Time Machine [The Short Story] (Cagni)



Haaai tadaa~~!
Sebenernya aku nggak mau ngepost ini, super jelek bangeetT.T ini kubuat dalam waktu 2 jam, dan hasilnya? Jelek bangeett kaaan!! Ini terinspirasi dari mana ya? Lagu SNSD-Time Machine kali yaa~ Nah, kalau kalian liat tulisan di bold italic kayak gini, itu artinya cerita masa lalunya ya-_-
Oh iyaa kalian pernah baca kan prolog yang waktu itu kutulis cerbung? Naah itu bukan cerbung, ini cerpeeennyaaa~~ -_- prolognya aja keren, eeeh isinya amburadul gini~ -_-
Ini sumpah jeleeek banget. Maaf berani ngepost~
Oh iya ini special untuk si Fenny Flavia Fulca yang merindukanku katanya:p wleeek selamat membacaaa:)
^^
Time Machine.
^^

Itsumo yori sukoshi hiroi heya tada hitori
It’s over, guess it’s over

Hanya bisa memandang. Tanpa disentuh. Hanya bisa memanggil dalam hati. Tanpa disuarakan. Ada pertemuan, ada pula perpisahan. Ada yang memulai, ada pula yang mengakhiri. Gadis itu, gadis yang masih terduduk di bangkunya tanpa berniat mengejar punggung yang sebentar lagi hilang dari pandangannya, tau benar. Akhir dari ceritanya akan seperti ini. Ia sudah menduga.
**
futari de tsukuri ageta sutoorii mo munashiku
konna ni kantan ni kuzurete shimau nante

Hujan. Tanpa ada yang tahu, gadis yang tengah duduk di meja nomor 7 itu juga merasakan hujan badai, di hatinya. Diaduknya gelas yang sudah tak berisi lagi dengan tatapan menerawang jauh kedepan. Dengan mata terpejam, jiwanya melayang menembus waktu yang cukup jauh dari waktu setempat walaupun raganya masih disana.

“Tak bisakah kau mempertimbangkan lagi? Apakah semudah itu, Cakka? Semudah itukah kau menghancurkannya? A, aku…” Gadis itu menahan air matanya. Tidak, jangan menangis disini.
“Maafkan aku.”
Gadis itu terdiam. “Apa maaf menjadi kalimat kegemaranmu sekarang? Hah?” Ucap Agni. nadanya naik satu oktaf dari nada biasanya. Badannya bergetar.
“Kurasa, kita sampai disini saja.”
“Tapi…”
Tak ada kata yang dapat keluar. Ia terdiam. Lelaki itu meninggalkannya. Sendiri. Tanpa alasan atas semua perkataannya yang menyakitkan. Tanpa ada kata penenang untuknya.
“Apapun yang kuperbuat. Selalu salah dimatamu. Bagaimanapun caranya, apapun yang kau perbuat untuk memperbaikinya, luka ini tak pernah bisa sembuh.”
Lelaki itu menoleh. Lalu kembali meneruskan langkahnya.
---
One mistake, got a one regret
daremo kanpeki janai tte

“Semua salahmu. Bahkan lelaki yang baru dikenal saja lansung kau ajak bermain.”
“Mwo? Apa? Ia hanya pelayan toko yang berbaik hati menolongku. Percayalah.”
“Aku lelah mendengarnya.”
“Selalu saja seperti ini. Kau egois!”
Gadis itu melempar kaca yang ada dihadapannya dengan ponselnya. Tak ada yang benar dimatanya. Ia menatap kaca dihadapannya yang sebagian sudah tak berbentuk lagi. ia tersenyum miris.
Dan tepat saat niat bodohnya itu akan terlaksana, dering ponsel dan nama penelpon membuat beling di jemarinya terjatuh.
CN. Calling.
**
sou iikika sete mite mo
nani wo shitemo kizu wa iyasenakute

“permisi, apakah kau menjual mesin waktu, pak?”
Lelaki tua itu tertawa. “kau gila, nak? Kurasa karena hujan otakmu itu tersumbat. Pulang dan berselimutlah.”
“Terimakasih, permisi.”
Gadis itu berjalan dengan gontai. Tak ada semangat. Apa yang akan dilakukannya setelah ini? Pulang? Berselimut? Apa tak ada cara lain untuk menghabiskan waktu selain melakukan hal itu? Ia menghela nafas. Hujan semakin deras. Payung kuning yang dipakainya untuk berlindung mulai kewalahan melindunginya dan beberapa tetesnya membasahi kepala serta pundaknya. Tapi ia tak perduli. Toh kalau harus basah juga tak akan ada yang berubah dari dirinya.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu.

“Jangan bawa payung jelek itu lagi.”
“Loh?”
“Itu tidak melindungimu.”
“Hachuiiiii~”
Lelaki itu menyingkir sejenak dan lansung menyodorkan saputangan cokelat. Gadis itu tersenyum lalu menerimanya. Diciumnya wangi yang melekat di sapu tangan itu. “Hmmm, baunyaaa~”
“Cepat pakai, ingusmu meleer tuh.”

Ia terdiam. Sekelebat bayangan itu kembali hadir dan berputar seperti film di kepalanya. Tidak, tidak seharusnya ia berpikir tentang lelaki bodoh itu. lelaki yang menelantarkan gadis sepertinya. Gadis yang selalu mencintainya. Gadis yang tak pernah mengeluh atas seluruh perlakuannya. Gadis yang selalu setia, bahkan saat ia berkelana ke tempat yang seharusnya tak boleh dilewatinya. Seharusnya lelaki bodoh dan buta itu meraba dengan hatinya,  gadis itu, gadis yang dianggapnya kekasih olehnya, seorang Agni Tri Nubuwati, adalah gadis yang tak lelah menunggu, bahkan sampai 5 tahun lamanya.
Namun, sekuat apapun usahanya, senekat apapun perjuangannya, tak akan dapat mengembalikkan kisahnya seperti dulu lagi. semua sudah berbeda. sudah berakhir dan tak akan kembali lagi.

ima time machine ni norikonde
anata ni ai ni yuku koto ga dekita nara
mou nani mo negawanai
hakanakute tooi kioku ni naru mae ni
I need a time machine,oh...
I need a time machine,oh..
**

Sillehamida. Apakah kau… Cakka Nu-ra-ga? Kau mengingatku?”
Lelaki itu menatapnya, agak lama sampai senyum manis terpancar dari wajahnya. “Aah, Agni… aku benar, kan?”
“Kau sedang apa disini?”
Cakka, tersenyum lalu menunjuk gitar yang dipegangnya. “Perform.”
“Hmm,” Agni berfikir. “Ah, lupa! Kau Cakka, anggota boy band yang bersolo karier! Aaah pantas saja aku selalu tak asing melihat di televisi. Dugaanku benar.”
“Dugaanmu?”
“Iya, kau Cakka Nuraga. Cinta pertamaku.”
--
Yeoboseyo. Agni, ada acara malam ini?”
Agni menggeleng. “Tidak. Aaah, kenapa kau berbicara dengan bahasa Korea?”
“Memangnya tidak boleh? Bukannya kita sedang ada di Korea?”
“Aah, iya ya.” Agni tersenyum walaupun lelaki itu tidak akan melihat senyumnya. “By the way, mengapa kau bertanya tentang acaraku malam ini?”
“Aku ingin mengajakmu makan malam. Tidak apa-apa kan kalau kita makan malam berdua saja?”
Jantung Agni berdetak. Jauh lebih cepat dari tadi. Oh Tuhan, mengapa oksigen tiba-tiba susah untuk dihirup?
--
Ruangan kosong.
Apa ini? Agni membaca pesan singkat yang sedaritadi dibacanya berulang kali. Alamatnya benar. Dan ini memang tempat makan, seingat Agni. namun mengapa sekarang semuanya seperti sudah tutup? Apa-apaan ini?
Agni mencoba menghubungi nomor Cakka. namun tak ada sahutan. Apa lelaki itu membohonginya?
Kalau seperti itu, untuk apa ia rela menguras tabungannya untuk membeli dress bagus ini? Ia menghela nafas. Sepertinya Cakka memang tak datang. Gadis itu hendak berbalik ketika tiba-tiba saja lampu berwarna-warni dihadapannya menyala dan tempat makan itu terlihat seperti kios lampu.
Hei, itu Cakka!
Ia berdiri disana. Dengan kemeja hitam dan dasi putih susu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat lagi. ia tercekat melihat ada beberapa balon berwarna-warni yang beterbangan di ruangan itu. sepertinya Agni pernah melihat adegan ini. Seseorang di ruangan penuh balon, dengan membawa sebuah balon yang ditalinya terikat sebuah cincin. Agni memandang Cakka dan jantungnya hampir lepas dari tempatnya.
Balon pink ditangan Cakka, berbentuk hati, dan dibawahnya, dibawahnya… terikat sebuah cincin. Agni dapat melihat dengan jelas, Cakka berjalan kearahnya, dan menyodorkan balon itu kepadanya. Dan ia tersenyum, manis sekali.
“Apakah aku sudah terlihat seperti Yesung-mu, Agni?”
Ah, aku pernah melihat ini. Bagaimana aku lupa bahwa ini part Yesung di music videonya? No Other? Cakka jauh lebih tampan dari Yesung.
“Aah, iya. Kau jauh lebih dari Yesung.”
Cakka menaikkan alisnya. “Lebih?”
“Ah, maksudku…” Agni memainkan jemarinya. Cakka tersenyum membuat kosakata yang Agni siapkan mendadak menguap begitu saja.
“Aku lebih tampan dari Yesung Super Junior, maksudmu?” Ah, jangan tersenyum lagi. “Sudah, tidak usah dibahas.”
Hening sesaat. Cakka dan Agni sama-sama terdiam dengan posisi yang berhadapan. Cakka menoleh ke Agni bertepatan saat mata Agni melirik kearahnya yang lebih tinggi beberapa centi dari Agni.
Lagu No Other-Super Junior tiba-tiba terdengar. Ditambah rintik-rintik hujan dan suasana dingin yang menenangkan, menambah degupan kencang di jantung Agni.
“Agni. ada alasan apa kau datang ke Korea?”
Agni menoleh ke arah Cakka, lalu tersenyum. “Belajar. aku sedang kuliah disini. Bukankah kau tau itu?”
“Apa bukan karena ingin mencariku?”
Agni terdiam.
“Ya, aku tau jawabannya. Aku hanya ingin mendengar dari mulutmu.”
“Ne, Cakka. Aku mencarimu. Yang kudengar dari temanmu, kau melanjutkan sekolah di Korea dan sudah debut dengan kelompokmu di Korea.”
Cakka tersenyum. ia sudah tahu.
“Sudahlah, tidak usah dibahas lagi itu tidak pen—“
“Agni, maukah kau menjadi yeojachingu-ku?”
--
“Kau sibuk sekali ya sampai tidak bisa menemaniku?”
Lelaki diujung sana mendengus. “Sudah kukatakan aku harus mengisi acara. Sudah ya.”
Tut.
Agni menghela nafas. Ia meneruskan langkahnya. Sebenarnya kesal bercampur sedih juga. Cakka sudah berjanji, untuk menemaninya membeli beberapa perlengkapan untuk menyambut natal. Walaupun ia tidak merayakannya, tetapi perguruan tinggi tempat ia menimba ilmu akan mengadakan acara dan ia sebagai pengurus acara di perguruan tingginya mau tak mau turun tangan mencari perlengkapan untuk menghias pohon natal terbesar di depan perguruan tingginya.
Sillehamida.”
Lelaki yang sedaritadi tengah tertawa berlari kearah pintu yang terbuka dan membungkukkan badannya. “Eoseo oseyo. Mwol dowa deurilkkayo?”
“Aku mencari beberapa lampu untuk pohon natal dan beberapa hiasannya. Apakah kau menjualnya?”
“Ne. Tunggu sebentar.”
Agni menunggu sembari memainkan kukunya. Tak berapa lama lelaki itu kembali dengan beberapa plastik berisi lampu dan hiasan-hiasan berbentuk boneka salju, bintang, bola-bola, dan salju-salju instant.
“Ini yang kau cari, Noona?”
Gadis itu tersenyum lalu menggangguk. “Ne, aku ambil ini.” Agni melangkah dan tak sengaja ia menginjak kabel lampu selamat datang yang tergeletak di lantai.
“Awas, Noona!”
Agni merasa badannya menimpa sesuatu, dan ia lansung berdiri begitu melihat lelaki bermata sipit itu memejamkan matanya. Ah, pasti aku berat sekali.
“Ah, joesong-hamnida.” Agni membungkukkan badannya, lelaki itu berdiri dan ikut membungkukkan badannya.
“Aku akan membayar ganti rugi.” Agni mengeluarkan beberapa lembar uang. Untuk mengganti rugi dan membayar apa yang dibutuhkannya.
Sugo haseyo.” Agni membungkuk lalu meninggalkan toko tersebut dengan 2 kantung plastik. “Untung saja Cakka tidak ikut. Ia pasti malu melihat kekasihnya ceroboh sekali seperti ini.”
--
“Semua salahmu. Bahkan lelaki yang baru dikenal saja lansung kau ajak bermain.”
“Mwo? Apa? Ia hanya pelayan toko yang berbaik hati menolongku. Percayalah.”
“Aku lelah mendengarnya.”
“Selalu saja seperti ini. Kau egois!”
Gadis itu melempar kaca yang ada dihadapannya dengan ponselnya. Tak ada yang benar dimatanya. Ia menatap kaca dihadapannya yang sebagian sudah tak berbentuk lagi. ia tersenyum miris.
Dan tepat saat niat bodohnya itu akan terlaksana, dering ponsel dan nama penelpon membuat beling di jemarinya terjatuh.
CN. Calling.
“Yeoboseyo.”
“Maaf.”
Agni menghela nafas. Mudah sekali. “Untuk apa?”
“Sifatku yang kekanak-kanakkan. Tak seharusnya aku cemburu.”
Agni terdiam
 “Agni?”
“Kau cemburu?”
“Ah, anio. Aku tidak cemburu.”
“Haha, kau lucu sekali. Baiklah, aku harus beristirahat, aku tidur dulu ya, Kka.”
“Baiklah, saranghae.”
“Nado saranghae.”
Agni membaringkan tubuhnya. Tiba-tiba saja ia tak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum.
--
“Kau dimana?”
“Mengapa kau begitu sibuk?”
“Apa tidak bisa membalas pesanku?”
“Cakka?”
“Kau sibuk ya?”
“Baiklah, aku tidak akan mengirimkan pesan ini lagi. jangan lupa makan. aku menyayangimu. He he.”
Cakka membaca beberapa pesan yang masuk di ponselnya selama ia tinggalkan. Matanya terpejam lalu kembali terbuka. Tak bisa, ia tak bisa melanjutkan ini. Ia tak sampai hati melakukan ini. Ia tak boleh membiarkan ini berlarut begitu lama.
Ia harus menghentikkannya.
“Agni, aku tunggu di taman biasa. Berdandanlah yang cantik.”
--
Senyum Agni mengembang. Ia melirik ponselnya. Pesan terakhir dari Cakka membuatnya yang berbaring resah dikasurnya sambil terus menatap ponselnya bersorak girang dan lansung melompat untuk membenahi diri. Jantungnya berdegup kencang. Apa Cakka akan melamarnya? Ataukah Cakka akan mengenalkannya pada kedua orang tua Cakka saat libur nanti? Memang libur panjang sudah ada didepan mata, dan Agni sangat tidak sabar akan menghabiskan libur panjangnya kali ini bersama Cakka.
“Maaf. Sudah lama menunggu?”
Agni terlonjak. Ia refleks berdiri dan tersenyum manis. Sangat manis.
“Duduklah, aku perlu bicara denganmu.” Cakka memegang pundak Agni, lalu turun ke kedua tangannya. Agni dapat merasakan telapak tangan Cakka yang dingin.
“Kau baik-baik saja?”
Cakka menggangguk. “Ya. Aku baik-baik saja, Agni…” Ia terdiam, lalu menatap Agni. mencoba memantapkan hatinya. Melihat wajah Agni, ia tak sampai hati untuk mengungkapkannya.
“Aku menghargai usahamu. Kau berusaha mendapatkan beasiswa ke Korea, lalu bekerja setahun penuh untuk dapat hidup di Korea. Lalu setelah sampai di Korea, kau harus bekerja lagi untuk dapat hidup. Dan sampai akhirnya kau bertemu denganku.” Agni mendengarkan ucapan Cakka. entah hanya perasaan Agni, namun Cakka menggenggam erat tangan Agni. sangat erat. Tiba-tiba saja tangan Agni tertuju pada cincin yang melingkar di jemarinya, lalu berpindah ke jemari Cakka. Ah, cincin yang diberikan Cakka pertama kali padanya. Namun, Agni memasati cincin yang dipakai Cakka. bukan, itu tak persis seperti cincin yang dipakainya.
“Kau…”
“Aku sangat menyayangimu. Kau baik, manis, perhatian, dan selalu memaklumi keadaanku yang kasar, pelupa, pemarah, pecemburu. Apakah aku akan menemukan gadis sesempurnamu?
Namun aku tak mau berlarut-larut terus mencintaimu. Aku tau suatu saat ini akan terjadi. Dimana ada pertemuan, akan ada perpisahan. Dimana ada saat manis, pasti ada saat pahit. Kurasa inilah waktunya. kurasa kau mengerti apa maksud ucapanku ini. Maafkan aku, Agni.”
Disaat yang bersamaan, suara petir membahana memecahkan keheningan diantara keduanya. Tangan Cakka tak lagi menggenggamnya. Agni memandang jemarinya dan jemari Cakka yang sudah tak bertautan lagi.
“Aku mengerti.” Ia menatap Cakka. Ingin melihat apakah ada keraguan diwajah lelakinya itu. namun yang tersirat hanyalah tatapan yang sulit Agni mengerti.
“Maaf, tapi…”
“Tak bisakah kau mempertimbangkan lagi? Apakah semudah itu, Cakka? Semudah itukah kau menghancurkannya? A, aku…” Gadis itu menahan air matanya. Tidak, jangan menangis disini.
“Maafkan aku.”
Gadis itu terdiam. “Apa maaf menjadi kalimat kegemaranmu sekarang? Hah?” Ucap Agni. nadanya naik satu oktaf dari nada biasanya. Badannya bergetar.
“Kurasa, kita sampai disini saja.”
“Tapi…”
Tak ada kata yang dapat keluar. Ia terdiam. Lelaki itu meninggalkannya. Sendiri. Tanpa alasan atas semua perkataannya yang menyakitkan. Tanpa ada kata penenang untuknya.
“Apapun yang kuperbuat. Selalu salah dimatamu. Bagaimanapun caranya, apapun yang kau perbuat untuk memperbaikinya, luka ini tak pernah bisa sembuh.”
Lelaki itu menoleh. Lalu kembali meneruskan langkahnya.
Pertahanannya runtuh. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Rasanya seperti ditimpa beribu batu tajam. Sakit. Sesak. Perih. Tak pernah ia merasakan sesakit ini.
Bunyi petir mersaut-sautan tak membuat gadis itu beranjak dari posisinya. Rintik-rintik hujan mulai membasahi. Jaket merah yang dipakainya ikut menjadi korban air hujan yang datang menyambut keperihan Agni.
Selamat tinggal.
***
hitori de sugosu jikan wa oso sugite
ayamachi no batsu wa amari ni mo omoku
anata ga saigo ni nokoshita words
ima demo zutto rifurein tomaranai mada mune ga itamu

Just one mistake, just one regret
wagamama mo ima wa itoshikute

ima time machine ni norikonde.
anata ni ai ni yuku koto ga dekita nara.
mou nani mo negawanai.
hakanakute tooi kioku ni naru mae ni
I need a time machine

**
Pemirsa, telah terjadi kecelakaan beruntun yang menewaskan 6 pengguna jalan, Minggu sore, waktu setempat. Diketahui salah satu korban dari kecelakaan naas itu adalah personel boy band yang tengah memulai karier di jagad hiburan.
Ting.
Lampu lalu lintas khusus pejalan kaki telah berubah menjadi hijau. Beberapa pejalan kaki yang berada diantara gadis bersweater hijau itu berjalan menyebrangi jalan dengan langkah cepat. Namun gadis itu tetap disana. Berdiri disana dengan tatapan kosong. ia membalikkan badannya, dan berjalan menuju etalase toko yang tengah menayangkan berita. Berita tentang kecelakaan beruntun.
Kim Jun Ho.
Nama itu. Nama yang sudah tak asing lagi ditelinganya.

***
“Jangan panggil aku Cakka kalau sedang di tempat umum, Agni.”
“Kau juga jangan memanggilku Agni. Panggil aku Kim Yoon Hee.”
“Sepertinya aku pernah dengar nama itu.”
“Haha, sebenarnya namaku Park Yoon Hee. Namun sebentar lagi akan berubah menjadi Kim Yoon Hee.”
“Hah, in your dream.”
“Kau tidak mau aku merubah namaku menjadi Kim Yoon Hee? Sepertimu?”
“Namamu akan berubah menjadi Agni Nuraga, bukan Kim Yoon Hee.”
Agni tersipu.
“Baiklah, mulai sekarang panggil aku Kim Jun Ho bila tengah di depan umum. Bila kau memanggilku Cakka tak akan kuperbolehkan kau memakai nama YoonA di Love Rain, ah yoonakuu.”
“Bagaimana kau tau?”
“Kau lupa aku YoonAddicted, nona Yoon Hee?”
“Aku pikir kau tak tahu, ah aku salah ternyata.”
***

Tidak. Bilang padaku, bilang kalau aku hanya bermimpi. Tidak, Kim Jun Ho, pasti itu bukan Kim Jun Ho-ku! Ia masih bersamaku kemarin, masih menggenggam jemariku kemarin. Masih…
Kamera tiba-tiba mengarah pada beberapa korban. Dan wajah itu, wajah itu… Tiba-tiba Agni tak merasakan tulang pada tubuhnya.
**

Sebenarnya, aku tak ingin mengakhiri ini semua.
Percayalah, aku terlalu menyayangimu.
Sebenarnya, aku tak ingin membawaku dalam permainanku.
Ini sangat menyakitkan.
Tolong jangan membuatku tersiksa setiap melihatmu menangis. Jangan membuatku merasa bersalah karena telah membuatmu kecewa padaku.
Tolong maafkan aku.
Aku mencintaimu, Agni. Maaf.
Ya, sepertinya maaf akan menjadi kata favoritku.

-CKN-
**
 jikuu tobikoete anata ni aetara
tatoe onaji
ketsumatsu mukaeta toshite mo kitto
kui wa nokoranai hazu dakara
ima time machine ni norikonde
anata ni ai ni yuku koto ga dekita nara
mou nani mo negawanai
hakanakute tooi kioku ni naru mae ni (kioku ni naru mae ni)

Yeah futari no omoide wasurete shimau mae ni
Gimme a time machine
Oh, Gimme a time machine
Oh, Gimme a time machine
**
Sendiri di ruang luas tak seperti biasanya
Semua berakhir, perkiraanku akhirnya berakhir.
Cerita yang telah kita buat berakhir luka.
Kita berpisah semudah ini

Pada satu kesalahan, terdapat satu penyesalan.
Tak ada yang sempurna
Walaupun kita mencoba mengucapkannya
Apapun yang kuperbuat, luka itu tak bisa sembuh

Ku akan membuat mesin waktu.
Jika aku dapat bertemu kembali denganmu.
Aku takkan meminta lebih.
Sebelum semua hanya menjadi ingatan yang fana
Kubutuhkan mesin waktu, oh

Waktu yang kulalui dengan kesendirian ini terasa sangat lambat.
Kesalahan ini menghukumku terlalu berat.
Kata-kata terakhir yang tersisa
Hingga kini berulang tanpa henti
Hatiku masih terluka

Hanya satu kesalahan, hanya satu penyesalan.
Aku egois karena kucintaimu

Ku akan membuat mesin waktu.
Jika aku dapat bertemu kembali denganmu.
Aku takkan meminta lebih.
Sebelum semua hanya menjadi ingatan yang fana
Kubutuhkan mesin waktu, oh

Jika ku dapat melalui ruang dan waktu dan kudapat bertemu denganmu
Katakanlah meskipun kita tiba pada keputusan yang sama
Kuyakin takkan ada penyesalan yang muncul

Ku akan membuat mesin waktu
 Jika aku dapat bertemu kembal denganmu
Aku takkan meminta lebih.

Sebelum semua hanya menjadi ingatan yang fana
Yeah sebelum ingatan itu terlupakan
Beri aku mesin waktu,
Oh berikan aku sebuah mesin waktu
(SNSD – Time Machine)

###

_achma-desvania_

Comments

  1. kerenn.. keren peke banget.. tapi.. kok nyesek pas endig nya,,





    numpang nitipin link gue yaa..kalau mau berkunjung juga boleh..
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.
    thanks before sis..

    ReplyDelete

Post a Comment