangan Agni. bayangkan, dari pagi buta mereka sudah kesalon. Lalu, setelah puas, mereka datang ke gedung tempat dilaksanakannya pertunangan. Acaranya mulai pukul 1siang. Mereka memasuki tempat Agni menunggu. Agni tampil cantik dengan dress yang tempo hari dibelinya, rambutnya di keriting spiral, lalu di dandan tipis.
“kyaaa! Agni! ini elo? Si kapten basket? Gila! Cantik bener!” komen Shilla sambil memasati Agni dari atas sampai bawah. Agni melempar Shilla dengan gelas bekas minumnya.
“lebay lu! Biasa aja kali! Gue malah ngerasa kayak ondel-ondel berjalan. Udah make high heels. Untung pania baek, aku kan rada lupa sama jalan-jalan menggunakan heels. Wkwk” Agni menepuk pundak seorang gadis yang lagi asyik dengan BlackBerrnya. Yang ditepuk malah balik nepuk dengan kuat. Sehingga Agni meringis kecil.
“oh ya, mana Cakka?” Tanya Sivia ketika melihat sang tunangan Agni belum muncul. Agni menggeleng lemah.
“tadi pagi si keliatan. Tapi belum keliatan lagi sekarang. Mungkin lagi persiapan kali. Uah! Gue deg-degan nih!” teriak Agni, ia melebarkan kipas yang ada ditangannya, lalu mengibas kearahnya.
“Tarik napas dalam-dalam.. lalu hembuskan..” perintah Acha, Agni pun nurut-nurut aja. ia menghebuskan napas dalam-dalam, lalu ia hembuskan. Eh, bukan malah makin tenang, dia malah makin ‘GALAU’.
“Kak nekha mana sih, pan? Kok ngga keliatan?” Tanya Agni ketika sadar kakaknya yang satu itu ngga muncul-muncul. Pania menggeleng.
“tadi sih katanya mau jemput kawannya di bawah. Sabar kak, entar lagi juga paling dateng,”
Agni menghela nafas, lalu melirik ODM yang melingkar di pergelangan tangan Pania. Sudah pukul 12:30. Tinggal setengah jam lagi. Perasaannya malah galau. Keputusannya tadi malamlah yang membuatnya menjadi galau. Dia ragu, benarkan dia akan menjalankan keputusannya? Atau malah tidak dan mengganggap itu hanya angin lewat saja?
***
Cakka tiba di tempat ketika Agni sudah berdiri di depan kedua orang tua mereka. Cakka menghela nafas berat, lalu melirik Agni. Agni tersenyum kikuk sambil menampilkan gigi putihnya.
“darimana?” Tanya Agni.
“dari rumah.” Jawab Cakka santai, “udah siap, Ag?”
Agni menggangguk, “amien! Lo berdoa ya! semoga gue gak gemeteran masangin cincin ke jari lo. Gue suka gemeteran orangnya kalo gugup. Hehe”
Cakka mengacak poni Agni pelan, “dasar!”
Agni tersenyum miris, perlakuan Cakka tadi membuatnya makin gak rela memakai keputusannya tadi malam. Acara segera dimulai, Cakka lansung menggandeng Agni kuat. Seolah tak akan melepaskan Agni. agni memandang Cakka ragu, sementara Cakka tersenyum yakin sambil mengangguk.
“gue pasti bisa!”
Agni tersenyum, lalu menampilkan giginya.
“para hadirin sekalian. Hari ini hari yang sangat special untuk kedua putra dan putri kami. Karena mereka akan mengikat janji(?) dalam ikatan pertunangan. Walaupun mereka masih sangat belia, tapi mereka sudah yakin akan keputusan untuk bertunangan. Sekarang, hayo Cakka sematkan cincin itu di jari manis Agni.” ucap ayah Agni, Cakka meraih jemari Agni, lalu menyematkan cincin itu di jari manis Agni. agni Cuma tersenyum manis. Cakka membalas senyum itu.
“sekarang giliran kamu, Agni.”
Agni memandang Cakka. serius kagak ni bocah mau tunangan sama gue? entar tiba-tiba dia malah ngomong “gotcha!” terus bilang “selamat anda masuk di tim jail!” kan malu gue-_- batin Agni. cakka menggangguk, seakan tahu isi pikiran Agni. okay, Agni gak jadi make keputusannya tadi malam. Ia menyematkan cincin itu di jemari kanan Cakka, lalu semua penonton disana bertepuk tangan. Agni bernapas lega. Cakka tersenyum bahagia. Akhirnyaaa.
***
“Kak Agni! itu siapa sih? kok ganteng banget?” Tanya Pania ketika Agni sedang berbincang kecil dengan Shilla. Agni mengikuti arah pandangan Pania, lalu berdehem menggoda. Pipi pania jadi merah deh *ih najis*
“Itu Ray, adiknya Cakka. mau dikenalin?” Tanya Cakka, yang tiba-tiba ada disamping Agni. Pania bersemu-semu(?) lalu menggeleng lemah.
“gausah! Malu! Malu! Gausah kak!!”
Cakka mengajak Ray mendekat ke arah Pania dan Agni. si gondrong itu melirik Pania dari atas sampai bawah, lalu tersenyum. Pania Cuma cengengesan sambil melirik ke arah Cakka geram.
“Ray, kamu?”
Pania tersenyum kikuk, “pania, hehe”
“Kelas berapa?” Tanya Ray ramah, Pania klepek-klepek liat senyumnya *aw aw awwww*
“Kelas 8, kamu?”
Ray melirik Pania sekali lagi? Kelas 8? Bongsor amet -_-“ *curcol*
“10. Badannya gede, tapi mukanya cyut kayak anak kecil. Imut.”
HUAA! MAMA!! AKU DIBIKIN NGEFLY SAMA KAK RAY! Teriak Pania dalam hati. Ia tersenyum bangga sambil malu-malu.
“ini pin BB aku, add ya” ucap Ray tanpa canggung. Agni menggangguk, lalu mencatat pin yang disodorkan Ray tadi. Tak berapa lama, Pania dan Ray sudah mulai akrab. Cakka melirik Agni, lalu menarik tangannya pelan. Mengajak bicara empat mata.
***
“Ag, aku mau Tanya sama kamu, kamu serius gak sih sama pertunangan ini?” Tanya Cakka ketika mereka berdua duduk di taman gedung itu. Agni melirik Cakka sekilas. Lalu tersenyum sinis.
“ya serius lah, bukannya kamu yang ngga punya perasaan sama aku?” Tanya Agni balik, Cakka meliriknya.
“perasaan? Gapunya? Kalo aku gapunya perasaan ama kamu, kenapa aku setuju pas mama Tanya tentang percepatan pertunangan?”
Agni berdiri dari duduknya, “Kak Nova yang ngomong sama aku! Kamu Cuma punya perasaan sama oik kan?”
“Agni.. denger dulu..”
“Aku juga waktu itu cuma boong ngomong sama kak Nova. Aku serius mau tunangan sama kamu.. aku serius banget malah. Ini yang aku mau dari dulu. Ini yang aku tunggu-tunggu” lirih Agni, Cakka menatap Agni.
“Ag.. denger..”
Agni menepis tangan Cakka, “oh, apa jangan-jangan tadi kamu kerumah oik dulu? Baru kesini?”
“Agni! denger aku!” bentak Cakka, Agni menatap Cakka yang sudah berapi-api(?) “Oik sakit Kanker Darah! Aku terpaksa nemenin dia karena waktu dia gak lama lagi! Kasih aku kesempatan untuk berbuat baik sama Oik! Aku kasian sama dia, hidup dia tinggal bentar lagi!”
Agni sama sekali tak memasang wajah iba, “kalo gitu lo kawinin aja si oik! Biar lo jadi yang terakhir bagi Oik! Gue ikhlas!”
“Cakka! Agni!”
“Ah?”
***
The End #plak.
Bersambung deng :p
Comments
Post a Comment