Haaai tadaa~~!
Sebenernya aku
nggak mau ngepost ini, super jelek bangeetT.T ini kubuat dalam waktu 2 jam, dan
hasilnya? Jelek bangeett kaaan!! Ini terinspirasi dari mana ya? Lagu SNSD-Time
Machine kali yaa~ Nah, kalau kalian liat tulisan di bold italic kayak gini,
itu artinya cerita masa lalunya ya-_-
Oh iyaa kalian
pernah baca kan prolog yang waktu itu kutulis cerbung? Naah itu bukan cerbung,
ini cerpeeennyaaa~~ -_- prolognya aja keren, eeeh isinya amburadul gini~ -_-
Ini sumpah jeleeek
banget. Maaf berani ngepost~
Oh iya ini special
untuk si Fenny Flavia Fulca yang merindukanku katanya:p wleeek selamat
membacaaa:)
Time Machine.
^^
Itsumo
yori sukoshi hiroi heya tada hitori…
It’s
over, guess it’s over…
Hanya bisa memandang. Tanpa disentuh. Hanya bisa memanggil dalam hati.
Tanpa disuarakan. Ada pertemuan, ada pula perpisahan. Ada yang memulai, ada
pula yang mengakhiri. Gadis itu, gadis yang masih terduduk di bangkunya tanpa
berniat mengejar punggung yang sebentar lagi hilang dari pandangannya, tau benar.
Akhir dari ceritanya akan seperti ini. Ia sudah menduga.
**
futari de tsukuri ageta sutoorii mo
munashiku…
konna ni kantan ni kuzurete shimau nante…
Hujan. Tanpa ada yang tahu, gadis yang tengah duduk di meja nomor 7 itu
juga merasakan hujan badai, di hatinya. Diaduknya gelas yang sudah tak berisi
lagi dengan tatapan menerawang jauh kedepan. Dengan mata terpejam, jiwanya
melayang menembus waktu yang cukup jauh dari waktu setempat walaupun raganya
masih disana.
“Tak bisakah kau mempertimbangkan lagi? Apakah semudah itu, Cakka?
Semudah itukah kau menghancurkannya? A, aku…” Gadis itu menahan air matanya.
Tidak, jangan menangis disini.
“Maafkan aku.”
Gadis itu terdiam. “Apa maaf menjadi kalimat kegemaranmu sekarang? Hah?”
Ucap Agni. nadanya naik satu oktaf dari nada biasanya. Badannya bergetar.
“Kurasa, kita sampai disini saja.”
“Tapi…”
Tak ada kata yang dapat keluar. Ia terdiam. Lelaki itu meninggalkannya.
Sendiri. Tanpa alasan atas semua perkataannya yang menyakitkan. Tanpa ada kata
penenang untuknya.
“Apapun yang kuperbuat. Selalu salah dimatamu. Bagaimanapun caranya,
apapun yang kau perbuat untuk memperbaikinya, luka ini tak pernah bisa sembuh.”
Lelaki itu menoleh. Lalu kembali meneruskan langkahnya.
---
One mistake, got a one regret…
daremo kanpeki janai tte…
“Semua salahmu. Bahkan lelaki yang baru dikenal saja lansung kau ajak
bermain.”
“Mwo? Apa? Ia hanya pelayan toko yang berbaik hati menolongku.
Percayalah.”
“Aku lelah mendengarnya.”
“Selalu saja seperti ini. Kau egois!”
Gadis itu melempar kaca yang ada dihadapannya dengan ponselnya. Tak ada
yang benar dimatanya. Ia menatap kaca dihadapannya yang sebagian sudah tak
berbentuk lagi. ia tersenyum miris.
Dan tepat saat niat bodohnya itu akan terlaksana, dering ponsel dan nama
penelpon membuat beling di jemarinya terjatuh.
CN. Calling.
**
sou iikika sete mite mo…
nani wo shitemo kizu wa iyasenakute…
“permisi, apakah kau menjual mesin waktu, pak?”
Lelaki tua itu tertawa. “kau gila, nak? Kurasa karena hujan otakmu itu
tersumbat. Pulang dan berselimutlah.”
“Terimakasih, permisi.”
Gadis itu berjalan dengan gontai. Tak ada semangat. Apa yang akan
dilakukannya setelah ini? Pulang? Berselimut? Apa tak ada cara lain untuk
menghabiskan waktu selain melakukan hal itu? Ia menghela nafas. Hujan semakin
deras. Payung kuning yang dipakainya untuk berlindung mulai kewalahan
melindunginya dan beberapa tetesnya membasahi kepala serta pundaknya. Tapi ia
tak perduli. Toh kalau harus basah juga tak akan ada yang berubah dari dirinya.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
“Jangan bawa payung jelek itu lagi.”
“Loh?”
“Itu tidak melindungimu.”
“Hachuiiiii~”
Lelaki itu menyingkir sejenak dan lansung menyodorkan saputangan
cokelat. Gadis itu tersenyum lalu menerimanya. Diciumnya wangi yang melekat di
sapu tangan itu. “Hmmm, baunyaaa~”
“Cepat pakai, ingusmu meleer tuh.”
Ia terdiam. Sekelebat bayangan itu kembali hadir dan berputar seperti
film di kepalanya. Tidak, tidak seharusnya ia berpikir tentang lelaki bodoh
itu. lelaki yang menelantarkan gadis sepertinya. Gadis yang selalu
mencintainya. Gadis yang tak pernah mengeluh atas seluruh perlakuannya. Gadis
yang selalu setia, bahkan saat ia berkelana ke tempat yang seharusnya tak boleh
dilewatinya. Seharusnya lelaki bodoh dan buta itu meraba dengan hatinya, gadis itu, gadis yang dianggapnya kekasih
olehnya, seorang Agni Tri Nubuwati, adalah gadis yang tak lelah menunggu,
bahkan sampai 5 tahun lamanya.
Namun, sekuat apapun usahanya, senekat apapun perjuangannya, tak akan
dapat mengembalikkan kisahnya seperti dulu lagi. semua sudah berbeda. sudah
berakhir dan tak akan kembali lagi.
ima time machine ni norikonde
anata ni ai ni yuku koto ga dekita
nara
mou nani mo negawanai
hakanakute tooi kioku ni naru mae ni
I need a time machine,oh...
I need a time machine,oh..
**
“Sillehamida. Apakah kau… Cakka Nu-ra-ga? Kau mengingatku?”
Lelaki itu menatapnya, agak lama sampai senyum manis terpancar dari
wajahnya. “Aah, Agni… aku benar, kan?”
“Kau sedang apa disini?”
Cakka, tersenyum lalu menunjuk gitar yang dipegangnya. “Perform.”
“Hmm,” Agni berfikir. “Ah, lupa! Kau Cakka, anggota boy band yang bersolo karier! Aaah pantas saja aku
selalu tak asing melihat di televisi. Dugaanku benar.”
“Dugaanmu?”
“Iya, kau Cakka Nuraga. Cinta pertamaku.”
--
“Yeoboseyo. Agni,
ada acara malam ini?”
Agni menggeleng. “Tidak. Aaah, kenapa kau berbicara dengan bahasa
Korea?”
“Memangnya tidak boleh? Bukannya kita sedang ada di Korea?”
“Aah, iya ya.” Agni tersenyum walaupun lelaki itu tidak akan melihat
senyumnya. “By the way, mengapa kau bertanya tentang acaraku malam ini?”
“Aku ingin mengajakmu makan malam. Tidak apa-apa kan kalau kita makan
malam berdua saja?”
Jantung Agni berdetak. Jauh lebih cepat dari tadi. Oh Tuhan, mengapa
oksigen tiba-tiba susah untuk dihirup?
--
Ruangan kosong.
Apa ini? Agni membaca pesan singkat yang sedaritadi dibacanya berulang
kali. Alamatnya benar. Dan ini memang tempat makan, seingat Agni. namun mengapa
sekarang semuanya seperti sudah tutup? Apa-apaan ini?
Agni mencoba menghubungi nomor Cakka. namun tak ada sahutan. Apa lelaki
itu membohonginya?
Kalau seperti itu, untuk apa ia rela menguras tabungannya untuk membeli
dress bagus ini? Ia menghela nafas. Sepertinya Cakka memang tak datang. Gadis
itu hendak berbalik ketika tiba-tiba saja lampu berwarna-warni dihadapannya
menyala dan tempat makan itu terlihat seperti kios lampu.
Hei, itu Cakka!
Ia berdiri disana. Dengan kemeja hitam dan dasi putih susu yang membuat
jantungnya berdegup lebih cepat lagi. ia tercekat melihat ada beberapa balon
berwarna-warni yang beterbangan di ruangan itu. sepertinya Agni pernah melihat
adegan ini. Seseorang di ruangan penuh balon, dengan membawa sebuah balon yang
ditalinya terikat sebuah cincin. Agni memandang Cakka dan jantungnya hampir
lepas dari tempatnya.
Balon pink ditangan Cakka, berbentuk hati, dan dibawahnya, dibawahnya…
terikat sebuah cincin. Agni dapat melihat dengan jelas, Cakka berjalan
kearahnya, dan menyodorkan balon itu kepadanya. Dan ia tersenyum, manis sekali.
“Apakah aku sudah terlihat seperti Yesung-mu, Agni?”
Ah, aku pernah melihat ini. Bagaimana aku lupa bahwa ini part Yesung di
music videonya? No Other? Cakka jauh lebih tampan dari Yesung.
“Aah, iya. Kau jauh lebih dari Yesung.”
Cakka menaikkan alisnya. “Lebih?”
“Ah, maksudku…” Agni memainkan jemarinya. Cakka tersenyum membuat
kosakata yang Agni siapkan mendadak menguap begitu saja.
“Aku lebih tampan dari Yesung Super Junior, maksudmu?” Ah, jangan
tersenyum lagi. “Sudah, tidak usah dibahas.”
Hening sesaat. Cakka dan Agni sama-sama terdiam dengan posisi yang
berhadapan. Cakka menoleh ke Agni bertepatan saat mata Agni melirik kearahnya
yang lebih tinggi beberapa centi dari Agni.
Lagu No Other-Super Junior tiba-tiba terdengar. Ditambah rintik-rintik
hujan dan suasana dingin yang menenangkan, menambah degupan kencang di jantung
Agni.
“Agni. ada alasan apa kau datang ke Korea?”
Agni menoleh ke arah Cakka, lalu tersenyum. “Belajar. aku sedang kuliah
disini. Bukankah kau tau itu?”
“Apa bukan karena ingin mencariku?”
Agni terdiam.
“Ya, aku tau jawabannya. Aku hanya ingin mendengar dari mulutmu.”
“Ne, Cakka. Aku mencarimu. Yang kudengar dari temanmu, kau melanjutkan
sekolah di Korea dan sudah debut dengan kelompokmu di Korea.”
Cakka tersenyum. ia sudah tahu.
“Sudahlah, tidak usah dibahas lagi itu tidak pen—“
“Agni, maukah kau menjadi yeojachingu-ku?”
--
“Kau sibuk sekali ya sampai tidak bisa menemaniku?”
Lelaki diujung sana mendengus. “Sudah kukatakan aku harus mengisi acara.
Sudah ya.”
Tut.
Agni menghela nafas. Ia meneruskan langkahnya. Sebenarnya kesal
bercampur sedih juga. Cakka sudah berjanji, untuk menemaninya membeli beberapa
perlengkapan untuk menyambut natal. Walaupun ia tidak merayakannya, tetapi
perguruan tinggi tempat ia menimba ilmu akan mengadakan acara dan ia sebagai
pengurus acara di perguruan tingginya mau tak mau turun tangan mencari
perlengkapan untuk menghias pohon natal terbesar di depan perguruan tingginya.
“Sillehamida.”
Lelaki yang
sedaritadi tengah tertawa berlari kearah pintu yang terbuka dan membungkukkan
badannya. “Eoseo
oseyo. Mwol dowa
deurilkkayo?”
“Aku mencari
beberapa lampu untuk pohon natal dan beberapa hiasannya. Apakah kau
menjualnya?”
“Ne. Tunggu
sebentar.”
Agni menunggu
sembari memainkan kukunya. Tak berapa lama lelaki itu kembali dengan beberapa
plastik berisi lampu dan hiasan-hiasan berbentuk boneka salju, bintang,
bola-bola, dan salju-salju instant.
“Ini yang kau cari,
Noona?”
Gadis itu tersenyum
lalu menggangguk. “Ne, aku ambil ini.” Agni melangkah dan tak sengaja ia
menginjak kabel lampu selamat datang yang tergeletak di lantai.
“Awas, Noona!”
Agni merasa
badannya menimpa sesuatu, dan ia lansung berdiri begitu melihat lelaki bermata
sipit itu memejamkan matanya. Ah, pasti aku berat sekali.
“Ah, joesong-hamnida.” Agni membungkukkan badannya, lelaki itu berdiri dan ikut
membungkukkan badannya.
“Aku akan membayar
ganti rugi.” Agni mengeluarkan beberapa lembar uang. Untuk mengganti rugi dan
membayar apa yang dibutuhkannya.
“Sugo haseyo.” Agni membungkuk lalu meninggalkan toko tersebut
dengan 2 kantung plastik. “Untung saja Cakka tidak ikut. Ia pasti malu melihat
kekasihnya ceroboh sekali seperti ini.”
--
“Semua salahmu. Bahkan lelaki yang baru dikenal saja lansung kau ajak
bermain.”
“Mwo? Apa? Ia hanya pelayan toko yang berbaik hati menolongku.
Percayalah.”
“Aku lelah mendengarnya.”
“Selalu saja seperti ini. Kau egois!”
Gadis itu melempar kaca yang ada dihadapannya dengan ponselnya. Tak ada
yang benar dimatanya. Ia menatap kaca dihadapannya yang sebagian sudah tak
berbentuk lagi. ia tersenyum miris.
Dan tepat saat niat bodohnya itu akan terlaksana, dering ponsel dan nama
penelpon membuat beling di jemarinya terjatuh.
CN. Calling.
“Yeoboseyo.”
“Maaf.”
Agni menghela nafas. Mudah sekali. “Untuk apa?”
“Sifatku yang kekanak-kanakkan. Tak seharusnya aku cemburu.”
Agni terdiam
“Agni?”
“Kau cemburu?”
“Ah, anio. Aku tidak cemburu.”
“Haha, kau lucu sekali. Baiklah, aku harus beristirahat, aku tidur dulu
ya, Kka.”
“Baiklah, saranghae.”
“Nado saranghae.”
Agni membaringkan tubuhnya. Tiba-tiba saja ia tak bisa menahan bibirnya
untuk tersenyum.
--
“Kau dimana?”
“Mengapa kau begitu sibuk?”
“Apa tidak bisa membalas pesanku?”
“Cakka?”
“Kau sibuk ya?”
“Baiklah, aku tidak akan mengirimkan pesan ini lagi. jangan lupa makan.
aku menyayangimu. He he.”
Cakka membaca beberapa pesan yang masuk di ponselnya selama ia
tinggalkan. Matanya terpejam lalu kembali terbuka. Tak bisa, ia tak bisa
melanjutkan ini. Ia tak sampai hati melakukan ini. Ia tak boleh membiarkan ini
berlarut begitu lama.
Ia harus menghentikkannya.
“Agni, aku tunggu di taman biasa. Berdandanlah yang cantik.”
--
Senyum Agni mengembang. Ia melirik ponselnya. Pesan terakhir dari Cakka
membuatnya yang berbaring resah dikasurnya sambil terus menatap ponselnya
bersorak girang dan lansung melompat untuk membenahi diri. Jantungnya berdegup
kencang. Apa Cakka akan melamarnya? Ataukah Cakka akan mengenalkannya pada
kedua orang tua Cakka saat libur nanti? Memang libur panjang sudah ada didepan
mata, dan Agni sangat tidak sabar akan menghabiskan libur panjangnya kali ini
bersama Cakka.
“Maaf. Sudah lama menunggu?”
Agni terlonjak. Ia refleks berdiri dan tersenyum manis. Sangat manis.
“Duduklah, aku perlu bicara denganmu.” Cakka memegang pundak Agni, lalu
turun ke kedua tangannya. Agni dapat merasakan telapak tangan Cakka yang
dingin.
“Kau baik-baik saja?”
Cakka menggangguk. “Ya. Aku baik-baik saja, Agni…” Ia terdiam, lalu
menatap Agni. mencoba memantapkan hatinya. Melihat wajah Agni, ia tak sampai
hati untuk mengungkapkannya.
“Aku menghargai usahamu. Kau berusaha mendapatkan beasiswa ke Korea,
lalu bekerja setahun penuh untuk dapat hidup di Korea. Lalu setelah sampai di
Korea, kau harus bekerja lagi untuk dapat hidup. Dan sampai akhirnya kau
bertemu denganku.” Agni mendengarkan ucapan Cakka. entah hanya perasaan Agni,
namun Cakka menggenggam erat tangan Agni. sangat erat. Tiba-tiba saja tangan
Agni tertuju pada cincin yang melingkar di jemarinya, lalu berpindah ke jemari
Cakka. Ah, cincin yang diberikan Cakka pertama kali padanya. Namun, Agni memasati
cincin yang dipakai Cakka. bukan, itu tak persis seperti cincin yang
dipakainya.
“Kau…”
“Aku sangat menyayangimu. Kau baik, manis, perhatian, dan selalu
memaklumi keadaanku yang kasar, pelupa, pemarah, pecemburu. Apakah aku akan
menemukan gadis sesempurnamu?
Namun aku tak mau berlarut-larut terus mencintaimu. Aku tau suatu saat
ini akan terjadi. Dimana ada pertemuan, akan ada perpisahan. Dimana ada saat
manis, pasti ada saat pahit. Kurasa inilah waktunya. kurasa kau mengerti apa
maksud ucapanku ini. Maafkan aku, Agni.”
Disaat yang bersamaan, suara petir membahana memecahkan keheningan
diantara keduanya. Tangan Cakka tak lagi menggenggamnya. Agni memandang
jemarinya dan jemari Cakka yang sudah tak bertautan lagi.
“Aku mengerti.” Ia menatap Cakka. Ingin melihat apakah ada keraguan
diwajah lelakinya itu. namun yang tersirat hanyalah tatapan yang sulit Agni
mengerti.
“Maaf, tapi…”
“Tak bisakah kau mempertimbangkan lagi? Apakah semudah itu, Cakka?
Semudah itukah kau menghancurkannya? A, aku…” Gadis itu menahan air matanya.
Tidak, jangan menangis disini.
“Maafkan aku.”
Gadis itu terdiam. “Apa maaf menjadi kalimat kegemaranmu sekarang? Hah?”
Ucap Agni. nadanya naik satu oktaf dari nada biasanya. Badannya bergetar.
“Kurasa, kita sampai disini saja.”
“Tapi…”
Tak ada kata yang dapat keluar. Ia terdiam. Lelaki itu meninggalkannya.
Sendiri. Tanpa alasan atas semua perkataannya yang menyakitkan. Tanpa ada kata
penenang untuknya.
“Apapun yang kuperbuat. Selalu salah dimatamu. Bagaimanapun caranya,
apapun yang kau perbuat untuk memperbaikinya, luka ini tak pernah bisa sembuh.”
Lelaki itu menoleh. Lalu kembali meneruskan langkahnya.
Pertahanannya runtuh. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Rasanya seperti ditimpa beribu batu tajam. Sakit. Sesak. Perih. Tak pernah ia
merasakan sesakit ini.
Bunyi petir mersaut-sautan tak membuat gadis itu beranjak dari
posisinya. Rintik-rintik hujan mulai membasahi. Jaket merah yang dipakainya
ikut menjadi korban air hujan yang datang menyambut keperihan Agni.
Selamat tinggal.
***
hitori de sugosu jikan wa oso sugite…
ayamachi no batsu wa amari ni mo omoku…
anata ga saigo ni nokoshita words…
ima demo zutto rifurein tomaranai mada mune
ga itamu…
Just one mistake, just one regret…
wagamama mo ima wa itoshikute…
ima time machine ni norikonde.
anata ni ai ni yuku koto ga dekita
nara.
mou nani mo negawanai.
hakanakute tooi kioku ni naru mae ni…
I need a time machine…
**
Pemirsa, telah terjadi
kecelakaan beruntun yang menewaskan 6 pengguna jalan, Minggu sore, waktu
setempat. Diketahui salah satu korban dari kecelakaan naas itu adalah personel
boy band yang tengah memulai karier di jagad hiburan.
Ting.
Lampu lalu lintas khusus pejalan kaki telah berubah menjadi hijau.
Beberapa pejalan kaki yang berada diantara gadis bersweater hijau itu berjalan
menyebrangi jalan dengan langkah cepat. Namun gadis itu tetap disana. Berdiri
disana dengan tatapan kosong. ia membalikkan badannya, dan berjalan menuju
etalase toko yang tengah menayangkan berita. Berita tentang kecelakaan
beruntun.
Kim Jun Ho.
Nama itu. Nama yang sudah tak asing lagi ditelinganya.
***
“Jangan panggil aku Cakka kalau sedang di tempat umum, Agni.”
“Kau juga jangan memanggilku Agni. Panggil aku Kim Yoon Hee.”
“Sepertinya aku pernah dengar nama itu.”
“Haha, sebenarnya namaku Park Yoon Hee. Namun sebentar lagi akan berubah
menjadi Kim Yoon Hee.”
“Hah, in your dream.”
“Kau tidak mau aku merubah namaku menjadi Kim Yoon Hee? Sepertimu?”
“Namamu akan berubah menjadi Agni Nuraga, bukan Kim Yoon Hee.”
Agni tersipu.
“Baiklah, mulai sekarang panggil aku Kim Jun Ho bila tengah di depan
umum. Bila kau memanggilku Cakka tak akan kuperbolehkan kau memakai nama YoonA
di Love Rain, ah yoonakuu.”
“Bagaimana kau tau?”
“Kau lupa aku YoonAddicted, nona Yoon Hee?”
“Aku pikir kau tak tahu, ah aku salah ternyata.”
***
Tidak. Bilang padaku, bilang kalau aku hanya bermimpi. Tidak, Kim Jun
Ho, pasti itu bukan Kim Jun Ho-ku! Ia masih bersamaku kemarin, masih
menggenggam jemariku kemarin. Masih…
Kamera tiba-tiba mengarah pada beberapa korban. Dan wajah itu, wajah
itu… Tiba-tiba Agni tak merasakan tulang pada tubuhnya.
**
Sebenarnya, aku tak ingin
mengakhiri ini semua.
Percayalah, aku terlalu
menyayangimu.
Sebenarnya, aku tak ingin
membawaku dalam permainanku.
Ini sangat menyakitkan.
Tolong jangan membuatku
tersiksa setiap melihatmu menangis. Jangan membuatku merasa bersalah karena
telah membuatmu kecewa padaku.
Tolong maafkan aku.
Aku mencintaimu, Agni. Maaf.
Ya, sepertinya maaf akan
menjadi kata favoritku.
-CKN-
**
jikuu
tobikoete anata ni aetara
tatoe onaji
ketsumatsu mukaeta toshite mo kitto
kui wa nokoranai hazu dakara
ima time machine ni norikonde
anata ni ai ni yuku koto ga dekita
nara
mou nani mo negawanai
hakanakute tooi kioku ni naru mae
ni (kioku ni naru mae ni)
Yeah futari no omoide wasurete shimau mae
ni
Gimme a time machine
Oh, Gimme a time machine
Oh, Gimme a time machine
**
Sendiri di ruang luas tak
seperti biasanya
Semua berakhir, perkiraanku
akhirnya berakhir.
Cerita yang telah kita buat
berakhir luka.
Kita berpisah semudah ini
Pada satu kesalahan,
terdapat satu penyesalan.
Tak ada yang sempurna
Walaupun kita mencoba
mengucapkannya
Apapun yang kuperbuat, luka
itu tak bisa sembuh
Ku akan membuat mesin waktu.
Jika aku dapat bertemu kembali denganmu.
Aku takkan meminta lebih.
Sebelum semua hanya menjadi ingatan yang fana
Kubutuhkan mesin waktu, oh
Waktu yang kulalui dengan kesendirian ini terasa sangat lambat.
Kesalahan ini menghukumku terlalu berat.
Kata-kata terakhir yang tersisa
Hingga kini berulang tanpa henti
Hatiku masih terluka
Hanya satu kesalahan, hanya satu penyesalan.
Aku egois karena kucintaimu
Ku akan membuat mesin waktu.
Jika aku dapat bertemu kembali denganmu.
Aku takkan meminta lebih.
Sebelum semua hanya menjadi ingatan yang fana
Kubutuhkan mesin waktu, oh
Jika ku dapat melalui ruang dan waktu dan kudapat bertemu denganmu
Katakanlah meskipun kita tiba pada keputusan yang sama
Kuyakin takkan ada penyesalan yang muncul
Ku akan membuat mesin waktu
Jika aku dapat bertemu kembal
denganmu
Aku takkan meminta lebih.
Sebelum semua hanya menjadi ingatan yang fana
Yeah sebelum ingatan itu terlupakan
Beri aku mesin waktu,
Oh berikan aku sebuah mesin waktu
(SNSD – Time Machine)
###
_achma-desvania_
kerenn.. keren peke banget.. tapi.. kok nyesek pas endig nya,,
ReplyDeletenumpang nitipin link gue yaa..kalau mau berkunjung juga boleh..
obat kista tradisional.
obat pelangsing herbal.
thanks before sis..