Yaaa, akhirnya di post juga :p
Tapi... pendek ._. Soalnya ide seret. Bagi yang mau baca, silahkan, yang engga, gausah dikritik pedes ya T_T
***
***
“Ap.. Apa? Hamil?” Tanya Gabriel tercekat. Sivia menggangguk, lalu menghapus air matanya kasar. Sehingga ada garisan merah di sekitar matanya.
“Kamu mau.. tanggung jawab kan iel?” Sivia ragu-ragu. Terdiam, Gabriel terdiam. Membuat Sivia meremas tangannya kuat-kuat. Air matanya menetes lagi.
“Iya, vi. Aku mau. Aku mau tanggung jawab,” Jawab Gabriel yakin dan tegas, ia mengangkat dagu Sivia, lalu menghapus air mata yang membasahi pipinya. Sivia tersenyum.
“Makasih, iel. Makasih. Tapi...”
Gabriel membelai lembut rambut gadisnya itu, “tapi apa?”
“Aku harus out dari 7 icons, karena kata dokter, aku gak boleh terlalu banyak gerak. Karena aku hamil muda..”
Gabriel berhenti mengelus rambut Sivia, ia menunduk sebentar, lalu mengeratkan pegangannya pada tangan Sivia, “Kalo lo keluar dari 7 icons.. Gue juga bakal keluar dari.. Smash.”
***
“Apa, iel? Lo mau keluar dari SMASH?”
Cakka histeris begitu mendengar pengakuan Gabriel. Gabriel cuma menggangguk santai.
“Kenapa?” Tanya Cakka, tatapan matanya ingin membunuh, “Ada masalah? Iya?”
Gabriel menggangguk pelan, “ada.”
“Apa?”
“Bukan urusan lo.” Gabriel hendak meninggalkan tempatnya, tapi ia ditahan oleh Cakka. Dan...
‘bough’
Bogeman mentah itu mendarat di pipi mulus Gabriel, tak hanya sekali.. dua kali.. tiga kali.. sampai Cakka terduduk di lantai dengan emosinya yang sudah sampai ubun-ubun. Gabriel memejamkan matanya sambil memegangi pipinya yang membiru akibat pukulan Cakka.
“Udah puas?” Tanya Gabriel dengan mata terpejam. Cakka yang juga menutup matanya perlahan membuka matanya dan menatap Gabriel dengan tatapan tajam.
“Lo yang udah puas? Hah! Lo yang ngebentuk kelompok ini. Ngasih motivasi supaya kita bisa terus maju dan gak kepancing emosi sama haters. Sekarang? Lo malah keluar dari kelompok ini. Kenapa? Kenapa, iel? Lo bosen sama smash? Iya?” Suara Cakka bergetar. Tak ada jawaban dari pertanyaan Cakka. Gabriel berdiri dari tempatnya, lalu pergi meninggalkan Cakka yang tengah terduduk lemas di kelas X-1. Untung saja sekolah sudah sepi, jadi tak ada yang melihat aksi pukul-pukulan antara Cakka dan Gabriel tadi.
“Liat aja. Gue bakal nyari tau apa alasan lo keluar dari SMASH! Liat aja nanti, Gabriel Steven Damanik.”
***
Seperti hari-hari sebelumnya, 7 icons tengah berlatih di aula utama. Dengan volume tape yang sengaja dibesarkan, ketujuh gadis ini dengan enerjik menarikan dan menyanyikan lagu ‘Playboy’ yang menjadi hits single mereka.
***
Seperti hari-hari sebelumnya, 7 icons tengah berlatih di aula utama. Dengan volume tape yang sengaja dibesarkan, ketujuh gadis ini dengan enerjik menarikan dan menyanyikan lagu ‘Playboy’ yang menjadi hits single mereka.
“Playboy, playboy, playboy, playboy...”
Agni melakukan split di bagian terakhir lagu. Sementara dibelakangnya ada Angel dan Acha yang saling membelakangi. Di sebelah Angel dan Acha ada Sivia dan Oik. Sementara Zevana dan Ify berjongkok di depan Sivia dan Oik.
“Yeay! Akhirnya selesai!” Teriak Agni. Ia duduk di panggung itu. Keringatnya jelas bercucuran saking semangatnya.
Agni melakukan split di bagian terakhir lagu. Sementara dibelakangnya ada Angel dan Acha yang saling membelakangi. Di sebelah Angel dan Acha ada Sivia dan Oik. Sementara Zevana dan Ify berjongkok di depan Sivia dan Oik.
“Yeay! Akhirnya selesai!” Teriak Agni. Ia duduk di panggung itu. Keringatnya jelas bercucuran saking semangatnya.
“Nih, tisu.” Oik menyodorkan tisu basah yang dibawanya. Agni tersenyum lalu mengambil satu helai dan menyapu keringatnya dengan tisu itu.
“Okay guys. Makasih buat hari ini, kayaknya hari ini segini dulu. Lusa, kita udah ngisi acara di RCTI. Jangan malu-maluin. Jaga stamina kalian ya,” ucap Agni sebagai leader. Anak-anak menggangguk, kecuali Sivia.
“Guys!” Teriak Sivia begitu semua hendak turun dari panggung untuk mengambil tas mereka. Semua menatap Sivia yang tengah berdiri di atas panggung.
“Kenapa, vi?” Tanya Agni, Sivia menghela nafas panjang.
‘Hayo, viaa! Lo pasti bisa. Huft. Tapi gue gak bisa ngecewain Agni. Huft.. Ayo, ayo!!’ batin Via menyemangati dirinya. Tapi tak ada satupun kata yang keluar dari tenggorokannya. Agni dan yang lain menatapnya heran. Sivia menggigit bibir bawahnya.
“Via? Lo baik-baik aja kan?” Agni memastikan. Sivia tidak tega melihat begitu semangatnya Agni, wajah ceria Agni, dan.. aah. Tega gak tega, harus!
“Guys..” Panggil Sivia sekali lagi, “Gue,, gue,, gue,, hmm,, aduh,, Gue.. Keluar dari 7 icons ya?”
“Hah??” Semua cengo mendengar pertanyaan Sivia. Terlebih Agni. Dia ampe mangap ga ditutup denger ucapan Sivia.
“Apa, vi? Keluar? Gak! Gak! Gakboleh! Kenapa lo mau keluar?” Tanya Agni, ia berusaha tenang walaupun rasa kecewa terus menerus merasuki hatinya.
“Gue sakit,, ya. Gue sakit, dan gue gak boleh banyak bergerak-gerak. Kata dokternya sih gitu, Ag.” Agni terdiam ditempat. Semua menatap Agni dan Sivia. Mereka menunduk. Tak ada yang berani membuka pembicaraan kecuali Agni dan Sivia.
“Kalo itu keputusan lo,,” Ucap Agni bergetar, “gue terima. Gue bakal cari pengganti lo buat gantiin lo lusa. Makasih udah mau gabung di kelompok ini, Vi.” Agni berlari dari aula tersebut. Ia bahkan melupakan tasnya. Semua memandang Agni yang pastinya kecewa berat. Sementara Sivia hanya menunduk.
“Lo jujur kan, vi, tentang alasan lo?” Tanya Ify. Sivia mengangkat wajahnya, lalu menggangguk pelan.
“Gue doain lo cepet sembuh ya, Vi. Makasih karena pernah jadi bagian dari kita,” Ucap Ify, lalu berlalu dari tempatnya terdiam tadi. Satu persatu mulai mengikuti Ify dalam diam. Ify mengambil tasnya dan tas Agni. Lalu meninggalkan aula. Yang lainnya juga demikian. Tinggalah Sivia yang berdiri dengan penyesalan yang sebenarnya percuma.
“Maafin gue. Maafin gue. Gue bohongin kalian..” Lirih Sivia.
***
“Susah payah gue ngebangun tim ini. Susah payah gue ngeyakinin mereka kalo kita bisa. Susah payah gue.. hiks.. hiks..” Agni menangis sambil menutup wajahnya di taman sekolah. Ia sangat kecewa dengan permintaan Sivia. Sakit rasanya.
***
“Susah payah gue ngebangun tim ini. Susah payah gue ngeyakinin mereka kalo kita bisa. Susah payah gue.. hiks.. hiks..” Agni menangis sambil menutup wajahnya di taman sekolah. Ia sangat kecewa dengan permintaan Sivia. Sakit rasanya.
“Perlu tisu?” Tanya seseorang didepannya. Agni perlahan membuka tangannya dari wajahnya, lalu terlihat lelaki dengan bajunya yang sudah berantakan kemana-mana, rambutnya acak-acakan, namun satu yang tak berubah darinya, senyum itu masih tetap sama. Agni tak menggangguk, namun tak menggeleng.
Lelaki itu menyeka air mata Agni dengan ibu jarinya, lalu memegang pipi Agni.
“Kenapa?” Tanyanya. Agni menepis tangan itu, lalu menunduk.
“Sivia out dari 7 icons,” jawab Agni pelan. Lelaki itu kaget mendengar ucapan Agni.
“Kok.. bisa sama?”
Agni mengangkat wajahnya, “apa yang sama?”
“Lo tau? Gabriel juga out dari Smash.” Agni kaget mendengar pengakuan lelaki itu, tak lain tak bukan ialah Cakka.
“Se.. se.. serius?”
Cakka menggangguk, “Apa hubungannya ya Gabriel sama Sivia?”
“Hmm,, gue curiga sama mereka.”
“Gue bakal nyelidikin Gabriel dan Sivia.” Ucap Cakka yakin. Agni menunduk lalu memejamkan matanya.
‘Apa mereka ada hubungan special? Apa mereka nyembunyiin sesuatu selama ini dari kita?’
“Perlu bantuan?” Tawar Agni, Cakka tersenyum lalu menggangguk.
“Smash dan 7 icons berkerja sama. Deal?” Cakka menyodorkan tangan kanannya di hadapan Agni. Agni menaikkan alisnya, lalu membalas jabatan tangan Cakka.
“Deal!”
***
To be continued.
***
To be continued.
Comments
Post a Comment