LOVE STORY ^part 3^

Wehehe sesuai janji. Ini di post part 3 \(´▽`)/ 
Ngebut? Memang.
Ngaret? Engga kok :p
Haha ini lansung aja yak :D
Kalo yang ngelike min. 17, besok part 4 nya. Tapi tergantung yak :D bisa aja aku post jam 1 malem :p
Eh bacot mulu, kapan ceritanya? Hehehe

☺☹☺
Pagi itu, Agni bangun lebih awal. Soalnya, dia janjian sama Sivia buat nyari keperluan untuk Pensi dulu di Gramedia. Memang sih Gramedia bukanya jam 9 pagi. Tapi, jarak antara rumah Agni-Sivia dan Gramedia itu jauh. Belum lagi macetnya. Mungkin sekalian Sivia dan Agni bisa mepet nyari sarapan dulu, hehe.
“Mau kemana lo? Pagi-pagi udah rapi aja. Mau sekolah apa mau jaga sekolah?” Tanya Cakka yang baru saja selesai jogging. Agni tersenyum simpul.
“Mau ke gramed, nyari bahan buat pensi, kan tinggal 2 minggu lagi. Mepet.” Tutur Agni, selesai memakai sepatu, ia menyampir tasnya dan pamit kepada kedua orang tua Cakka,
“Gadianter cakka aja?” Tanya Tante Karin, Agni menggeleng.
“Temen Agni mau jemput kok, Tan” jawab Agni sopan.
“Gausah panggil tante-om lagi dong. Kamu kan calon istri cakka, panggil mama-papa aja” ucap Om Debo, Agni gedubrak dalam hatinya.
‘calon istri? Ngek? Gak salah?’ Batinnya.
“Eh, hehe. Iya, deh Ma, Pa. Agni berangkat dulu ya, Assalamualaikum” Agni pun mencium kedua punggung tangan orang tua Cakka. Cakka dari atas cuma senyum sambil geleng-geleng kepala.

☺☹☺ 
“Ag? Ini kan rumah Cakka? Kok lo bisa tinggal di...” Ucapan Shilla terpotong ketika melihat Agni meletakkan tangannya di bibirnya. Shilla lansung menutup mulutnya sambil mengancungkan jempolnya. Agni duduk di sebelah jok pengemudi. Siapa lagi pengemudinya kalo bukan Sivia?
“Gini loh, Shill, Cha. Agni kan ortunya lagi di Perth dan gajadi balik ke Indo, kemaren kan Agni tinggal sama Paman-Tante, nah paman tantenya ini balik ke Aussie. Agni jadi sendiri deh. Makanya ortu Agni nitipin Agni ke ortu Cakka.” Jelas Sivia panjang lebar. Shilla dan. Acha mangut-mangut. Agni cuma mendengarkannya sambil ikut ngangguk-ngangguk.
“Dan tau gak, ortu Agni dan Cakka ngemajuin pertunangannya CakkAgni jadi bulan depan. Padahal rencananya abis kenaikan kelas. Wkwkwk”
Shilla dan Acha lansung ngebuletin mata, “Bulan.. DEPAN?” Teriak Shilla.
“Aduh, gausah dibahas pening kepala gue dengerinnya. Aelah-_-” Agni memejamkan matanya.
“Eh, mau ke gramed apa sarapan dulu?” 

☺☹☺ 
Va-Lauch Cafe menjadi tempat pilihan Agni dkk untuk mengisi perut mereka setelah pusing mencari peralatan untuk pentas seni. Mereka hari itu terpaksa izin, karena jam sudah menunjukkan pukul 11. Shilla dan Acha sih harusnya ga ikut, tapi karena dia males cuma berdua aja, jadi mereka ngikut.
“Seru juga ya jadi anak OSIS. Bebas banget kalo lagi ada acara kayak gini!” Seru Shilla sambil asyik membolak-balik buku menu. Agni mengangguk. Seru? 
“Lo mah enak cuma ngumpulin orang buat nampil, nah gue ampe gatidur semaleman bikin proposal-_-” keluh Agni, Shilla nyengir.
Sivia asyik menatap agenda yang akan menyumbangkan bakat mereka saat pentas seni. Matanya lansung keluar ketika melihat kedua nama yang tak asing lagi.
“Ag! Ag! Ag!” Sivia histeris, Agni meliriknya dengan lirikan curiga.
“Kenapa?” 
“Hah? Hah? Minum! Minum!” Ucap Sivia, Shilla lansung menyodorkan sebotol aqua yang baru mau diminumnya. 
Glek! Glek! Glek!
Sivia menarik nafasnya, lalu menunjuk apa yang baru dibacanya. Agni tak kalah kaget dari Sivia.
“Apa? GUE? Sama CAKKA? Ga salah?! Siapa yang buat nih? Wah wah gue bakar juga tu orang!” Agni menatap garang kertas tersebut. Acha mengelus-ngelus punggung Agni.
“Yang buat ini kan Shilla sama Zeva. Jadi, salahin gue. Okey.” Kata Sivia lalu melirik Shilla yang lagi nyengir.
Mata Agni berpindah melirik Shilla emosi, “shillaaaaaaa!!!!!”
“Aduh, maap Ag. Ini juga perintah Patton.”
“Perintah Patton?”
Shilla mengangguk polos, “gini ceritanya..”

_Flashback On_
Shilla dan Zevana sedang asyik menulis nama-nama orang yang akan tampil. Tiba-tiba dari belakang, sepasang mata menatap kertas mereka.
“Eh, patton.” Sapa Shilla, Patton tersenyum.
“Kayaknya ada yang kurang deh” Gumam Patton, Shilla melirik Patton, ia mengernyitkan dahinya.
“Kurang? Apa?”
Patton berdehem, ia duduk di tengah-tengah Shilla dan Zeva, “jadi gini ya, Shill, Ze. Kalo gue liat, performence nya cuma Band, trus akustik, trus drama, trus dance. Gue mau, ada salah satu duo yang keren!”
Shilla berpikir, “Duo? Anang-syahrini? Troy-Gabriella? Gitu?”
Patton menyentikkan jarinya, “betul! Bisa duo nya itu dari orang yang gak terduga. Kalo lo sama Alvin biasa. Kalo Zeva sama Rizky juga biasa. Sivia-Gabriel juga. Gue sama Nova juga biasa. Ozy-acha? Mereka juga udah sering banget duo kalo ada acara. Gimana kalau... Agni? Emm.. Rio?”
Shilla dan Zeva menggeleng kuat, “Agni gacocok sama Rio!”
“Jadi?”
Zeva tiba tiba tersenyum, “Agni-Cakka?”
“Alasannya?”
“Gini loh, Ton. Agni kan kapten basket putri, Cakka kapten basket putra, kalo mereka disatuin kan keren. Jadi duo basket gitu. Mereka juga keliatan cocok. Agni yang manis, dan Cakka yang tampan. Gimana?” Tanya+Jelas Zeva sambil menaik-naikkan alisnya.
“Ide brilian!”
Shilla dan Zeva bertoss, lalu tersenyum girang. 

_Flashback Off_

“Huaaa! Zevaaaaa!” Agni lansung manyun pas diceritain begitu. Sivia mangut-mangut setuju.
“Ada benernya tuh kata-kata Zevana, lo kan manis, Cakka ganteng. Wkwkwk :p” tambah Acha, Agni lansung menyendok ice creamnya yang baru datang. Mendinginkan hatinya yang panas.
“Eh, lagunya apaan, Shill?” Tanya Acha lagi, Shilla membuka buku kecilnya. Disana ada beberapa lagu pilihannya, Patton, dan Zevana.
“Gue sih pengennya lagu yang menggelegar gitu. Tapi kata Patton entar terlalu serius, jadi kita make lagu Gabriella sama Troy di HSM” jelas Shilla. Acha lansung semangat, dia emang pencinta HSM.
“Judulnya? Breaking Free? Gotta Go My Own Way? Oh... I Just Wanna Be With You?” 
Shilla menjentikkan jemarinya, “I Just Wanna Be With You! Oh gods! Thanks Acha!”
Agni melongo, “Oh My Gods! Ya Allah! Lagu itu sosweet banget!”
“Haha, pasti lo bisa Ag! Semangat! Caiyo!”
Agni menelan ludah.

☺☹☺ 
Malam itu, Agni kembali duduk di balkon. Tapi kali itu dia duduk dengan i-Pod dan kertas yang berisikan lirik lagu Gabriella Montez (Vanessa) dan Troy Bolton (Zac) yang berjudul I Just Wanna Be With You. Sebenernya yang nyanyi ada 4 orang, tapi Patton mintanya cuma Cakka dan Agni. 
“Suara gue kan ga sebagus Sharpay atau Gabriella. Kalo buat malu gimana? Aduh..” Agni menggaruk kepalanya.
Agni mendengarkan lagu itu dengan seksama. Di filmnya, adegan Troy dan Gabriella itu so sweet banget. Agni aja ampe terpukau waktu nonton film itu. Dia jadi deg-degan sendiri ngebayangin dia sama Cakka begitu.
‘Tok.. Tok..’
Agni menatap pintu kamarnya, lalu berteriak, “masuk aja, ga dikunci.”
Seorang cowo bertubuh agak ndut masuk ke kamarnya. Ia membawa walkman dan kertas berisi lirik lagu yang persis kayak punya Agni.
“Ag, gue pening deh ngapalin lagu ini. Gue gapernah denger lagunya. Ini baru denger tadi. Trus, kok suaranya pada berubah-rubah gitu?” Tanya Cakka, muka Agni lansung berubah jadi ‘-_-’ pas Cakka ngomong gitu.
“Etdah lu bego apa telmi? Nih ya, lo denger aja yang suaranya kayak suara cowo ya bagian lo, yang cewe ya bagian gue,” ucap Agni. Cakka mangut-mangut. Ia ikut duduk lesehan di balkon bareng Agni.
“Btw lo udah hapal belum?” Tanya Cakka, Agni menggeleng.
“Belum, tapi lumayan lah, lo mending ngapalin dari sekarang. Waktunya cuma 2 minggu lagi. Apalagi lo anak band, latihan band juga buat tampil. Ya kan?”
Cakka nyengir, “iya juga sih. Hehe. Eh, coba lo nyanyi bagian lo. Gue pengen denger..”
Agni menggeleng. Tapi karena dipaksa Cakka, dia mulai berdehem.
“Oke, denger ya? Ehm. Ehm..”

I got a lot a things, I have to do.
All these distractions.
Our future's coming soon.
We're being pulled.
A hundred different directions
But whatever happends.
I know I've got you

You're on my mind.
you're in my heart.
It doesn't matter where we are.
We'll be all right
Even if were miles apart.

Cakka tersenyum, lalu melanjutkan lirik selanjutnya,

All I wanna do
Is be with you, be with you.
There's nothing we can't do
Just wanna be with you, only you.

Agni ikut serta, ia senyum juga sambil memandang kertasnya.

No matter where life takes us
Nothing can break us apart, you know is true,
I just wanna be with you,

“Nah tuh bisa Cakk! Hehe” kata Agni, Cakka manyun.
“Ag! Jangan panggil gue...”
Agni menepuk jidatnya, dulu waktu masih kecil Cakka paling gasuka dipanggil ‘Cakk’ tapi kayaknya cuma Agni deh yang kebiasaan manggil Cakka dengan sebutan ‘Cakk’.
“Gue lupa, Cakk. Eh, tapi gue udah kebiasaan manggil lo, Cakk. Gimana dong?”
Cakka masih manyun, “kalo gitu gue boleh manggil lo Noy?”
Agni mengangguk pasrah.
“Yaudah, gue lanjut bagian gue ya?” Tanya Cakka, Agni mengangguk.

You know how life can be.
It changes overnight
It's sunny then raining. 
But it's all right.
(Agni) A friend like you.
(Cakka) Always makes it easy
I know that you get me.
Every time.
Through every up, through every down. You know i'll always be around
Through anything you can count on me.

Cakka menghentikan nyanyiannya, Agni tersenyum sambil menatap kertasnya.
“Segini dulu deh, baitnya juga ngulang yang tadi.” Kata Agni, Cakka menggangguk.
“Bener. Suara lo masih keren kayak dulu ya, Ag.” Puji Cakka, Agni tersenyum manis.
“Lo juga, masih pake ciri khas lo.” Ucap Agni tulus.
Ada jeda di obrolan mereka.
“Besok latihan kan?” Tanyaa Cakka, Agni menggangguk.
“Di ruang multimedia. Habis istirahat.” 
Cakka tersenyum, “oke. Gue masuk ke kamar gue dulu ya.”
Agni menggangguk. Ia menatap kepergian Cakka dari kamarnya. Pikirannya lansung terbang jauh ke nostalgianya...

_flashback on_ (-_-)

Kedua anak kecil berusia 8 tahun duduk di hamparan ilalang. Yang perempuan sedang memandang langit, sementara yang laki-laki sedang memandang kawan sebelahnya.
“Kalo kita udah besar nanti, bisa sering ngeliat awan gak ya?” Tanya perempuan itu polos, laki-laki itu mengangguk yakin.
“Pasti bisa!” Jawabnya, gadis itu menatap laki-laki itu. Memandangnya dengan tatapan nanar.
“Kalo Cakka udah punya ‘pacar’ gimana?” Tanya gadis itu, cowo yang dipanggil ‘Cakka’ tadi tersenyum.
“Kalo udah gede nanti, Cakka maunya ‘pacar’ cakka nanti Agni” Ucapan cowo tadi membuat segurat senyum di bibir gadis.
“Kalo udah gede, jangan lupa sama tempat ini ya, Noy” kata Cakka, Agni tersenyum.
“Iya, Cakka juga yah”
Mereka berdua tersenyum. 

☺☹☺ 
4 tahun kemudian..
“Cakka. Kamu masih inget sama ‘Agni’ kan? Masih inget kan rencana perjodohan itu? Agni sudah pulang ke Indonesia sayang..” Ucap Tante Karin sambil mengelus rambut Cakka. Cakka melirik mamanya tajam.
“Apaan sih, ma! Kalo dulu masih kecil Cakka emang setuju sama perjodohan ini. Kalo sekarang? Cakka benci Agni! Agni ninggalin Cakka sendiri di Indonesia! Cakka benci!” Teriak Cakka, Agni yang hendak masuk ke dalam kamar Cakka mengurungkan niat membuka knop pintu. Ia mematung. Cakka membencinya?
Brak!
Pintu dibuka kasar oleh Cakka. Cakka melirik Agni tajam, lalu pergi meninggalkan Agni yang masih mematung. Tante Karin keluar dari kamar Cakka. Ia mengelus rambut Agni sebentar, lalu mengejar Cakka.

_flashback off_
Ada bulir yang berkilau dari mata Agni. Ia masih inget banget kejadian itu. Sampai sekarang, kalau ngebayanginnya dada Agni bisa sesak sendiri. Cinta pertama yang miris.

☺☹☺ 
Cakka memandang langit-langit kamarnya sambil memegangi sebuah kalung berinisial ‘A’. Senyumnya mengembang kalau ia mengingat gadis kecil dengan rambut yang selalu diikat dua. Suka makan es krim cokelat, dan paling suka main air (-_-) Kalo udah hujan, gadis itu bisa mengajaknya keluar rumah lalu menari-nari di kolong langit. Dan besoknya, mereka berdua demam. Ya, gadis itu adalah Agni. Sahabatnya dari kecil. Cakka masih ingat bagaimana rasa hampa ketika Agni harus ikut ayahnya tugas ke Sydney.

_flashback on_
Gadis kecil berkuncit dua dan lelaki berambut lebat itu duduk di kolong langit, seperti biasa. Mereka sedang menikmati pemandangan matahari terbenam. Suatu pemandangan yang selalu mereka tunggu-tunggu setiap hari setelah selesai mengerjakan pr mereka.
“Cakk. Besok Agni mau ke Sydney. Ikut Ayah.” Lirih gadis itu, lelaki tadi menatap Agni.
“Sydney? Bukannya kata kamu Sydney itu jauh ya?” Tanyanya polos, Agni mengangguk.
“Trus kamu mau ninggalin aku?” Tanyanya polos, rasa bersalah timbul di hati Agni. Ia lagi-lagi mengangguk.
Cowo tadi menangis kecil, “agni jahat!!!”
Ia berlari meninggalkan gadis itu sendiri. Agni memandang kepergian cowo itu. Terngiang dikepalanya kata-kata Cakka tadi.
“Agni jahat!!!”
“Agni jahat!!!”
Kata-kata itu layak samurai. Menusuk hatinya sampai mengakibatkan luka yang cukup dalam. Agni cuma bisa menangis sambil terus merutuk dirinya.

☺☹☺
“Agni, ayo sayang. Kita sudah terlambat!” Ajak bundanya. Tante Karin dan Om Debo mengantar kepergian mereka ke bandara.
“Cakka mana? Kok belum kembali dari kolong langit?” Tanya Agni, 
“Mungkin dia masih belum bisa terima kali, Agni kan orang yang selalu ada disisinya.” Jawab Om Debo, Agni menunduk, ia memeluk boneka beruang berwarna coklat muda erat-erat.
“Yuk, Ag.” Bundanya merangkul pundak Agni. Agni mengangguk. Ia menatap ke arah jalan. Berharap Cakka berlari dan memeluknya. Tapi, harapan hanyalah harapan.

☺☹☺
Sejak kepergian Agni, Cakka menjadi pemurung dan malas keluar rumah kecuali sekolah. Ia setiap minggu rutin ke kolong langit. Ia tumpahkan semua rasa rindunya pada Agni. Sampai hari yang Cakka tunggu tiba. Agni pulang ke Indonesia dan akan menetap lagi di Indonesia. Cakka ingin sekali memeluk Agni kembali ketika melihat Agni dihadapannya. Tapi rasa sakit karena keputusan Agni meninggalkannya itu terngiang lagi. Membuat Cakka melontarkan kata-kata ‘benci’ yang menyayat hati Agni. Cakka ga tega liat putri cantiknya itu menangis. 
“Cakka juga kangen Agni. Cakka setuju sama keputusan perjodohan itu. Tapi rasa gengsi itu lebih besar, Ag. Maafin Cakka.”

_flashback off_

Cakka miris sendiri inget kejadian itu, rasanya kesalahan besar yang dilakukannya adalah menyia-nyiakan Agni dan membuatnya menangis. 

☺☹☺ 
To be continued :p
Haha xD makasih yang udah ngelike x3
Oh ya follow twitterku yak --> @paniayams.
Makasih :D

Comments