Kedua bocah berusia 9 tahun itu berlarian di kolong langit. Sambil memainkan baling-baling yang mereka buat sendiri. Yang cowo mengejar yang cewe. Tawa dan candaan terlontar dari mulut mereka. Sampai hujan turun membasahi bumi. Mereka berdua merentangkan tangan, membuat air hujan membasahi tubuh mungil mereka. Sang cewe merebahkan tubuhnya di atas rumput hijau, si cowo duduk disampingnya.
“Agni, kalo misalnya entar Cakka mati gimana?” Tanya Cakka tiba-tiba, Agni tertawa kecil.
Cakka tersenyum kecil mendengar jawaban Agni.
“kalo Agni mati, Cakka bakal gimana?” Tanya Agni balik,
“Cakka mau nyumbang nyawa Cakka buat Agni.”
Agni tertawa, “emang bisa nyumbang nyawa?”
“bisa dong!”
Mereka berdua tertawa.
__
“AGNI!”
Agni samar-samar melihat bayangan Cakka yang sedang melepas dasinya dan mengikatnya di pergelangan tangan Agni. Agni tersenyum. Tuhan, jika nyawaku kau cabut sekarang aku rela deh, yang penting aku ada disamping orang yang kucinta. Batin Agni. lalu semuanya menjadi gelap.
***
Putih. Warna pertama yang Agni lihat ketika ia sadar dari tidur panjangnya. Agni menatap sekelilingnya, ini bukan kamarnya. Melainkan rumah sakit. Di sebelahnya ada seorang gadis dengan buku di tangannya, sambil membaca ia sesekali menatap layar handphone nya yang ia letakkan di sebelah meja.
“Via..” panggil Agni dengan suara parau. Sivia lansung menghentikan aktivitasnya dan menatap Agni.
“Agni? lo udah sadar? Syukurlah!” teriak Sivia girang. Agni Cuma menyunggingkan senyumnya.
“mana Shilla? Acha?”
“mereka pulang ngambil baju. Tapi tenang, mereka bakal balik lagi kok,” ucap Sivia sambil tersenyum lebar. Agni tersenyum. Ia menatap beberapa rangkaian bunga yang ada di sebelah tempat tidurnya. Dilihatnya sebuah mawar putih yang sudah agak layu. Hey! Berapa lama aku tertidur?
Agni mengambil buket bunga tersebut, lalu menatapnya lekat-lekat. Bunga mawar putih.. siapa yang tahu kalo Agni suka bunga mawar putih kecuali.. Cakka. Agni mengambil sebuah kartu yang ada didalam bunga tersebut. Ia membaca tulisannya dan tersenyum.
Cepet sembuh ya, Agni!
- Cakka -
“itu bunga dari Cakka, 1 minggu yang lalu,” komen Sivia yang melihat kartu tersebut. Agni memasukkan kartu tersebut ke buket itu dan menatap Sivia.
“1 minggu yang lalu? Jadi gue koma selama itu?” Sivia menggangguk.
Agni menghela nafas, lalu menatap gumpalan awan putih dari jendela kamarnya. Ia kangen Cakka. entah kenapa hatinya kadang-kadang perih kalo mengingat kejadian 1 minggu lalu. Dia bodoh apa bego ya, nyerahin Cakka ke Oik? Jujur, Agni gak ikhlas.
***
Sudah 1 minggu lebih Oik dirawat di rumah sakit, dan selama itu pula Oik tak sadarkan diri. cakka dengan setia menunggu di sebelah Oik. Kalau-kalau ada keajaiban muncul dan Oik sadar. Sambil memainkan gitarnya, Cakka menatap awan-awan di luar jendela. Tiba-tiba ia teringat Agni. Senyumannya, hangatnya pelukannya.
“Kka..”
Cakka menatap ke arah Oik yang tengah menggapai-gapai udara. Cakka meletakkan gitarnya dan lansung menghampiri Oik.
“Kak Oik!”
Oik tersenyum lemah, “hh.. hh.. aku.. hh.. mau ketemu.. Agni..”
Cakka menaikkan alis sebelahnya, “kakak masih lemah, ntar kalo kakak udah sembuh Cakka ajak ke tempat Agn..”
“engga.. hh.. Aku mau sekarang!”
Cakka mengalah, ia lalu memanggil dokter yang menangani penyakit Oik, setelah di check, suster mengambil kursi roda Oik dan menaikkan Oik kekursinya.
“kakak yakin mau ketemu Agni?” Tanya Cakka yang sudah deg-degan banget mau ketemu Agni.
“yakin.”
***
Shilla hampir saja menelan Oik hidup-hidup kalau Alvin gak menahan Shilla. Ketika Oik dan Cakka muncul di kamar Agni, yang paling heboh itu Shilla. Entah kenapa Shilla benci ngeliat Oik walaupun dia lagi sakit gitu.
“bebs, kita keluar aja yuk. Biarin Oik, Cakka, dan Agni bicara enam mata.” Ajak Ozy pada Acha, Acha yang masih melotot ke arah Oik.
“Shilla, keluar yuk princess. Kita cari makan.” Ajak Alvin, Shilla menggangguk lalu menggandeng tangan Alvin. Sivia dan Gabriel tau diri, mereka berdua keluar tanpa harus dikomando lagi.
Tinggalah Oik, Cakka, dan Agni. agni membuang pandangannya jauh-jauh dari Cakka, sementara Cakka Cuma menunduk menatap lantai.
“Kka, Ni. Aku mau ngomong. Bisa liat aku dulu?” Tanya Oik, Agni dan Cakka menatap Oik yang sedang menunduk.
“aku.. mau.. kalian.. bersatu..” pinta Oik sambil memainkan ujung baju rumah sakitnya. Agni dan Cakka cengo. Lalu saling berpandangan.
“haha, april mop udah lewat!” komen Agni lalu membuang wajahnya jauh-jauh.
“aku serius, Ag..” Oik meyakinkan Agni, “Aku rasa, hidupku gak lama lagi dan.. aku gamau mati sebelum nyelesaiin masalah ini,”
“masalah apa?” Agni mulai menatap Oik, “ini semua udah selesai! Aku udah nyerahin Cakka ke kakak, ini kan yang kakak mau?”
“aku tau, kamu gaikhlas nyerahin Cakka ke aku? Kamu diancam apa sama kak Nova sampai rela ngorbanin perasaan kamu?” Tanya Oik dengan tatapan sinis.
“bukannya lo yang nyuruh kak Nova buat ngancem gue?”
Oik terdiam, lalu menunduk, “awalnya gitu. Gue gak rela ngeliat Cakka harus bersanding dengan lo. Tapi, gue rela Ag, sekarang. Gue minta, kalian bersatu. Demi gue.”
Cakka dan Agni berpandangan. Agni kangen tatapan mata itu! Tatapan yang membuat seluruh isi hatinya bergemuruh. Tatapan yang kadang membuatnya marah. Kadang membuatnya menangis, tertawa.
“Kita mulai dari awal!” Oik membuka suara, “anggep kalian baru aja kenalan di sini.”
Agni dan Cakka bertatapan, Cakka tersenyum manis, lalu mengulurkan tangan kanannya, “hai cewek, godain kita dong!”
“ih, apaan sih lo!”
“kenalan yuk?” ajak Cakka sambil menaikkan kedua alisnya, Agni mencibir.
“perasaan gue pertama kali kita kenal gabegini deh kenalannya..”
^^
Agni memandang hewan kecil yang tergeletak di hadapannya. Air matanya dari tadi membasahi pipi chubbynya.
“kamu kenapa?” Tanya seorang lelaki, Agni mendongak dan melihat lelaki itu sedang menatapnya iba. Lelaki itu sedikit gendut, dengan rambutnya yang tebal dan lebat, alisnya yang sempurna, matanya yang berwarna hitam, dan wajahnya yang tampan seperti menghipnotis Agni. bahkan Agni sendiri tak sadar kalau ia sudah tidak menangis lagi.
“kelinciku mati,” jawab Agni, masih menatap lelaki itu, “dia sudah 3 hari gamau makan. Hari ini aku ngajak dia jalan-jalan, lalu ku ajak berlari. Tiba-tiba, ia mati.”
“sayang banget, ih! kan lucu!” komen lelaki itu sambil mengelus bulu kelinci tersebut. Pasti hangat! Batin Agni.
“ayo kita kubur disini, dia pasti udah tenang di surga.”ucap cowok itu sambil menunjuk kearah awan. Agni mengganguk,
“aku Cakka, kamu?”
“Agni,”
Ia menyunggingkan senyumannya, “mari kita bersahabat!”
^^
“masih inget lo?” Tanya Cakka sambil mengerjap tak percaya, Agni cemberut.
“gimana gue bisa lupa!” agni mendengus sebal.
“kenalan yuk?” Cakka mengulang pertanyaan yang tadi diabaikan oleh Agni.
“boleh, Agni Tri Nubuwati, panggil aja Agni, kamu siapa?” Agni mengedipkan sebelah matanya, Cakka memasang senyum cirri khasnya.
“gue Cakka Kawekas Nuraga, panggil aja Bieber. Haha engga panggil aja Cakka. lo mau gak jadi pacar gue?” Tanya Cakka, Agni tersenyum.
“buktiin dulu dong, kalo udah yakin, entar gue kasih jawabannya.”
“oke, Cakka gak pernah takut sama apapun!”
Agni tertawa, Cakka mengacak poni Agni pelan. Oik? Ia tersenyum sambil menahan air matanya yang sudah mau tumpah,
“kalo gitu, aku keluar ya, mau cari angin,” pamit Oik, Agni berhenti tertawa dan menatap Oik gak enak.
“Cakk, anterin gih, kasian kak Oik.” Suruh Agni, Cakka tersenyum lalu hendak mendorong kursi roda Oik, tapi tangannya di tepis Oik.
“gue bisa kok, Kka, Ni. Kalo gitu gue pamit ya, selamat berbahagia.” Oik tersenyum lalu pergi dari kamar Agni.
“kok gue gak tega sih,” desah Agni pelan, tapi bisa dijangkau Cakka.
“Gak tega kenapa?”
“udah gausah dibahas lagi,”
***
Oik menangis sejadi-jadinya di taman rumah sakit, hatinya sakit, tapi semua terobati ketika melihat senyum bahagia terpanjar dari wajah Cakka.
‘kebahagiaan Cakka memang gak akan pernah ku dapatkan, tapi setidaknya, aku pernah merasakannya.’ Batinnya pergi.
“hai, aku boleh duduk sini?” Tanya seseorang, Oik menggangguk sambil menyeka air matanya yang membasahi pipinya.
“kok nangis? Gue salah apa?” Tanya cowo itu polos, Oik tersenyum manis.
“engga, gue habis patah hati.” Jawab Oik sekenanya, cowo itu cengo bentar.
“masa cewe cantik kayak kamu patah hati? Haha bego tu orang yang mutusin kamu!” ucapnya sambil tertawa, mau tak mau Oik ikut tertawa.
“Obiet, kamu?”
Oik membalas uluran tangan Obiet, “Oik.”
“wow! Nama kita sama-sama awalan ‘O’. tau gak, kata orang ya, kalo kita ketemu disuatu tempat yang tak pernah kita duga, kita jodoh loh!” (obiet ngarang) --“
“hah? Serius?” Oik mulai tertarik, obiet menggangguk.
“artinya kita jodoh dong! whahaha.” Ucap Obiet polos sambil tertawa riang. Oik heran, ni bocah kelas berapa sih? kok kayak bocah kelas 5 SD?
“SMA mana?” Tanya Oik pada Obiet, Obiet tersenyum manis.
“SMA 5, kenapa?”
Gila! Dia ternyata murid Vesehisu. Tingkahnya aja yang childish, tapi otaknya Einstein cuy!
“Gak, kamu lucu. Kayak anak SD.” Komen Oik tanpa sadar. Lelaki itu memang lucu. Wajahnya imut. Semua orang pasti mengira Obiet adalah anak SMP.
“banyak yang bilang gue gitu. Haha, eh, lo sakit apa?” Tanya Obiet, Oik terdiam. Ia menunduk,
“kanker.. darah.”
“Hoah? Stadium?”
“Tiga.”
Obiet lansung menepuk pundak Oik, “masih bisa sembuh! Dan masih bisa jadi istri aku, ahahaha.”
“Gak. Gue gak bisa sembuh. Orang jahat kayak gue gak punya kesempatan untuk menghirup udara lebih lama!” Air mata Oik mulai menggenangi matanya, Obiet menaikkan alisnya.
“siapa bilang? Semua orang berhak dapet kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya, asal lo janji gak akan ngulangin kesalahan lo lagi. Emang lo sejahat apa sih? sampe lo bilang lo itu ‘orang jahat’? lo keluar dari penjara ya? kawannya Malinda Dee?” tebak Obiet, Oik memukul lengan Obiet pelan.
“ngawur!” satu persatu cerita keluar dari bibir mungil Oik. Obiet dengan seksama mendengarkan, sesekali ia tercekat, lalu tertawa.
“kalo menurut gue sih, lo memang salah. Haha, tenang Ik. Lo lupain semua masa lalu lo, dan lo focus ke masa depan lo. Hidup gak stuk disatu sisi aja Ik. Lo gaboleh sering ngeliat kebelakang dan terpuruk akan keadaan. Gue janji, gue bakal jadi penyemangat hidup lo..” ucap Obiet berkobar-kobar. Oik tertawa sendiri melihatnya.
“..jadi, lo mau kemoterapi kan?” obiet mengakhiri kalimatnya, Oik diam sejenak, lalu menggangguk.
***
Aku bermimpi, tentang hari ini.
Disaat kita berdua, selalu bersama.
Dan bila nanti, kau ingat kembali.
Masa-masa inilah, yang akan kita kenang selalu.
Agni memainkan jari-jari lentiknya di gitar kesayangannya. Cakka yang duduk disebelahnya tersenyum mendengar bait demi bait yang keluar dari mulut Agni. lagu itu menggambarkan kisahnya dan Agni.
Kau tak sendiri, ku slalu bersamamu.
Temani aku, sampai habisnya, waktu..
“cie, yang deket lagi :p selamat deh!” komen Vania yang baru dateng membawa sekantong plastic hitam buah untuk Agni. disampingnya ada Ray yang lagi asyik dengan PSP nya.
“makasih dekku sayong, mana kak Nekha?” Tanya Agni, Vania menggangkat bahunya.
“gata..”
“HALO NEKHA YANG CANTIK DATANG!” Kompak Cakka, Agni, Vania, dan Ray menatap seseorang yang datang di depan pintu. Agni lansung melempar kakaknya itu dengan botol minum bekas pake. Tapi, sialnya, yang kena malah Ray --“
“aduh, kak. Kira-kira dong, sakit nih. Huhu” ringis Ray yang asyik memegang jidatnya yang tadi jadi landasan botol.
“biarin, weeekkk :p”
“Ag, lanjut dong lagunya -_-“ pinta Cakka, Agni menepuk jidatnya lalu kembali menggejreng gitar (hemaviton jreng kali)
Aku berjanji, sampai tua nanti.
Akan selalu ada jika Cakk butuh.
Dan bila nanti, dunia tak mengerti.
Berpalinglah pada Noy, tempat teraman untuk Cakka-ku.
Cakka tertawa mendengar lagu Agni yang berkesan ‘dipaksa’ itu. Agni lansung manyun begitu melihat Cakka tertawa.
“jahat!” gerutu Agni, Cakka mencubit pipi Agni gemes.
“biarin, weeekk haha.”
***
Malam yang indah. Mungkin bagi Nekha dan Rio. Mereka berdua kini tengah menikmati indahnya bintang di taman rumah sakit sambil asyik bercanda. Seperti dunia milik berdua yang lagi ngontrak 250 ribu per bulan.
“bintangnya keren, euy! Bersinar.. terangggg!!” komen Rio sambil mencoba menggapai bintang.
“emang bisa apa?” tantang Nekha sambil menaikkan alisnya.
“yeee, mentang aku masih kecil gabisa ngambil bintang, entar kalo aku ngambil bintang yang ada gamuat mau disimpen dimana.” Jawab Rio ngelantur, Nekha tertawa kecil.
“eh, kak. Kapan balik ke Perth?” Tanya Rio, Nekha menghela nafas.
“1 minggu lagi, kenapa?”
Rio tersenyum, ia mengeluarkan sebuah kotak beludru warna merah. Lalu membukanya. Terlihat cincin putih bertuliskan R-N di tengah cincin. Nekha cengo sebentar. Jangan jangan Rio mau ngajak kawin -_-
“apa.. ini?”
Rio menggenggam tangan kanan nekha #mauuu!! Lalu, memakaikan cincin tersebut di jari manis Nekha, waw pas!
“would you be my girlfriend?” Tanya Rio sambil memandang Nekha lekat-lekat. Wow! Nekha cengo dong, adek kelasnya nembak dia. Dia menimang jawaban.
“Yo, mulai besok gausah ketemu aku dulu, ya,” Nekha memasang wajah kecewa. Rio menghela nafas, tamatlah. Patah hati dia habis ini.
“aku belum terbiasa jalan berdua sama cowo baru aku,” ucap Nekha lalu memasang senyum manis. Rio menggangkat wajahnya, “serius? Gue diterima?”
“menurut lo, sayang?” Tanya Nekha, Rio lansung memeluk Nekha (napsu) -_-
“hua makasih makasih, akhirnya Rio punya pacaarrr
Mereka berdua tersenyum, menikmati indahnya malam itu.
***
“eh entar lagi Agni ultah kan?”
“yoyoy! Kayaknya kita harus bikin kejutan deh, gimana? Setuju?”
“setuju! Haha..”
***
Love Story part 8-B.
Akhirnya end juga(?)
Maaf ya ceman-ceman selama pembuatan cerita ini selalu ngaret.
Ceritanya juga jelek abis -_-“
Haha maaplah maap maap(??)
Ini dibikin pake EMOSI! Soalnya mama aku lagi marah-marah.
Makanya aku ikut marah!!
***
Love Story 8: Akhir sebuah perjalanan.
***
“Oik! Gue bawain lo apa hayo? Coba tebak!” seru Obiet sambil menunjuk sebuket bunga mawar merah yang dibawanya pagi itu. Oik yang sedang menghabiskan sarapannya hampir saja tersedak. Obiet cengengesan.
“sorry, Ik. Gue gak tau lo lagi makan. Haha. Nih, gue bawain bunga! Biar entar lo semangat kemo nya!” Oik mengambil buket bunga yang ada ditangan Obiet, lalu menciumnya. Ada perasaan menggelitik yang entah kenapa hadir di hati Oik (eaea bahasa gue-_-)
“Ma.. makasih, Biet.” Ucap Oik sambil tersenyum manis.
‘demi apa! Senyum Oik manis banget. Tuhan, kayaknya ini beneran jodoh gue deh, asek-asek’ batin Obiet sambil menggaruk kepalanya yang gak gatel.
“Biet? Ketombean?” Tanya Oik sambil menatap Obiet aneh. Obiet nyengir sambil memainkan ujung bajunya.
“engga sih, Cuma kayaknya ada kotoran aja. Iya, kotoran. Hehe.”
Oik Cuma menggangguk lalu kembali menyantap sarapannya. Entah kenapa semenjak Obiet ada disisinya, ia mulai semangat makan.
“eh, Ik. Tau ga? ada yang aneh dari lo, tau.” Ucap Obiet sambil memandang Oik aneh. Oik lansung berhenti beraktivitas dan menatap Obiet,
“apa?”
“biasanya orang sakit tu wajahnya pasti berubah menjadi lepek, sedih, murung, kecewa. Tapi kok lo.. tetep cantik sih?” Obiet mencoba gombal. Pipi Oik berubah merah.
“ih paansih, bisaaaa aja.”
Obiet tersenyum, “eh, ngomong-ngomong Cakka tuh yang mana sih? soalnya tadi gue ketemu cowo gitu dibawah. Terus ada cewe manis di kursi roda, manis banget, kalo gue kaga inget lo jodoh gue udah gue embat deh, Ik. Terus yang cewe itu manggil dia ‘Cakk’. Tapi lo manggil dia ‘Kka’. Makanya gue bingung sendiri.”
“oh, pasti cewe itu Agni. ya, Cakka orang yang lo liat di bawah. Agni memang dia manggil dia ‘Cakk’ dari kecil. Sementara kita yang baru kenal dia, harus manggil dia ‘Kka’.” Jelas Oik, tanpa sirat kesedihan dari wajahnya.
“Oh, itu toh yang namanya Cakka. eh cakep yak, Ik. Tinggi, cakep, putih. Gak kayak gue, haha.”
“engga kok. Siapa yang bilang? Obiet manis, lucu, buktinya karena Obiet, Oik semangat kan? Kalo gak ada Obiet, mungkin Oik udah mati. Makasih ya, Biet. Oik.. gamau kehilangan Obiet!”
“Obiet juga gak mau kehilangan Oik. Makanya, Oik harus semangat! Oke? Biar kita bisa bersatu!”
Oik menggangguk semangat. Pasti, biet! Gue bakal berjuang! Demi lo!
***
Sementara di taman, pasangan yang lagi pedekate sedang bermain tangkep-tangkepan kupu-kupu. Gadis di kursi roda itu tampak kesulitan menggapai kupu-kupu. Sementara yang cowok asyik lari-lari kayak anak ilang(?)
“ah! Susah banget sih, risih gue di kursi roda ini!” gerutu Agni kesal. dia emang gak boleh berdiri dulu sama dokter, soalnya kondisinya masih lemah. Cakka mencibir.
“siapa suruh mau bunuh diri!” ejek Cakka sambil asyik berlari-lari kesana kemari. Agni manyun.
“Kalo lo gak sama Oik gue juga gak bakal bunuh diri kali!”
Cakka terdiam, “jadi.. itu penyebab lo bunuh diri?” Agni menggangguk pelan. Lalu menunduk.
“konyol banget sih lo, Ag.” Komen Cakka, ia menatap kedua mata yang sudah lama tak dilihatnya itu, “lo percaya gak? Kalo jodoh itu gak bakal kemana-mana? Walaupun gue di Afrika lo di Papua, pasti entar ketemu lagi!”
“haha, iya. Gue kebawa emosi.” Agni menggaruk kepalanya yang gak gatel, “gue terlanjur sayang banget sama lo waktu itu, haha”
Cakka menampakkan wajah kecewa, “lalu sekarang?”
“sekarang? Maksud ‘sekarang’ apa?”
“sekarang.. perasaan lo ke gue gimana, Agni.” Cakka menatap mata Agni, “masih ada kesempatan buat gue jadi milik lo lagi? Atau.. udah ikut kegores beling yang lo pake buat ngiris nadi lo?”
Agni menghapus air matanya yang tiba-tiba melesat begitu saja, “masih ada, kok.”
“serius? Demi apa?”
“demi nyai :p”
“Ah! Agni! serius!”
“Iya, serius. Tapi..” Agni menggantungkan kalimatnya, Cakka mengangkat alisnya, “tapi apa?”
“Tapi.. entar traktir gue es krim kalo udah sembuh ya?”
“Aha! Sip! Kita pacaran nih, Ag?!”
Agni cengo, “siapa yang bilang? Emang lo udah ngebuktiin ke gue?”
“aaahh! Agni! tadi tuh gue udah ngebuktiin ke lo, tau!” Cakka pura-pura nangis. Agni tersenyum lalu mencubit pipi Cakka gemes.
“iya deh, kita sekarang ‘P-A-C-A-R-A-N’. Puas?”
“Aaaaa! Puasss! Makasih, Agnoy!!!” Cakka lansung meluk Agni. agni merasakan perasaan yang sudah lama hilang, kini menyeruak kembali.
Bruk! Bruk! Bruk!
“aduh! Rio turun dong, sakit nih punggung gue!” teriak Nekha yang kena timpa sama Rio,
“kak Nekha! Turun buruan sakit nih!” gerutu Vania yang kena timpa kakaknya itu,
“huaa! Turun kalian bertiga! Pinggang gue encok nih!” teriak Ray histeris. Rio berdiri, Rio membantu Nekha berdiri, dan Nekha bantu Vania berdiri.
“gue gak dibantu?” Tanya Ray begitu melihat Vania berdiri dan cengengesan ke arah Cagni.
“berdiri aja sendiri. Kan udah gede! Weeekk”
Cakka manyun, aduh malu deh gue, “LO BEREMPAT NGUPING YA?”
Mereka berempat nyengir sambil senyum-senyum gaje. Sementara, Agni Cuma tertawa melihat kejadian itu.
“RIO! RAY! KAK NEKHA! VANIA! AWAS KALIAN!”
“KABOOORRRRR!!!!!”
‘Hari ini, hari paling indah yang pernah ada.’ Batin Agni sambil tersenyum lebar.
***
Shilla, Sivia, dan Acha sedang asyik menghias gazebo rumah Agni untuk pesta ultah Agni besok. Agni keluar dari rumah sakit juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya, jadi ngerjainnya gampang.
“udah rapi belum nih, Shill?” Tanya Alvin yang kebagian nyusun bunga dalem keranjang.
“rapi dari Afrika! Aduh, alvin! Ini berantakan banget tau! Ayo beresin ulang!” cerca Shilla sambil asyik menggunting duri-duri mawar, dan Alvin kebagian nyusun.
“eh, Zy. Yang bener ngeletakin bunga di kolam berenangnya! Itu jadinya malah BITRDHAY! Belajar bahasa inggris gak sih?” Komen Sivia yang kebetulan liat Ozy lagi naburin bunga mawar putih di kolam berenang. Ozy manyun lalu kembali menghias kolam berenang itu.
“Gabriel! Astagpirulloh alajim! Ini kenapa balon pada pecah semua?” Tanya Acha waktu mau ngambil pisau disebelah Gabriel.
“sorry, waktu gue niup, ternyata kegedean, terus pas mau ditempel pecah, hehe.”
‘klik’
“Hai, ceman ceman! Agni pulang.. HAH? KALIAN APAIN RUMAH GUE!” Teriak Agni histeris ketika melihat halaman belakangnya acak adul begitu.
“Aduh! Si Agni kok udah pulang aja?” ucap Acha panic, Sivia menggangguk mengiyakan omongan Acha.
“waduh, ketahuan deh rencana kita!” rutuk Shilla sambil menepuk jidatnya.
“Cha! Vi! Shill! Vin! El! Liat deh. bagus kaga karya gu.. AGNI?” Ozy yang baru keluar dari kolam berenang lansung melotot ngeliat Agni, “bukannya lo keluar rumah sakit besok?”
“oh, jadi lo pada nyumpahin gue lama-lama dirumah sakit?” cerca Agni sambil cemberut. Siviel, OCha, dan Alshill menggeleng kuat-kuat.
“kita mau ngasih lo surprise tau, Ag. Kan bentar lagi tanggal 26.”
Agni mengerutkan dahinya, “lo pada punya kalender kaga? Besok tanggal 26 MAY woi, bukan 26 Juni! Gue aja yang 1minggu dirumah sakit masih inget-__-”
Ocha, Siviel, dan Alshill cengo. Cakka yang gak tahu apa-apa tentang surprise ini ngakak parah. Keenam kawannya ini idiot semua apa yak?
“serius lo ini tanggal 26 May?” Ozy lansung menatap handphonenya, dan menepuk jidatnya.
“siapa nih yang ngasih tau hari ini 26 Juni?” teriak Alvin sambil cemberut, semua mata tertuju pada Shilla.
“kalender gue salah -__-“ ucap Shilla sambil menunjuk handphonenya yang menunjukkan ‘Saturday, 25 June 2011’.
“shilla!!!!!!!!!!!”
Byur!
Ketika semua berteriak ke arah Shilla, Ozy gasengaja kedorong ke kolam berenang. Semua refleks menatap Ozy. Hening. 1.. 2.. 3..
“HUAKAKAKKAKAKAKAK!! HAHAHAHA!” Suara tawa membahana. Membuat Ozy cemberut, mukanya jelek banget (piss Freenzy. Saya juga freenzy kok :D ahha)
“jahat! Barbie Acha, tolongin aa’ Ojik dong. kejebur nih,” pinta Ozy sambil mengulurkan tangannya. Acha mencibir.
“iyadeh sini gue bantu, gue kan baik sama lo!” Cakka mengulurkan tangannya ke Ozy, tapi si Ozy iseng, dia malah nyeburin Cakka ke dalem,
“etdah songong amet sih lo, jik. Udah gue tolong bukannya makasih sama sama malah dorong gue. udah pernah makan sepatu belum?” Tanya Cakka gerem. Ozy lansung bergidik ngeri dan berteriak,
“amppooonnnn!”
***
“Oik! Obiet bawain kue dari mama Obiet!” seru Obiet ketika Oik sedang berbaring dikasurnya. Oik baru saja selesai kemo.
“Hai, Biet. Masuk deh, ada mama Oik mau kenalan sama Obiet.” Ucap Oik sambil menunjuk mama Oik yang duduk di samping tempat tidur Obiet.
“hai, tante. Kenalin, saya Obiet!” ucap obiet sopan tapi riang. Mama Oik tersenyum. Ozy mencium punggung tangan Oik lalu meletakkan tas kecil yang dibawanya tadi di meja sebelah tempat tidur Oik.
“Makasih ya, nak Obiet. Udah mau ngurusin Oik. Tante seneng deh, oh ya, Obiet. Tante titip Oik, ya. tolong jagain Oik.” Ucap mama Oik sambil mengedipkan mata sebelah, Obiet membalasnya dengan anggukan dan senyuman.
“Ngomongin apaan sih, biet? Kayaknya serius amat!?” Tanya Oik ketika melihat ibunya keluar dari kamar inapnya, Obiet lansung gugup.
“Oik, soal yang tadi mama lo ngomongi itu.. eum..” Obiet menggigit bibir bawahnya. Aduh, tiba-tiba dia jadi gugup.
“kenapa?”
Obiet menghela nafas panjang, “would you be my girl? And be the half of my life?” (aduh bahasa inggrisnya acak adut)
Oik cengo. Apa? Obiet nembak gue? obiet yang ngelihat perubahan raut wajah Oik lansung menjelaskan.
“gue suka sama lo dari pertama kita kenalan. Lo manis, baik. Entah kenapa hati gue selalu deg-degan kalo inget elo. Walaupun baru beberapa hari kita ketemu. Getaran itu beneran terasa, Ik. Kalo lo nolak gue.. gapapa. Gue terima..”
“gue.. gak bisa jadi pacar lo.”
Obiet menghela nafas, “yaudah, ik. Gapapa kita bisa jadi temen..”
“temen special. Temen sehidup semati.” Sambung Oik. Obiet sumringah.
“lo ngajak gue kawin, ik?” Tanya Obiet sambil memasang wajah riang gembira.
“kalo gue udah sembuh, ehm. Maybe yes.”
“HUAHUAHUA! Iya,Ik! Gue pasti berusaha bikin lo sembuh! Huaa calon istriku!!”
Obiet merengkuh Oik dalam pelukannya. Iya, Ik! Gue janji! Soalnya gue pengen punya calon istri kayak lo! I love you, pull Oik!! :**
***
Malem itu, Vania jalan sendirian pake scoopynya. Dia sih rencananya mau pergi ke rumah Ray. soalnya bête gak ada kerjaan dirumah. Cakka sibuk dua-duaan sama Agni, Nekha sama Rio malmingan entah kemana. Yaudah daripada dia gak ada kawan mending kerumah Ray.
Di komplek rumah Ray, Vania ngeliat Caviga Hitam yang pengemudinya kayaknya familiar baginya melintas di hadapannya, dia kenal. Itu kan si.. RIKO? Waduh. Si Vania buru-buru menepi, tapi nasib sial lagi menimpanya. Riko melihat dirinya dan lansung ikut menepi.
“VANIIAAAA!!”
‘Aduh mampus gue ketemu orgil (sorry RikoLovers(?))’ batin Vania sambil merutuki nasibnya.
“sayang, kamu kemana aja 2 tahun aku cariin!” ucap Riko sambil menatap Vania dari atas ke bawah.
“sayang sayang pala lo peang! Kita udah putus, right?” Riko itu mantannya si Vania yang tergila-gila banget kaya orang gila. Makanya Vania buru-buru mutusin si Riko.
“Aaaa, masa sih sayang?” vania turun dari motornya. Karena kebetulan rumah Ray ada diseberang jalan.
“males ngomong sama lo!”
Dari arah lain, sebuah carry hitam melaju menuju Vania, Riko lansung panic dan turun dari motornya. Ia mendorong tubuh Vania ke tepi. Dan Debo memeluknya *kalo beneran mauuu*
***
“aduh ini tukang sate kemana sih? Kangen sama Vania, eum.. kerumahnya gak ya? males bawa motor. Suruh dia kesini aja deh. ehm.. entar, gue nyari tukang sate dulu. Laper tenan rek!”
Tak sengaja, Ray menoleh kesamping dan ngeliat adegan seorang cewe berpelukan dengan seorang cowo di depan rumahnya, dan cewe itu familiar banget deh.
“VANIAAAAAAA???”
Vania buru-buru ngelepas pelukan Riko, “etdah lo cari kesempatan dalam kesempitan banget sih! lepas deh! tapi makasih ya! kak Ray? serius kak ini bukan siapa-siapa aku! Ini Cuma mantan!!”
“Oh.”
“Kak! Marah?”
“Tau ah gelep! Udah sana lo balik sama mantan lo! Gue masuk dulu!”
Duaaarr! Pintu rumah dibanting oleh Ray. bunyinya sama seperti bunyi hati Vania yang robek.
“kak Ray.. hiks.”
“Ray itu cowok lo ya?” Tanya Riko santai, Vania meliriknya kesel.
“bukan, calon cowok gue! gara-gara lo sih! balik sana! Kita udah putus, Riko! Jangan ganggu gue lagi, hiks..”
“oke. Maaf gue ngerusak hubungan lo. Take care ya baby. Semoga bahagia sama Ray, gue dukung lo!”
“maka.. hiks.. sih.”
Riko pergi melesat meninggalkan Vania, Vania berlari menuju rumah Ray dan mengetuk pintu rumah Ray.
“kak Ray.. buka pintunya. Aku kesini mau pamit. Aku lusa mau pulang! Kak! Buka kak!”
Ray yang mendengar suara ketukan itu menyumpal telinganya dengan headset. Dia sendiri juga bingung. Kenapa dia marah? Apakah dia cemburu? Artinya dia suka…
“Kakkk!! Hiks.. kak! Aku tunggu sini sampe kakak keluar! Gak perduli..”
Duarr!
“hujan.”
Gak ada sahutan dari Ray, membuat Vania makin histeris nangisnya.
“KAKKKKK!! WOYYY!! KAK RAAAAYYYY!! KENAPA KAKAK MARAH? KAKAK KAN GAPUNYA PERASAAN SAMA AKU! KAKAK GAPERNAH NGUTARAIN KE AKU! KALO KAKAK GAPUNYA PERASAAN, KENAPA HARUS MARAH? KE..”
“UDAH DEH! PULANG SANA, UDAH MAU UJAN! AKU GAMAU DISALAHIN CAKKAGNI KALO KAMU SAKIT! AKU JUGA GAMAU TANGGUNG JAWAB KALO KAMU SAKIT!”
Kata-kata Ray tadi tajem. Vania tiba-tiba aja lemes dan merasa menyerah. Dia melangkahkan kakinya menuju arah motornya dan melaju meninggalkan rumah Ray. ray merasa bimbang, lalu bergegas keluar. Tapi, kosong. vania sudah pergi.
***
Suasana pagi itu begitu indah menurut Agni, begitu cerah menurut Nekha, dan begitu suram menurut Vania (-_-). Kejadian kemaren sukses membuatnya menangis sampai jam 3. Dan membuat sebuah setengah lingkaran berwarna hitam di bawah matanya.
“muka lo kusut amet. Udah beresin barang? Besok kita balik loh. Huaaa gak kuat LDR sama Rio!” Nekha memasang ekspresi sedih sambil memandang foto cowo ganteng di BB Torch-nya.
“gue baru pacaran 3 hari sama Cakka udah mau pergi aja -_-“ ucap Agni sambil mengganti channel TV.
“Pagi, Agnoyku sayang!” sebuah suara terdengar di pintu rumah Agni, serempak ketiga kakak beradik ini memandang pintu rumah.
“Cakkndut-_-“
“ikut gue yuk.”
“ke?”
“ke hatimu!”
“emang muat?” Tanya Agni sambil menatap dadanya sendiri (?)
“ya ikut aja Ag! Gue kasih tau bukan surprise namanya!” Cakka ngedubrak sendiri, pacarnya kok telmi banget.
“oh ya ya, entar gue ambil jaket dulu ya.”
Agni menaikki tangga dan turun dengan jaket ungu di badannya. Lalu menggandeng tangan Cakka hangat.
“Kha, Van. Duluan ya, byeee!”
Vania Cuma tersenyum kecut, sementara Nekha nyengir sambil melambai.
Agni duduk di jok belakang motor Cakka.
“pegangan, mau ngebut nih.”
“ngebut mulu, yodah ngebut yang ngebut ya(?)”
Cakka Cuma menyipitkan matanya. Dasar pacalku aneh.
***
“Riiooo! Akhirnya dateng jugaaa!” sambut Nekha sambil memeluk cowonya itu girang. Vania mendengus. Cowo? Coba aja gue bisa ngabisin waktu terakhir gue di Jakarta sama Ray. tapi.. huft.
“Woyoy! Eh, jalan yuk! Mau kemana?” ajak Rio, Nekha menggangguk kayak anak kecil.
“TIMEZONE!”ucap Nekha heboh, Rio mengancungkan kedua jempolnya. Nekha hendak mengambil jaket, ketika dilihatnya sang adek duduk sendirian dirumah.
“Ray gak kesini dek?” Tanya Nekha heran. Biasanya Ray jam 8 pagi udah numpang sarapan disini. Kok tiba-tiba gamuncul, pasti ada yang aneh.
“engga, lagi marahan,” jawab Vania ketus. Nekha membulatkan mulutnya,
“mau ikut kak Rio sama kakak gak? Kebetulan dia bawa mobil tuh. daripada di rumah sendirian. Aku takut Bunda malah marah aku ninggalin kamu,”
Vania Cuma menggangguk lalu mengambil jaket cokelatnya diatas meja, lalu berjalan dibelakang KhaYo yang sedang kasmaran.
***
“Ray! besok lo dateng ya ke acara ultah gue? Kan udah lama kita gak kumpul bareng nih, semenjak lo pindah ke Jogja.” Undang Keke sambil menyerahkan selembar undangan. Cowo gondrong yang tengah duduk di sebuah restaurant fast-food menatap undangan tersebut lalu tersenyum.
“sip!”
Keke tersenyum manis, ia menyedot soda yang dipesannya, “ngajak pasangan boleh kok, Ray!”
“pasangan?” Ray tiba-tiba teringat akan besok. Besok kan hari kepulangannya Vania ke Perth. Bodo amet. Dia kan lagi sibuk sama mantannya, “gue jomblo lo, Ke.”
“oh ya?” mata Keke membulat, “seorang RAY ga punya pacar?”
“gue emang gak pernah pacaran kok dari gue nongol di bumi.” Jawab Ray miris. Bahkan cinta pertama gue aja nyakitin gue.
“haha, masa gak ada yang mau sama lo sih?” keke mengintropeksi. Ray tersenyum.
“ada sih.. banyak. Tapi Cuma satu orang yang kayaknya bener-bener tulus sama gue.”
Keke memandang Ray kecewa, “siapa? Gimana perasaan lo sama dia?”
“entahlah. Gue bingung sama perasaan gue sendiri.”
***
“Kyaaaa! Kolong langit! Udah berapa lama nih gue gak kesini! Haha” Agni berteriak kencang sembari berlari kesana-kemari. Cakka Cuma geleng-geleng kepala.
“Agni awas entar jatoh, itu ada gundukan ta..” Belum sempet Cakka ngelanjutin perkataanya, Agni udah ngapar duluan di tanah. Cakka buru-buru menghampiri dan membantu Agni berdiri. Agni tersenyum, lalu matanya tertuju pada gundukan tanah itu.
“ih! inikan makan kelinciku!!” teriak Agni girang. Cakka tersenyum sambil mengelus rambut Agni tanda sayang.
“lo kalo lagi childish lucu banget sih. I love you lah pokoknya,”
“I love you too full, Ndut!” jawab Agni, Cakka mengambil gitarnya yang dia letakkan di bawah pohon.
“gue gak pernah ngeraguin rasa cinta lo ke gue. begitupun sebaliknya. Gue cinta lo apa adanya. Dan gue harap.. Perasaan lo ke gue gak akan hilang karena ombak yang menerjang kisah cinta kita selama ini,” ucap Cakka, ia berlutut di hadapan Agni.
“Ag.. Will you marry me?” Tanya Cakka, ia mengeluarkan kotak beludru bewarna merah dilapisi perah di pinggir kotak itu. Ia membukanya dan Agni bisa melihat sebuah cincin dari batu berlian yang cantik sekali.
“ngajak gue kawin nih ceritanya?” Tanya Agni sambil menaikkan sebelah alisnya. Cakka memasang tampang bête. Yaampun, dia udah puitis banget. Udah keren-keren, eh dijawab dengan kata santai begitu. Agni yang bisa membaca raut wajah Cakka tertawa kecil.
“Cakka Kawekas Nuraga. Hmm.. cowo pertama yang bisa bikin seorang cewe cengeng, seleboran, dan gak pernah kenal waktu bernama Agni Tri Nubuwati ini dengan sebuah rasa yang indah di dunia. Cinta. Si Cakka jugalah yang pernah ngebuat si Agni ngerasa frustrasi dan mencoba mengakhiri hidup. Dia jugalah yang mengajarkan bagaimana rasanya pahit ditinggal orang yang berharga,” Ucap Agni seperti sedang mendongeng, Cakka berdiri dari posisinya dan memegang kedua tangan Agni, Agni tersenyum.
“Cakka Kawekas Nuraga. Dia adalah pelangi, dan aku adalah warna dari pelangi itu. Kalau pelangi ngga ada warnanya, pasti gak sempurna dan indah kan? Sama seperti kita. Gak ada Agni Tri Nubuwati, seorang ‘Cakka Kawekas Nuraga’ tak akan sempurna kan?” Cakka tersenyum lebar.
“Ceritanya lamaran gue diterima nih?” Tanya Cakka sambil menaikkan kedua alisnya secara bergantian.
“hemm.. menurut lo?”
“Iya!”
Agni tersenyum, “jadilah yang pertama dan terakhir bagi gue, Kka!”
“Tapi, kan besok lo pergi ke Perth..” keluh Cakka. Agni tersenyum.
“Cuma 1 tahun, Kka! Kalo gue sama Vania udah lulus, gue pasti bakal balik lagi kok. Buat elo.”
Cakka manyun, Agni mencubit pipinya, “tenang! Gue pengen, lo orang pertama yang gue liat di bandara 1 tahun lagi!”
“gue gak mau lo main-main sama cowo bule, ya! inget, lo calon istri gue!” Ucap Cakka sambil memonyongkan bibirnya.
“gue juga gak mau ya liat lo main-main sama cewe genit manapun! Kalo ampe ketahuan, gue suruh si Alvin, Ozy, Rio, Ray, dan Gabriel mutilasi elo! Ngerti?” Ancam Agni, Cakka bergidik ngeri.
“santai sayang! Gue kan setia. Aku.. masih disini untuk setia..”
Agni mengacak rambut kekasihnya itu sambil mencibir. Hari itu. Benar-benar hari yang indah.
***
“Capek banget sih, udah deh nyerah gue main basket, Yo! Cari mainan lain yok!” ajak Nekha sambil menggandeng tangan Rio manja. Rio menggangguk lalu mengitari timezone.
“eh, kayaknya udah semua deh kita mainin yak?” ucap Rio sambil menatap Nekha. Nekha ikut menatap sekeliling dan menggangguk.
“makan aja yok! Perut gue dangdutan nih!” ajak Nekha, Rio lagi-lagi menggangguk. Dia sayang banget sama pacarnya yang ini.
“makan dimana nih?” Tanya Rio ketika mereka keluar dari Timezone. Nekha lansung menunjuk KFC.
“oke, kita kesana!”
Nekha, Rio, dan Vania berjalan menuju restaurant cepat saji tersebut. Setelah memesan makanan, mereka mencari tempat duduk dan menemukan kursi yang paling pojok, sebelah jendela.
“eh! Eh! Liat deh! itu bukannya Ray?” Tanya Rio sambil menunjuk seorang lelaki gondrong yang sedang duduk dengan seorang wanita. Ia tampaknya bahagia. Tak ada rona kesedihan akibat kejadian semalam. Vania ikut melihat cowok yang membuatnya sedih seharian. Hatinya lansung hancur begitu melihat wajah bahagia Ray.
“gue mau pulang!” seru Vania lalu mengambil tas kecilnya yang terletak di ujung meja.
“eh, eh! Mau kemana dek!”
“kak Ray..” lirih Vania ketika ia berada didepan meja Ray. ray kaget ketika melihat siapa yang datang.
“Va.. van.. eh.. vania.”
“Gue salah nangisin lo semaleman. Gue salah nganggep lo bakalan minta maaf atas kejadian semalem. Gue salah.. Gue salah kalo gue ngarepin lo jadi milik gue. maaf gue lancang, tapi sebelum gue pergi ke perth.. gue mau bilang. Gue cinta sama lo kak Muhammad Raynald Prasetya! Maaf ganggu.” Vania berlari meninggalkan restaurant cepat saji tersebut. Ray berusaha mengejarnya, tapi entah kenapa kedua kakinya tak bisa diajaknya kerja sama. Ia Cuma mematung. Menatap kepergian gadis pujaannya itu.
***
Apa salahku?
Kau buat begini.
Kau tarik ulur hatiku hingga,
Sakit yang kurasa.
Apa memang ini.
Yang kamu inginkan?
Tak ada sedikitpun niat tuk.
Serius kepadaku.
Katakan yang sebenenarnya.
Jangan mau tak mau seperti ini.
Lagu d’Masiv - Apa Salahku menjadi soundtrack kesedihan Vania malam itu. Seluruh anggota keluarganya sudah membujuk gadis itu untuk keluar dan makan. Tapi nihil. Tak ada jawaban dari Vania. Yang terdengar hanya lantunan suara lembut Ryan dari mp3 playernya yang sengaja diputarnya besar-besar.
“Van! Keluar dong! lo belum makan dari tadi pagi loh!” bujuk kak Nekha sambil menatap kamar adiknya itu penuh harap. Tak ada jawaban. Giliran si tengah yang ngambil alih.
“Van! Kalo lo gamau keluar, gue dobrak nih pintu!” ucap Agni mengancam. Tapi tak ada jawaban apapun dari Vania. Yang ada suara lagu yang samar-samar didengar oleh mereka bersepuluh dari kamar Vania.
Akhirnya kini aku mengerti.
Apa yang ada dipikiranmu slama ini.
Kau hanya ingin permainkan perasaanku.
Tak ada hati, tak ada cinta.
“AAARRGGGHH! KAK RAY JAHAT! VANIA BENCI KAK RAY!” Prangg! Prangg! Suara lemparan benda terdengar dari kamar Vania. Nekha, Agni, Shilla, Acha, dan Sivia serempak berteriak “VANIA!”
“AAARRHH! VANIA GAMAU KETEMU KAK RAY! KAK RAY PENGECUT! BEGO!”
“sebenernya apa yang terjadi sih kak?” Tanya Agni pada kak Nekha yang kebetulan tau banget rincian kejadian.
“gini loh. Si Ray tuh di KFC jalan berdua cewe. Nah si Vania sakit hati. Dia lansung nyamperin meja Ray, tapi gapake bahasa kasar. Dia ngomong ‘Gue cinta sama lo kak Muhammad Raynald Prasetya’. Dia ngutarain perasaannya ke Ray. tapi Raynya diem aja.”
Cakka lansung keluar dari rumah Agni, dan membawa laju caviga hitamnya.
***
“eh, Ray! Apa-apaan lo berani nyakitin hati ade gue!” teriak Cakka ketika melihat Ray sedang duduk di depan teras sama Keke.
“maksud lo apaan sih, kak? Gue ini adek lo, emang ada adek lagi ya selain gue?” Tanya Ray polos, itu malah ngebuat si Cakka berang.
“gausah sok lucu, sok polos gitu deh Ray! apa-apaan nih lo ngasi harapan kosong ke Vania? Lo mau jadi playboy?” Tanya Cakka, nadanya tinggi.
“playboy? Harapan kosong? vania? Maksud lo apa sih gue ngga..”
“GAUSAH SOK BEGO, MUHAMMAD RAYNALD PRASETYA! Oke! Lo boleh playboy, lo boleh nyakitin hati cewe. Gue ngga ngelarang. Tapi jangan pernah lo nyakitin Vania! Kecewa gue sama lo, Ray! dan lo liat sekarang? Gara-gara sikap lo, Vania gak mau keluar dari kamar dan ngebanting semua barang dikamarnya. Hebat banget! Gue ancungin 2 jempol buat lo, RAY!”
Cakka meninggalkan Ray dengan wajahnya yang merah akibat kesal. Ray melongo. Mencoba mencerna omongan Cakka.
‘Gara-gara sikap lo, Vania gak mau keluar dari kamar dan ngebanting semua barang dikamarnya’
Gue.. keterlaluan ya?
***
Gadis itu merasa lelah untuk menangis. Ia menatap jam yang digantung di dinding kamarnya. Sudah pukul 12 malam. Ia memutuskan untuk duduk didepan laptopnya. Ia membuka aplikasi ‘webcam’ dan mulai merekam sesuatu.
“hello kak Ray..”
***
“Ray, my bro! akhirnya lo dateng juga! Udah lama nih kaga keliatan!” seru Rizky ketika melihat lelaki itu datang dan menggandeng Keke.
“Hmm.. iya nih. Sibuk banget di Yogyakarta. Hehe” jawab Ray. Rizky cs ber-O ria.
“Ray, ehm.. lo mau nyumbang 1 lagu gak buat acara gue?” Tanya Keke sambil menunjuk panggung. Ray memutar otaknya, lalu menggangguk mantap.
Lantunan piano terdengar dari panggung. Ray menghela nafas.
Seandainya ku katakan yang sesungguhnya
Tentang perasaanku padamu selama ini
Seandainya ku bisa memutar kembali
Waktu yg telah pergi dariku
Saat kau ada di sini denganku
Sebenarnya hatiku selalu mencintaimu
Hanya saja ku tak pernah mengatakan kepadamu
Dalamnya cintaku menggenggam tulus hatimu
Namun kini kau katakan cinta sudah terlambat
Seharusnya ku tak biarkan kau menanti
Kata cinta dariku yang tersimpan terlalu lama
Dan seharusnya ku pahami isi hatimu
Yang tulus menyayangi diriku
Sebelum cinta menjadi miliknya
( Dygta - Cinta Sudah Terlambat)
Ray menatap jam casio warna peraknya. Ia lansung turun dari panggung dan berlari menuju mobil Honda CRV-nya. Tak perduli panggilan Keke dan sahabat-sahabat semasa SD Ray dulu. Ray hanya ingin menemui cinta pertamanya! Ia hanya ingin mengucapkan kata ‘Cinta’.
***
“Lo baik-baik disana, Ag. Jangan bandel! I miss you so much, dear!” ucap Cakka sambil menghadiahkan Agni sebuah kecupan di keningnya.
“miss you too, honey!” Agni memeluk kekasihnya itu erat-erat. Seolah tak ingin melepaskan pelukan itu.
“Agni! gue pasti kangen sama lo! Gue gak mau kehilangan lo!” Shilla memeluk Agni, Agni membalasnya,
“iya, gue pasti kangen sama lo pada. Tunggu gue 1 tahun lagi ya, guys!” Agni mencoba tersenyum, walaupun air mata sudah menggenang di mata indahnya.
“huhu, jangan nangis dong, Ag. Kita kan bisa bbman, YM-an, FB-an, twitteran, webcaman!” hibur Via sambil menyeka air mata Agni dengan ibu jari.
“Sayangg!” panggil Rio yang baru dateng, lalu memeluk Nekha erat-erat. Nekha membalas pelukan itu.
“huhu hari yang gak pengen gue tunggu tiba. my lopely Nekha pindah! Kangen pasti!”
“ah lebay lu, yo! Kan bisa BBM-an, bisa Twitteran. Haha lagian kan Cuma 1 tahun. Galama-lama.” Jawab nekha santai.
“1 tahun berasa 1 abad!”
“lebay amet sih-__- kalo gue kangen, gue PING deh. wkwk”
Rio menaikkan alisnya, “kalo lo engga ngeping gue?”
“artinya kaga kangen. Wkwkw”
Sementara mereka asyik bermesraan dengan kekasih-kekasih mereka, Vania asyik duduk sambil mendengarkan lagu dari iPodnya. Dia sudah capek nunggu kata ‘cinta’ itu datang. Kata cinta itu keluar dari mulut dan hati Ray.
Ucapkanlah kasih, satu kata yang kunantikan.
Sebab ku tak mampu, membaca matamu.
Mendengar bisikmu.
Nyanyikanlah kasih.
Senandung kata hatimu.
Sebab ku tak sanggup, mengartikan getar ini.
Sebab ku meragu, pada dirimu.
Mengapa berat ungkapkan cinta?
Padahal ia ada.
Dalam rinai hujan dalam terang bulan.
Juga dalam sedu sedan.
Mengapa sulit mengaku cinta?
Padahal dia terasa.
Dalam rindu dendam, hening malam.
Cinta..
Terasa ada.
***
Ray menatap lampu lalu lintas yang warnanya merah benderang. Sesekali ia menatap arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 11. Berarti setengah jam lagi Vania.. Ray memutar mp3 di mobilnya. Untuk menghilangkan suasana galau. Tapi, yang ada, dia malah makin galau.
Nyanyikanlah kasih.
Senandung kata hatimu.
Sebab ku tak sanggup, mengartikan getar ini.
Sebab ku meragu, pada dirimu.
Mengapa berat ungkapkan cinta?
Padahal ia ada.
Dalam rinai hujan dalam terang bulan.
Juga dalam sedu sedan.
Mengapa sulit mengaku cinta?
Padahal dia terasa.
Dalam rindu dendam, hening malam.
“Tin!! Tin!!” mobil dibelakang Ray mulai mengklakson karena lampu jalan sudah menunjukkan warna hijau. Ray buru-buru menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya.
Cinta..
Terasa ada.
***
“Van! Yuk, udah mau berangkat nih,” ucap Nekha ketika melihat swatchnya yang menunjukkan pukul 11:20. Vania mematikan i-Podnya, dan menyimpannya dalam tas. Lalu mencoba tersenyum walau itu terpaksa.
“Van. Baik-baik ya disana. Gue disini bakal jagain Ray kok!” ucap Cakka sambil menepuk pundak gadis itu. Vania menggangguk lemah. Ia segera menyusul langkah kedua kakak dan bundanya. Tapi langkahnya terhenti ketika ia teringat akan sesuatu.
“kak Cakka!” teriaknya, Cakka menaikkan alisnya, Vania merogoh tasnya, lalu mengambil sebuah kotak hello kitty sedang berwarna ungu.
“apa ini? Buat Ray?” Tanya Cakka, Vania menggangguk.
“iya, tolong kasih ke dia,” ucap Vania sambil tersenyum.
***
“Hosh.. hosh.. hosh.. va.. vania mana?” Tanya Ray yang ngos-ngosan.
“telat lo, udah 10 menit yang lalu pesawatnya terbang.” Komen Cakka sinis. Dia masih gasuka sama Ray.
“huaaaaa! Gue nyesel nih sekarang! Sorry ya, semua. Gue emang gak tahu harus gimana ngadepin cewe. Gue baru pertama kali jatuh cinta. Dan gue bimbang banget. Akhirnya gue sadar…”
“bagus deh kalo udah sadar.” Ucap Cakka sambil memandang Ray, “nih ada hadiah dari vania. Diliat deh entar pulang isinya apa,”
Ray memandang kotak ungu tersebut, lalu berlari meninggalkan Alshill, Ocha, Siviel, Cakka dan Rio.
“kasian Ray! kayaknya terpukul banget mukanya,” komen Acha ketika melihat Ray berlari menuju mobilnya.
“biar aja. biar tau rasa dia gimana rasanya.” Jawab Cakka sambil tersenyum.
***
Cakka menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ia mengambil BlackBerrynya dan tersenyum manis. Kembali diputarnya sebuah Voice Note yang diterimanya 2 jam yang lalu.
‘Halo, ganteng. Wkwk. Aku udah sampai Perth :) Selamat berlibur ya sayangku. I love you, full. Muacchh! Bales 2 jam lagi! Soalnya hape mau di charge ’
Drrrtttt..
Baru Cakka hendak membalas, sebuah Voice Note lagi-lagi masuk di handphonenya. Cakka melihat chat di BBM dan tersenyum lagi.
‘Udah selesai di Charge nih! Mau bales gak?’
‘Mau! Nih ku bales. Kenapa gak nelpon aja sih? sayang pulsa? Iya I Love you too honey :* Kamu udah makan disana?’
‘Kangen suara beratmu ¬_¬. I Miss you so much dear!’
‘Miss you too, honey :*’
Tak ada jawaban lagi dari Agni. Cakka tak sengaja menatap foto di sebelah tempat tidurnya. Foto Agni yang manis dengan seragam sekolahnya.
“I love you, Agni Tri Nubuwati.”
***
Lelaki hitam manis itu duduk di atas atap rumahnya sambil memandangi langit malam itu. Blackberrynya tak pernah jauh dari tangannya. Kekasihnya berjanji akan menge-PING-nya jika ia kangen.
“gue kangen deh sama senyum lo. Cepet-cepet pulang ya, Kha. Awas lo kaga pulang-pulang!” Ancam Rio sambil tersenyum miris.
Drrrtttt!
Rio terperanjat dan buru-buru mengecek BlackBerry Messangernya. Benar saja, Nekha mengePingnya. Dia buru-buru membalas:
Nekha Ardina: PING!
Nekha Ardina: Kangen u,u
Mario Stevano: Iyaa sama kangen kamu juga aku :*
Nekha Ardina: Lagi apa disana?
Mario Stevano: Lagi mikirin kamu! Kamu?
Nekha Ardina: Mikirin aku mah bukan kerjaan, tapi suatu kewajiban :p
Nekha Ardina: Baru mau tidur, hehe.
Mario Stevano: Oh, tidur lah sayang. Have a nice dream yaaa u,u
Mario Stevano: Mimpiin akuu!
Nekha Ardina: Ogah mimpiin kamu :p Rugi~
Nekha Ardina: Oke lah, night sayang :*
Mario Stevano: Night :* ({})
Hanya di ‘r’ oleh Nekha. Rio setelah puas kangen-kangenan sama Nekha, turun dari atap dan masuk dari kamar melalui balkon.
“NEKHHAAA! GUE BAKAL NUNGGU LO SAMPE LO KEMBALI LAGI KE PELUKAN GUEEE!”
***
“hello kak Ray! aduh aku malu nih habis nangis hehe. Hiks. Tuh kan. Haha. Hiks. Kak. Aku Cuma mau nyanyi. Suara gue gak bagus sih. haha tapi ini lagu kesukaan gue. hiks. Haha denger ya..
Aku ingin menjadi mimpi indah, dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu, yang mungkin bisa kau rindu
Karena, langkah merapuh, tanpa dirimu
Oh karena, hati t’lah letihAku ingin menjadi sesuatu, yang s’lalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku, selalu memujamu
Tanpamu, sepinya waktu, merantai hati
Oh bayangmu, seakan-akanKau seperti nyanyian dalam hatiku
yang memanggil, rinduku, padamu oo~…
Seperti udara yang ku hela kau se-lalu, adaHanya dirimu yang bisa, membuatku tenang
Tanpa dirimu aku me-rasa, hilang
dan sepi, dan sepiKan kak Ray! suaraku jelek abis :( haha tapi gapapa ya, kan Cuma mau nyampein pesan di lagu itu. Liriknya aku ke kakak banget loh. Coba denger baik-baik deh. yak an kak? Kak Muhammad Raynald Prasetya. Aku sayaaanngg banget sama kak Ray! entar kalo udah baca surat biru itu, ucapin ‘Aku mau’ ya? plisplisplis :) haha.”
Sudah 1 tahun lebih Ray tak berhenti memutar demo cd rekaman yang dibuat Vania khusus untuknya. Sudah 1 tahun lebih pula Ray menunggu gadis itu pulang. Menemuinya, dan berkata “kak Ray! Aku sayang kakak!”
“Ray! mau ikut gak?” ajak Cakka ketika ia melewati kamar adiknya.
“engga ah, aku capek hari ini, kakak pergi aja sendiri.” Ucapnya lesu. Cakka tersenyum.
“bener? Gak nyesel?” Tanya cakka sambil menaikkan alis tebalnya. Ray menggeleng.
“udah sana pergi!”
“ngusir?”
Ray menggeleng lemah, “udah deh kak. Jangan ganggu dulu. Ray lagi kangen Vania nih!”
“ohh.. kangen toh ceritanya. ecieee. Yaudah, gue pergi duluan ya. bye pejuang cinta!” cakka berlalu sambil sibuk bersiul. Sementara dia membaca surat dari Vania sambil sesekali tersenyum,
Kak Ray..
Aku minta maaf soal beberapa hari yang lalu.
Yang.. aku pelukan sama Riko itu. Tapi serius kok, itu karena Riko mau nyelamatin aku dari kecelakaan. Gak ada maksud dia buat mesum atau apa. Ia sih dia memang gila. Tapi.. gak gila-gila amet. Haha -__-
Aku gapernah berani nyatain cinta ke kakak. Aku gapernah ngasih tanda-tanda kalo aku suka sama kakak. Haha jadinya kakak udah keburu diambil orang deh. Kak Ray, aku sayang loh sama kak Ray. kakak mau kan nunggu aku sampe make baju putih-abu-abu? Aku kangen kakak! Always!
_vania_
***
Sudah 1 tahun Cakka menunggu hari ini datang. Hari yang benar-benar diimpikannya. Yah! Dia akan bertemu lagi dengan si calon istri alias Agni. dengan semangat 45, ia menginjak pedal gas dari mobil Honda Jazz birunya. Setibanya di bandara, ia buru-buru keluar dari mobilnya. Tak lihat kiri kanan. Sampai sebuah mobil Kijang berwarna hijau hampir menabraknya kalo ia tidak diselamatkan oleh seseorang.
“Aduh!” rintih orang yang menolong Cakka tadi. Cakka menghela nafas lalu membantu orang tersebut berdiri.
“sorry and thanks sista. Cakka, you?”
“ahah, sok bahasa inggris banget sih lo, Cakk. Padahal kan nilai English lo 5. Haha” ucap orang tersebut sambil tertawa renyah. Cakka membulatkan matanya.
“A.. AGNI?” Cakka benar-benar tak percaya gadisnya itu kini berubah. Tubuhnya tinggi, rambutnya yang dulu panjang sebahu berubah menjadi panjang sepinggang. Matanya dihiasi soft lens biru, dan ia memakai rok! Ajaib!
Gadis itu menghentikan tawanya dan menatap Cakka heran, “kok tau?”
“AGNI! GUE KANGEN ELO!” Cakka lansung memeluk Agni tanpa menggubris pertanyaan Agni yang terkesan konyol.
“SAMA DONG! GUE JUGA KANGEN LO CAKK!” Bales Agni tak kalah kuat. Cakka mencubit hidung Agni gemas.
“mana Nekha? Vania?” Tanya Cakka, Agni menunjuk kedua gadis yang sedang berdiri di depan mobil CRV hitam. Mobil Rio.
“wah-wah si Nekha di jemput sama Rio. Sorry deh Ray lagi galau. Makanya dia gabisa jemput Vania. Wahaha”
Agni tersenyum manis, “bisa diatur. Eh, happy birthday!”
“hah?”
“happy birthday!”
“siapa yang ultah Ag?”
Tuk!
“lo inget gak sih ini Anniv kita yang ke 1-__- Lo pasti punya cewe lagi deh disini! Kesel gueee! Huu tau gini gausah balik gue ke Indo!” Agni ngambek. Cakka mencibir.
“inget kok. Di hape gue juga udah ditandai hari ini tanggal anniv kita. Gausah marah-marah dong. happy anniversary sayang :*”
“haha, iya. Eh! Gue punya rencana! Sini deh telinga lo!” Agni mendekatkan bibirnya pada kuping Cakka. cakka menduduk agar bisa mendengarkan apa ucapan Agni.
1 detik..
2 detik..
‘Cup!’
“eh?”
Agni tertawa nyaring, lalu berlari menuju bandara. Menyusul Nekha dan Vania. Cakka memegang pipinya. Huuuaaa! Mama Cakka nge-Fly! Cakka lansung berlari mengejar Agni sambil tersenyum gembira.
***
Malam itu, Ray duduk didepan laptopnya sambil terus memandang demo rekaman yang diberikan Vania untuknya.
“hello kak Ray! aduh aku malu nih habis nangis hehe. Hiks. Tuh kan. Haha. Hiks. Kak. Aku Cuma mau nyanyi. Suara gue gak bagus sih. haha tapi ini lagu kesukaan gue. hiks. Haha denger ya..”
“Aku ingin menjadi.. mimpi indah dalam tidurmu.. Aku ingin menjadi sesuatu.. yang mungkin bisa kau sentuh..”
Ray refleks menoleh ke pintu kamarnya, dan melihat seorang gadis tinggi, dengan rambut sepinggang yang dikuncir kuda, dan senyumnya yang ramah memandangnya sambil tersenyum.
“Va.. vania?” Ray kaget.
“halo kak Ray!”
Ray lansung memeluknya. Tak perduli si Vania udah sesak napas saking kuatnya pelukan Ray.
“huk.. huk.. kak. Kecekek nih mati baru tau gue.”
Ray refleks melepaskan pelukannya dan nyengir gaje.
“sorry. kelepasan. Wkwk.”
Ray mengambil gitarnya dari atas tempat tidur, lalu tersenyum.
“mau denger aku bales lagu kamu?”
Vania menggangguk, lalu duduk disamping Ray.
Angin tolonglah aku sedang jatuh cinta
Tapi aku tak punya nyali tuk katakana
Bahwasanya setiap hari kumerindukan dia
Angin masukkan aku ke dalam mimpinya
Jadikan aku raja dan dia ratunya
Buat dia selalu memikirkan diriku
Angin katakan padanya bahwa aku cinta dia
Angin sampaikan padanya bahwa aku butuh dia
Angin tancapkanlah busur panah cintaku
Tancapkanlah cepat tepat dijantung hatinya
Sebelum hatinya jadi beku dan membatu
Angin katakan padanya bahwa aku cinta dia
Angin sampaikan padanya bahwa aku butuh dia
Vania? Dia udah cengo denger Ray nyanyi. Ray mengenggam lembut jemari Vania, lalu mencium kening Vania lembut.
“sampai kapanpun. Lo cinta pertama gue. dan gue mau nunggu lo sampe lo pake baju putih abu.”
***
Cakka dan Agni memandang langit penuh bintang malam itu. Disamping mereka ada pasangan KhaYo yang asyik nyolekin krim kue anniv CAGNI ke wajah masing-masing. RANYA adem-ayem. Mereka asyik barbeque-an sambil sesekali melempar candaan.
“malem yang indah ya, Ag?” Tanya Cakka. Agni menggangguk sambil tersenyum.
“banget malah.”
“kita kapan kawin ya, Ag?” Tanya Cakka lagi, membuat sebuah toyoran lepas landas di kepala Cakka.
“masih lama. Gue masih mau kuliah.” Jawab Agni sambil mencibir.
“ah, udah gak gak gak gak kuat.”
“omes amet sih lo!” komen Agni sinis. Cakka tertawa manis.
“aku gak kuat kalo kamu ninggalin aku lagi.” Cakka mencubit pipi Agni gemes.
--
“Kha. Lo lebih cantik ketutupan krim loh, wkwk” ucap Rio sambil terus mencoel krim ke pipi Nekha. Nekha manyun.
“tuyul. Gue kan cantik dimanapun kapanpun dan bagaimanapun!” ucap Nekha sambil membalas coelan Rio dengan 4 jari.
“Narsis. Mulai deh.” Rio menyipitkan matanya.
“Kalo ga narsis bukan Nekha Ardina Aditya Haling dong! wkwk”
Rio menatap Nekha, “sejak kapan lo berubah nama?”
“sejak pacaran sama lo! Wkwk”
“eh kawin yok!” Ajak Rio, Nekha menoyor Rio sambil meliriknya kesal.
“Kawin aja sama monyet!”
“monyetnya elu dongg! Weeeekk!”
“RRRRIIIIOOOO!!!!”
--
“mereka serasi banget ya!” Komen vania sambil melihat pasangan CAGNI dan KHAYO. Ray menggangguk sambil terus ngipas sate.
“entar kita juga gitu. Tunggu kamu pengumuman” ucap Ray sambil mengacak rambut Vania pelan. Vania tersenyum. Ray membalasnya.
“cepet-cepet kita kawinin aja 2 pasangan itu!” Ajak Ray, Vania ketawa.
“kamu penghulunya ya?”
“kamu ibu penghulu ya?”
“emang ada?”
Ray tersenyum lalu menggeleng.
“haha dasar!”
“untukmu apasih yang gak ada.”
“Gombal amet mas,”
--
Malem itu, tak ada lagi air mata dan galau. Yang ada hanya senyuman dan kebahagiaan di hati masing-masing. Inilah akhir perjalanan dari cerita ini. Cerita cinta yang berakhir bahagia. Kadang kita merasa cinta kita seperti cerita yang akhirnya ‘SAD ENDING’. Tapi ini dunia nyata, semua yang tak mungkin bisa menjadi mungkin. Kita harus bisa mengubah ‘SAD ENDING’ itu menjadi ‘HAPPY ENDING’. So, jangan pernah berhenti berusaha, guys!
***
The End.
***
Comments
Post a Comment