Gadis manis itu duduk sambil menyesap black coffee nya. ia menghela nafas, membuat asap keluar dari mulutnya. Gadis itu memainkan sendok yang dipakainya untuk mengaduk kopi tadi di bibir cangkir. Hari itu pikirannya bener-bener kacau. Seluruh kenangan masa lalunya terputar bebas di otaknya.
“kenapa harus lo kepingan puzzle masa lalu gue?” keluhnya. Ia kembali menyesap kopinya. Lalu menghela nafas kembali.
“andaikan bukan lo, Kka..” Bulir-bulir yang tak pernah ditunjukkannya pada siapapun kecuali lelaki masa lalunya kembali bergulir di pipi chubbynya. Ia tak buru-buru menghapusnya. Ataupun stay cool dan bilang ‘gue ngantuk’. Malah, ia membiarkan bulir-bulir itu semakin banyak dan membuat 2 aliran sungai di pipinya. Hujan hari itu membuat gadis itu merasa ia tak sendiri menangis.
^flashback on^
“Huhuhu.. Balikin.. hiks.. balikin!!”
Cowo gembul itu mencibir sambil melempar-lempar boneka teddy bear cokelat itu, “gak mau, wleeeee”
“Huhuhuhu, Cakka.. hiks.. jahat.. hiks..”
“Biarin, Cakka emang jahat! Dan Agni cengeng!”
Gadis itu berlari meninggalkan Cakka yang masih tertawa dan melempar-lempar boneka miliknya. Tanpa ia sadari, sebuah truck gas berjalan tanpa rem ke arahnya.
“Agni!! agni!!” Teriak Cakka histeris, gadis itu melirik kearah Cakka, dan mereka berdua sudah jatuh di rerumputan sebelah jalan raya. Tatapan mereka beradu.
“Agni enggak papa?”
Gadis itu masih diam, masih memandang mata hitam bulat milik Cakka. entah kenapa, ia menyukai mata jahil itu. Cakka memandang gadis yang sedang memandangnya, lalu mengulurkan tangannya, gadis itu tersenyum, dan menerima tangan kecil itu.
^^
“Gue benci sama lo, terutama sifat lo sekarang yang berubah!”
“Gue benci sama sifat playboy lo. Gue benci sama sifat egois lo!”
Kedua insane itu saling memandang. Mereka saling mengungkapkan perasaan ‘tidak suka’ mereka. Keduanya bisa dibilang sahabat. Sejak kejadian itu, mereka berdua tak bisa terpisahkan.
“Semenjak lo masuk SMP, lo jadi pendiem dan angkuh.” Ucap si cowok, sang cewek menunduk sambil menahan air mata yang mendesak ingin keluar.
‘Gue berubah karena sikap playboy lo itu! Sadar!’
“Kalo lo mau nangis, pundak gue bisa dijadiin sandaran.”
Gadis itu menghapus segera air matanya yang sudah menetes di pipi chubbynya, lalu menggeleng kuat.
“gue gak perlu sahabat kayak lo lagi. Yang ada gue makan ati mulu. Mulai sekarang, kita musuhan!” Kalimat itu terlontar begitu saja dari bibir gadis yang sedang termakan emosi. Ia menutup bibirnya dengan tangan mungilnya, sementara lelaki itu tersenyum kecil.
“kalo itu mau lo.” Lelaki itu berdiri. Ia memandang kedua mata itu untuk yang terakhir kali. Lalu mengecup kening gadis itu lamaaaa. Keduanya merasakan ketenangan yang begitu menusuk.
“sekarang kita musuh, ya.” Ucap lelaki itu mengulang ucapan gadis itu. Gadis itu merasakan sesak yang begitu menusuk di dadanya. Kata-kata itu seperti ‘kita tak akan seperti ini lagi selamanya’.
‘please! don’t leave me alone! Please! please!’ Batin gadis itu berteriak. Namun, lelaki itu telah pergi dengan motornya. Meninggalkan gadis itu yang menangis terisak.
^flashback off^
“Arrggghh! Apaan sih? kenapa gue inget masa-masa itu? Masa-masa paling berarti di hidup gue.” Lirih gadis itu. Hujan semakin deras membuat air matanya terproduksi lebih banyak.
“cengeng. Sekali cengeng tetep aja cengeng.” Bisik seseorang tepat ditelinga gadis itu. Dengan cepat, si gadis menghapus air matanya dan melirik ke sebelahnya.
“Ca.. Cakka?”
Cowo itu tertawa kecil, dengan seragam yang setengah basah, dan rambut yang basah total. Ia menenteng helm full face hitam yang memang menjadi helm kesayangannya sejak SMP. Gadis itu yang kita kenal dengan nama Agni menghela nafas.
__
“Hujan, Kka! Kalo sakit kena marah bunda..”
“Manja banget!”
“Yee, pokoknya kita nepi dulu. Gue gak mau basah-basahan pulang!”
Si pengendara motor itu menepi ke sebuah café yang sepi akan pengunjung. Gadis dibelakangnya turun dari motor Ninja Hijau itu, lalu melepas helm yang daritadi melindunginya dari air hujan.
“gini kan baru enak. Eh, Kka. Gue jadi gaenak nih..”
Cowo yang baru saja memarkirkan motornya itu menaikkan satu alisnya, “gaenak? Why?”
“rambut lo basah semua.. baju lo basah.. Sementara gue make jaket lo dan helm lo. Gapapa nih?”
Cowo itu tertawa lepas, “gapapa lah, Ag. Daripada lo sakit. Gue gak mau liat peri kecilku sakit. Yuk, masuk.”
‘klining.. klining..’
__
“Woy! bengong aja lo. Kaget liat gue?” Tanya si cowo didepan Agni. agni tersadar dari masa lalunya dan menatap Cakka tajam.
“apasih? Lo tuh tiba-tiba nongol disini. Ngapain lo disini?” Tanya Agni tajam. Ia merutuki dirinya sendiri melontarkan pertanyaan itu pada Cakka si pintar!
“Pertanyaan yang konyol. Haha. Semua orang tahu, maksud kedatangan kita ke café ya untuk makan atau sekedar minum. Gak ada orang nyuci baju di café!”
Berubah. Satu kata yang Agni simpulkan dari keseluruhan Cakka. Sepanjang bersahabat sama Agni, Cakka gak pernah berbicara sebaku ini. Dia juga gak pernah tersenyum dingin seperti ini. Ia selalu menunjukkan semua kehangatan yang dimilikinya.
“Berubah.” Bisik Agni, tapi masih bisa dijangkau oleh telinga Cakka. cakka tersenyum manis.
“gue berubah juga karena lo, Ag.”
Agni mengangkat wajahnya, lalu menatap Cakka. tepat di matanya. Lagi-lagi. Jantungnya berdegup lebih kencang, seluruh aliran darahnya mengalir cepat.
“gue berubah karena lo tinggal.” Lanjut Cakka, Agni terdiam. Tetap memandang bola mata itu. Seperti yang dilakukannya saat Cakka menyelamatkannya dari kecelakaan itu, “gue berubah karena gue kehilangan separuh jiwa gue. separuh nafas gue. dan separuh hidup gue.”
Agni, larut dalam tatapan itu. Tatapan yang selalu membuatnya merasakan seluruh keindahan yang tak pernah turun di bumi. Tatapan yang menusuk hatinya, dan tatapan yang membuatnya jatuh cinta dan patah hati.
“izinin gue buat meluk lo sekali lagi. Please..” Pinta Cakka, Agni hanya diam. Entah setan apa yang merasukinya, ia menggangguk. Cakka mendekati tubuh mungil itu, dan memeluknya. Merasakan hangatnya pelukan yang sudah 4 tahun tak dirasakannya. Semua pahit yang dipendam kini muncul dan terganti dengan rasa manis. Walau hanya sementara. cakka melepas pelukannya, dan seperti pertemuan terakhir mereka, Cakka mencium kening Agni. sampai mereka berdua merasa bahwa mereka telah dilanda rasa yang sama. Rasa yang lama terpendam di hati mereka. Dan tak ada yang pernah berani mengungkapnnya duluan. Cinta.
***
Gadis berambut panjang itu menunggu didepan halte sekolah. dia memang sudah membuat janji dengan seseorang. Sambil melirik casio emasnya, ia sesekali mengecheck hapenya, barangkali ada sms atau bbm dari lelaki yang ditunggunya. Tapi nihil. Tak berapa lama, sebuah Caviga Biru berhenti di halte itu. Membuat si gadis tersenyum manis dan berdiri dari duduknya.
“Via! Lama nunggu?” tanyanya, ia membuka helm full facenya dan terlihat wajah lelaki hitam manis. Sivia, gadis di halte itu menggeleng sambil mengecup pipi lelaki itu.
“aku engga kuat gini terus, iiank!” Keluhnya, ia memainkan rambut panjangnya dengan tangannya. Lalu dipilin-pilin. Si lelaki tersenyum, lalu menggenggam erat kedua tangan Sivia. Sivia tersenyum lalu menatap lelaki itu dalam-dalam. Wajah mereka sudah sangat dekat, hingga Sivia merasa bibirnya telah beradu dengan bibir lelakinya. Tak berapa lama, lelakinya melepaskan ciuman itu dan mengecup kening Sivia.
“aku juga gak kuat akan keadaan ini. Tapi kamu tahu kan, ‘mereka’ bakalan marah besar kalo tau kita begini..”
Sivia menunduk, lalu menggangguk menandakan ia membenarkan ucapan kekasihnya itu. Ia memeluk tubuh yang ada didepannya itu, lalu menangis di bahunya.
“gue gak kuat pura-pura benci elo.” Lirih Sivia, lelaki itu menyeka air mata gadisnya, lalu mengecup bibir gadis itu sekali lagi.
“yakin, kalo gue Cuma cinta sama lo. Dan lo juga gitu. Gue balik dulu ya, entar malem gue bbm.”
Lelaki itu menaikki caviga birunya. Ia sempat melirik ke Sivia yang sedang menatapnya sambil tersenyum. ia tersenyum kecil, lalu membawa laju motor kesayangannya itu ke jalanan yang gerimis. Sivia menghela nafas, lalu tersenyum. Ia mengambil handphonenya, dan menekan beberapa nomor di qwerty blackberrynya.
“Halo, Ag. Dimana? Jadi latihan? Jemput gue di halte bus ya. iya. Gue gak bawa mobil. Tadi aja naik bus kesini. Hehe. Oke, cepet say. Babay”
Agni telah memutuskan sambungan telepon. Sivia menghela nafas kembali dan meletakkan BlackBerry-nya di tas kecilnya. Semoga 7 icons gak tau apa yang dilakukannya tadi.
***
Agni, dengan matanya yang masih berlinang air mata melajukan mobilnya menuju halte bus. Ia masih merasakan perih perihal masalah tadi siang. Ia masih tak percaya akan pertemuan singkatnya dengan Cakka. rasa itu masih ada. Masih ada. Untuk Cakka. ya, hanya Cakka lelaki yang bisa menaklukan Agni yang ‘dingin dan misterius’. Entah sejak kapan Agni mendapat julukan itu.
Agni memincingkan matanya. Melihat seorang gadis yang sedang duduk di halte bus, dengan sweater biru langit dan celana hitam dan rambutnya dikuncir kuda. Agni buru-buru menghapus air matanya dan memakai kacamata hitamnya.
“Via..”
Gadis itu menatap mobil Swift Maroon yang ada dihadapannya, lalu buru-buru naik jok penumpang, tepatnya disebelah jok pengemudi. Sivia terheran begitu melihat Agni dengan kacamata hitamnya.
“lo ngapain make kacamata hitam, Ag? Bukannya lagi hujan?” Tanya Sivia, Agni memutar otaknya, mencoba mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Sivia.
“gapapa. Salah ya?”
Sivia menggeleng, lalu tersenyum kecil, “anak 7 icons kan sangat mementingkan penampilan. Betul?”
Agni menggangguk, “Yoyoy! Haha”
Sivia dan Agni tertawa bersama. Walau tertawa mereka tak ikhlas. Masalah hati telah melanda mereka. Masalah yang paling sensitive bagi wanita. Sekuat-kuat apapun wanita itu, kalau sudah menyangkut ‘hati’ dan ‘perasaan’, mereka bisa saja selembut kapas dan serapuh kayu tua.
***
Toko kaset hari itu tak begitu ramai. Membuat si lelaki gondrong yang sengaja memakai kacamata hitam dan topi berwarna hitam sedikit bebas bergerak kemanapun. Ia sedang mencari dvd film. Pandangannya tertuju pada sebuah film berjudul ‘Cinta 2 Hati’. Memang sih film Indonesia yang akan berujung dengan ‘tangis’ dan ‘air mata’. Tapi, entah mengapa lelaki itu tertarik dengan judul dari film tersebut. Ia mengambil DVD itu dan membaca synopsis ceritanya.
Tentang seorang gadis penyakitan yang sangat mencintai idolanya. Ia rela melakukan apa saja agar idolanya bisa menjadi miliknya. Tapi, karena sang idola telah memiliki kekasih, dan tak memiliki rasa cinta pada sang wanita itu, sang idola sering acuh tak acuh pada gadis penyakitan itu. Sampai akhirnya, pacar sang idola dan si gadis itu bersahabat dan mereka sepakat untuk ‘membagi hati’. Tanpa disadari oleh sang idola, ia mulai mencintai gadis penyakitan yang berjuang mempertahankan hidupnya.
“DVD ‘Cinta Dua Hati’ habis ya, mbak?” Tanya seorang gadis disebrang sana. Si gondrong meliriknya dari ujung dan melihat seorang gadis bersweater ungu dan celana hitam panjang sedang bertanya pada penjaga toko disitu. Si penjaga toko itu menuju ke rak yang ada di dekat si gondrong, dan melihat beberapa DVD yang terpampang di situ.
“kosong, mbak.” Tak sengaja, si penjaga toko itu melihat DVD yang ada di tangan si gondrong.
“sudah diambil oleh mas ini.”
Ray, lelaki gondrong itu menggangguk lalu menunjuk DVD yang dipegangnya. Kekecewaan tampak dari raut gadis cantik itu, lalu ia menghela nafas.
“yaudah deh mbak gapapa. Lain kali aja kalo ada lagi.”
Gadis itu meninggalkan toko itu, dengan langkah yang gontai, Ray tersenyum manis. Lalu membayar DVD yang dibelinya tadi. Setelah selesai, ia segera mengejar gadis yang tadi ditemuinya didalam. Ternyata, ia masih menunggu hujan reda. Kesempatan! Batin Ray.
“hallo..” Ray melepas topi dan kacamata yang melekat di wajah gantengnya. Gadis itu melirik ke kanan dan membulatkan mulut dan matanya.
“hallo juga..” Balas gadis itu polos. Ray membulatkan matanya. Gadis ini gak histeris nih ngeliat aku? Anggota SMASH? Hah? Gasalah?
“boleh.. kenalan? Ray, kamu?”
Gadis itu menatap tangan kanan Ray yang terjulur dihadapannya, lalu menggangguk kecil, “Vania,”
“SMA dimana? Atau SMP?”
Gadis itu diam, lalu menunduk, “gak sekolah lagi,”
“loh? Kok?”
“aku penyakitan kak, semua orang dikelasku ngejek aku. Dan kondisiku juga udah lemah kalo harus sekolah. yah, walaupun belum terlalu parah, tapi aku gak boleh sering-sering beraktifitas.”
“sakit apa?” Ray mulai tertarik dengan gadis ini.
“Kelainan jantung.”
Ray membulatkan mulut dan matanya. Lalu tersenyum manis, “jangan putus asa ya! hidup ini gak untuk berputus asa. Kamu harus bangkit dari penyakitmu! Semangat!”
Vania, tersenyum polos sambil menggangguk kecil. Lesung pipit terlihat dari pipi chubbynya.
‘tin.. tin..’
Avanza hitam itu berhenti tepat di hadapan Ray dan Vania. Vania menghela nafas, lalu menatap Ray, “aku duluan ya, kak. Sampai ketemu nanti.” Pamit Vania, Ray menggangguk. Namun, ia teringat sesuatu dan menarik tangan Vania.
“apa?”
Ray menyerahkan sebuah kartu nama, lalu tersenyum, “kalo mau minjem DVDnya, telefon nomor itu aja. nanti aku anterin kerumahmu, oke?”
Vania menggangguk kecil, lalu masuk kedalam mobil itu. Didalamnya, si cantik dengan kacamata hitam dan jaket yang menutupi rambut panjangnya menatap adiknya.
“siapa itu?”
“Kak Ray.”
Gadis itu mengulum senyum, lalu menatap jalanan yang basah akibat hujan.
“Emang kenapa kak?” Tanya Vania lagi, gadis itu menggeleng lemah.
‘Gak akan gue biarin lo ngedeketin adek gue, Ray!’ Batin gadis itu sambil tersenyum kecil.
***
To Be Continued.
Nah, segini dulu aja ya part 1 nya :)
Karena udah didesak tuh disuruh ngeluarin part 1 nya.
Yang nge-req AlShill kayaknya gak bisa deh, sorry ya ;)
Like ya, kalo gak like gak dilanjut :p
Paling cepet aku post Kamis/Jumat. #kalodikasihsamaadminyangonline
Doain deh yaaa!!
_admin1_
Comments
Post a Comment