LOVE STORY ^part 4^

“Pagi, Agni.” Sapa Sivia ketika melihat Agni sudah duduk di bangku sebelahnya. Agni tersenyum simpul sambil mengeluarkan selembar kertas berisi lirik lagu.
“Lagi ngapalin lagu I Just Wanna Be With You, ya Ag? Susah gak? Udah hapal banyak apa dikit?” Tanya Via, itu sepertinya bukan pertanyaan melainkan introgasi.
Agni memejamkan mata, lalu membukanya perlahan, “susah-susah gampang lah. Udah hampir semuanya sih. 13 hari waktu yang pas untuk ngapalin lagu ini.” 
Sivia tertawa, “Cakka udah hapal?”
“Udah dikit,” jawab Agni. Informasi terakhir yang Agni dapet dari Cakka, Cakka sudah hapal bagian reff nya. Yeah!
“Good luck ya, Cagni,” ucap Shilla yang dateng-dateng lansung main ngerocos aja.
“Apa itu Cagni?” Tanya Agni,
“Cakka-Agni. Wleeeee.”
Agni mencibir, “huuuuu:p Tapi kreatif juga, hehe” 
“Woyadong, Shilla gitu :p”
Agni mencibir, Shilla mencibir balik.

☺☹☺
Ruang teather sekolah mereka sudah disulap Patton dan anak OSIS menjadi sebuah tempat layak untuk kegiatan Pensi mereka tahun ini. Sebenarnya Patton mengusulkan untuk mengadakan kegiatan outdoor. Tapi, banyak yang menolak karena panas. Jadi, kegiatan outdoor itu untuk acara puncak saja. Agni lansung tepar di atas panggung ketika ia selesai membersihkan ruangan yang jarang digunakan ini.
“Cape, Ag?” Tanya Cakka sambil menyodorkan sebotol minuman isotonik. Agni mengangguk lalu menerima botol minuman tadi.
“Lumayan, thanks ya.” 
Cakka mengangguk lalu meninggalkan Agni sendiri. Agni menegak minuman itu, lalu memejamkan matanya. Lelah. Itulah yang dirasakannya. Hari H tinggal 8 hari lagi. Makanya Agni dan kawan-kawan OSISnya sibuk membersihkan semuanya. 
“Hey, Ag. Ngapain tepar disini? Mending lo nemenin gue beli double tape di Koperasi, masa gue beli sendiri?” Shilla tiba-tiba ada dibelakangnya. Agni meliriknya, lalu menggangguk.
“Gimana latihan lo sama Cakka?” Tanya Shilla ketika mereka berdua berjalan berdampingan. Shilla menggandeng tangan Agni. Kebiasaan mereka kalo jalan pasti gandeng tangan. Agni mah biasa aja. Toh mereka udah kenal dari kelas 1 SMP.
“Baik, lagi ngafalin koreonya aja.” Ucap Agni, ia teringat bagaimana muka Cakka yang konyol abis waktu diajarin koreo sama Pak Joe, guru kesenian.
“Oh, haha pasti capek banget ya. Apalagi kemarin gue liat lu ketiduran di kelas” ucap Shilla, Agni cengengesan.
Mereka sampai di koperasi. Agni duduk di kursi panjang yang ada di dalam, Sementara Shilla membeli double tape. Lagi asyik memandang kelapangan basket, Agni agak terganggu dengan pemandangan sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Seperti.. Dejavu? Mungkin. Agni pernah merasa kejadian itu pernah terjadi. Kapan ya.. Oh ya! Beberapa minggu lalu, saat ia sedang latihan basket, ia juga melihat kejadian itu.
“Ag, udah dapet nih. Balik ke teather yok,” ajak Shilla, Agni tetap tak bergeming. Ia masih memandang sepasang kekasih itu.
“Ag?” Shilla mencoba menyadarkan Agni. Tapi Agni masih terus memandang itu. Shilla mengikuti pandangan Agni.
‘Cakka sama Oik? Oik gatau diri banget sih! Udah tau ada calon tunangan Cakka disekolah! Masih aja dia mesra-mesraan di depan umum. Bego-_-’ Batin Shilla.
“Hmm! Agni?” Agni menatap ke Shilla,
“Ya?”
“Lo bengong ya?”
Agni menggeleng.
“Yaudah yuk, ke teather,” ajak Shilla sambil menggandeng Agni. Agni mengangguk lalu menunduk. Hatinya tiba-tiba cenat-cenut(?)

☺☹☺
‘Kenapa gue jealous sih liat Cakka sama Oik? Itu kan hak dia. Gue juga ga punya hak campur tangan masalah dia. Tapi kan gue tunangan dia. Hmm, Ag. Masih calon, okay? Emang gak ada kesempatan gue buat ngulang masa lalu ya? Masa dimana Cakka setia sama gue? Duh, bego banget sih gue! Kan cakka pernah bilang dia benci sama gue! Hhh...’ Agni ngomong sendiri sama batinnya(?) Hari itu Agni duduk di balkon kamarnya. Langit masih berwarna oranye. Sebentar lagi matahari terbenam. Itulah yang Agni tunggu. Ditangannya ada buku cetak tebal. Sebuah pelajaran kesenangan Agni, Biologi. Mungkin karena cita-citanya yang ingin menjadi seorang dokter. Agni bahkan ditawari mamanya kuliah di sebuah universitas ternama di Perth demi membantu Agni menjadi seorang dokter. Agni sih tertarik mengambilnya.
“I got a lot a things, I have to do. All these distractions. Our future's coming soon.” Agni melirik ke handphonenya di sebelah kanannya. Saking sukanya sama lagu itu, kini setiap orang menelpon, Agni akan mendengar suara lembut Ashley Tisdale.
“Halo, Shilla? Kenapa? Lo sama yang lain mau kesini? Hm.. Boleh, kapan? Sip. Mumpung besok hari libur. Yaudah, gue tunggu ya. Bye” Agni mematikan sambungan telefonnya. Itu tadi Shilla. Ia memberi tahu, kalo besok Alshill, Siviel, dan Ocha mau kesini. Rencananya mau ngajak jalan. Agni sih oke-oke aja. Ini udah hampir 3 minggu Agni tinggal di rumah Cakka. Bundanya berjanji akan pulang tepat 2 minggu lagi. Di hari pertunangannya dengan Cakka. Agni masih ragu dengan pertunangan ini. Tapi, kalau bertunangan, dia kan lansung nikah kan? Jadi dia masih bisa memilih untuk melanjutkan hubungannya bersama Cakka. Atau malah putus ditengah jalan. Tapi, kalau mereka bertunangan, hubungan Cakka dan Oik berakhir. Ada seulas senyum setiap Agni mengingat itu. Egois kah? Agni cuma mikirin kesenangannya sendiri? Dia ga mikirin Oik? Hmm. Taudeh. Liat aja nanti.

☺☹☺
Seorang gadis cantik berjalan lesu di koridor sebuah rumah sakit. Air matanya tak berhenti membanjiri pipinya. Sebuah amplop coklat ditangannya lah yang membuatnya menangis. Ia duduk di kursi rumah sakit itu. Ia membuka kertas tersebut.

Kepada Yth,
Sdra/i Oik Ramdlani.

Menurut hasil tes darah anda, anda divonis penyakit “KANKER DARAH”. Anda diminta sering menjalani terapi. Terimakasih.

Airmatanya membanjiri pipinya. Oik memasukkan lagi kertas tersebut kedalam map. Lalu melangkah cepat menuju mobilnya.

☺☹☺ 
“Ag, Ag, bangun. Bangun.” 
Agni membuka matanya perlahan. Seorang lelaki bertubuh lumayan ndut, sudah rapi dengan kaos berwarna merah, jaket hitam, dan celana jeans juga berwarna hitam. Bau parfumnya juga tercium jelas di hidung Agni.
“Engghh, apa? Mau kemana lo malem-malem gini?” Tanya Agni, Cakka menoyor kepala Agni,
“Malem kata mbah lu! Ini udah pagi kali, neng!” Cakka beranjak dari kasur Agni, lalu menyibak gorden kamarnya. Agni menyipitkan matanya akibat sinar matahari menusuk matanya. 
Ia menutup wajahnya dengan boneka spongebob yang ada disampingnya, lalu kembali tidur.
“Agni!!! Bangun!!!!” Teriak Cakka, Agni lansung beranjak dari tempat tidurnya lalu menutup mulut Cakka.
“Uaaahhh Cakka! Ini tuh masih pagi, jangan ganggu gue cape nih selama seminggu ini full begadang gue!” Gerutu Agni, matanya setengah terpejam setengah terbuka.
“Yodah, mandi sana. Gue mau ngajak lo pergi jalan.” Agni lansung melek ketika mendengar kata ‘pergi jalan’. Dia kan ada janji pergi bareng Alshill Siviel dan Ocha hari ini.
“Gue mau pergi bareng Alshill, Siviel, sama Ocha nih, Cakk. Kayaknya gabisaa.” Kata Agni, ia mengambil i-Phone di lemarinya, tangannya menari lincah di screennya. Ia memencet nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala. Agni memang menghapal ketiga nomor sahabatnya. Jadi kalau ada apa-apa dia bisa pake handphone orang lain tanpa harus ngeliat contacts di hapenya.
“Halo, Agni. Lo udah siap?” Tanya Shilla disebrang telepon.
“Belom, baru bangun. Lo lagi dmn, neng? Jadi kagak?” Tanya Agni, Shilla kayaknya lagi ngunyah sesuatu. Glek! Sesuatu itu ditelennya.
“Jadi! Masa baru bangun? Gue lagi otw rumah Sivia. Yodah mandi sana.” Suruh Shilla, Agni mematikan sambungan telfonnya, lalu membaringkan tubuhnya di kasur.
“Gue ikut yah?” Pinta Cakka, Agni bangun lalu meliriknya.
“Gajalan sama kak Oik lo itu?” Sindir Agni, entah kenapa nadanya terdengar sinis.
“Engga deh, males. Boleh ya?” Cakka mengeluarkan gaya manjanya.
“Tau deh, tanya sama yang ngajak aja. Oke?”
“Yang ngajak siapa?”
“Shilla.”
“Gue telepon Alvin deh!”
Agni tersenyum manis, “yaudah. Telepon sana, gue mau mandi.”
“Gue disini aja. Nungguin calon istri gue selesai mandi.”
‘Toink’ (bunyi kak Nekha ngelempar mangga ke si penulis --')
“Otak lo ngeres banget sih! Keluaaaarrrrrr!!” Teriak Agni pake toa.
Cakka senyum mesum(?), “engga ah. Pilih gue disini apa gue ikut masuk?”
“Jih najis. Gak kedua-duanya!” 
“Ayo pilih, sayang..” 
Agni melirik Cakka geram. Sekarang Cakka jadi anak mesum gini nih semenjak gue tinggal 8 tahun lamanya? Ckck parah nih Cakka --"
“Hhh! Yaodah lu disini aja. Biar gue ganti baju di kamar mandi aja!” Ucap Agni kesal, ia membawa baju dan celana yang akan dipakainya, tak lupa handuk. Lalu menutup pintu kamar mandi dengan emosi.
Cakka cekikikan, ia menatap sekeliling kamar Agni. Pandangannya tertuju pada sebuah buku binder warna ungu. Cakka duduk di kursi meja belajar Agni. Ia membuka halaman pertama. Terdapat foto dengan wajah keempat gadis remaja yang masih fresh. Disebelah kiri, ada wajah cantik Shilla dengan dress warna cokelat. Disebelah Shilla ada Agni dengan dress warna ungu, tangan Shilla tampak menggandeng Agni. Disebelah Shilla, ada Acha dengan dress warna soft pink dan di pinggir kanan, ada Sivia dengan dress warna biru. Cakka tersenyum sendiri, disana kelihatan Agni yang mempunyai warna kulit paling eksotis(?) Dibawah foto itu tertulis ‘Best friendship ♥ Ashilla, Agni(me), Acha, Sivia’. Cakka membuka lembar kedua. Dilihatnya wajah anak kecil yang tak asing lagi baginya. Ya, itu dirinya dan Agni masih kecil. Mereka berdua lagi pamer kalung. Yang cowo megang kalung berliontin ‘A’ dan yang cowo megang kalung berliontin ‘C’, dibawah foto itu tertulis: ‘Best Friendship + soulmate forever hehe ♥ Cakka Kawekas Nuraga-Agni Tri Nubuwati’ lalu disampingnya ada foto keluarga kecil Agni. Ada bunda dan ayah Agni, kak Nekha, Pania-adeknya Agni- :p dan Agni. Di lembar selanjutnya, ada foto keluarganya. Mama dan papa Cakka, Ray dan dirinya. Dia jadi kangen adeknya, Ray. Apa kabar ya dia di Yogya? Dia membuka lembar selanjutnya, ada foto keluarga besar Agni, lalu ada foto-foto Agni, Acha, Shilla, dan Sivia. Foto Siviel, Alshill, Ocha, Agni. Agni sendiri. Tanpa pendamping disisinya. Lalu ada 2 lirik lagu kesukaan Agni. Jangan Kau Lepas - Alexa dan I Just Wanna Be With You. Cakka tersenyum ketika melihat foto Agni masih kecil sampai ke Agni besar di tempel disana. Dengan judul ‘Agni Metamorfosis (?) Hehe’ 
“Dasar si Agni. Lucu-lucu lagi fotonya” gumam Cakka, suara kran air dimatikan membuat Cakka buru-buru menutup buku itu. Ia berbaring di kasur Agni sambil pura-pura sibuk dengan handphonenya. Tak lama setelah itu, Agni keluar dengan kaos warna biru muda dan celana pendek sebatas lutut.
“Eh masih nunggu toh, dipikir udah tobat trus keluar” Ucap Agni sambil sibuk mengeringkan rambutnya. Tak sengaja, terlihat benda berkilau di dekat lehernya. Sebuah kalung. Kalung berliontinkan huruf ‘C’.
Jantung Cakka lansung berdegup kencang waktu tau Agni masih mengenakan kalung itu. Dia masih punya perasaan sama Cakka atau.. Cakka menahan pertanyaannya. Ada waktunya dia untuk bertanya, nanti. 
“Gue udah ijin sama Alvin.” Ucap Cakka, Agni menaikkan alisnya.
“Terus?”
“Tentu aja gue boleh ikut!” Jawabnya semangat, Agni menyunggingkan senyum datar.
“Yadeh, terserah.”

☺☹☺
“Eh, ada Cagni.” Ucap Shilla sambil mengedipkan mata sebelahnya ke Agni. Agni lansung masang muka bete.
“Cagni? Ih keren juga” komen Cakka, Agni melirik Cakka.
“Keren, keren. Ngok!” 
Sivia, Iyel, Acha, dan Ozy cuma senyum bahagia melihat kedua sahabatnya ini sudah bersatu.
“Kita main ke Dufan yok!” Ajak Alvin, Agni lansung bersorak gembira. Udah lama dia gak main disana.

☺☹☺
“Ayo, Cakk! Main lagi..” Pinta Agni sambil menarik-narik tangan Cakka yang udah lemes. Gabriel, Alvin, dan Ozy kaget ketika mendengar Agni boleh memanggil dia dengan sebutan ‘Cakk’. Biasanya, temennya yang manggil dia dengan sebutan itu kena jitak 5x.
“Noy, gue lemes deh. Lo mau naik apa lagi memang?” Tanya Cakka. Agni mengedip-kedipkan matanya.
“Maunya apa ya? Tornado!” Cakka pingsan ditempat (?)
---
“Ag, puas udah bikin jantung gue copot?” Teriak Acha. Agni tersenyum malu.
Shilla mengoleskan minyak kayu putih ke kepalanya, “kepala gue pusing banget nih-_-”
“Agni, gue lemes tanggung jawab!” Keluh Gabriel yang dikipasin sama Sivia. Diantara mereka berdelapan cuma Agni, Sivia, Ozy dan Alvin yang bertahan. Yang lainnya tepar semua.
“Agni, kalo udah nikah nanti, biarpun lo ngancem cerai, gue kaga mau naik itu lagi!” Rutuk Cakka, Agni ngakak.
“Haha, iya iya engga wkwkwk” Cakka tiba-tiba menaikkan alisnya,
“Sekarang gue yang nantangin, gimana?” Agni melirik Cakka dengan tatapan ‘siapa takut?’
“Nantang apa?”
Cakka tersenyum lalu menunjuk sebuah permainan, biang lala. Agni histeris.
“GAMAUUUUUUUUUUUUUUUU!!!” Dia lansung berlari, tapi kedua tangannya dicegat sama Cakka dan Gabriel.
“Gamau! Gamau! Bunda! Ayah! Kak Nekha! Dek Pania! Gamaaaauuuuu!!!” Agni jerit-jerit kaga karuan. Informasi, Agni pernah ngeliat video entah dari siapa, ada orang kejepit di puteran biang lala itu (aku juga pernah liat videonya loh! Serius serem! Yang kejepit cewe! Sampe gabisa tidur nonton itu). Tapi akhirnya selamat kok. Hehe
“Eh, Noy. Sama gue naiknya. Kalo mau naik gue kasih 2 hadiah selesai naik itu” kata Cakka, Agni melirik Cakka.
“Hadiahnya apa? Scoopy? SLR? Polaroid? Rumah? Mobil? CD JB?” Tanya Agni, Cakka noyor Agni.
“Itumah lu matre, Noy! Udah ayok naik...” Seret Cakka, Agni pasrah. Dia penasaran sih sama hadiahnya.
---
Agni memejamkan matanya saat biang lala itu berputar. Ia komat-kamit membaca nama Tuhan sambil tangannya menggenggam kedua tangan Cakka. Alshill, Ocha, dan Siviel sih gaikutan naik. Mereka memilih duduk dibangku taman. Menikmati indahnya pemandangan Cagni di tengah sunset (-_-) Cakka sengaja nyuruh mas-mas yang tukang puter buat 15 menit aja berentiin mereka di tengah-tengah. Di puncaknya. Mas-masnya mengiyakan aja. Toh disogok makanan sama Alshill, Siviel, dan Ocha. 
‘Dek’
Mereka berdua berhenti di puncak. Agni yang merasakan semilir angin menimpa wajahnya perlahan membuka kedua matanya. Lalu menatap matahari didepannya yang sedang terbenam.
“Whiiiwww! Keren!” Teriaknya, Cakka tersenyum manis.
“Suka?”
Agni menggangguk antusias. Sejenak ia melupakan semua ketakutannya pada biang lala.
“Jadi inget kolong langit. Dulu pas lo gak ada, gue duduk sendiri disana sambil mandangin sunset. Berharap tiba-tiba lo duduk disamping gue, terus tersenyum” papar Cakka, Agni dapat merasakan pipinya telah dibasahi oleh air matanya.
“Udah gausah cengeng deh. Oh ya habis ini gue mau kasih hadiah pertama. Oke?” Agni menggangguk antusias.



TBC :)

Comments